New Neighbor, New School, New Class, New Classmate (Elly) -- Part 1

32 2 0
                                    

Eli tidak seperti siswa baru lainnya yang diantar oleh orangtuanya saat pertama kali masuk. Karena Eli memiliki tetangga yang siap--mungkin tidak--untuk mengantar Eli ke kelasnya.

"Tunggu dulu," tahan Eli sesaat sebelum menaiki tangganya.

"Apa?"

"Aku di kelas mana emang?"

Damar pun menepuk dahinya, "oh iya, eh lo pada duluan aja, gue nemenin Eli bentar," suruh Damar kepada Joni, Eko, dan Difan.

"Serius nih?"

"Iyalah, gue mau ke ruang guru. Gak perlu bodyguard banyak-banyak."

"Bener nih?" Difan tampak mengesalkan.

"Ih kalian nyebelin!" omel Eli.

"Oke, kita duluan, Damar jangan nakal," ledek Eko sambil berjalan menaiki tangga bersama kedua temannya.

Damar pun menemani Eli ke ruang guru, tak jarang dari siswa di sana yang berbincang mengenai Eli karena dia masih asing di sana.

Mereka memasuki ruang guru yang sebagian bangkunya masih di atas meja, itu artinya sebagian guru belum hadir. Damar mengajak Eli untuk menghampiri Kesiswaan di sekolah itu, Pak Darma.

"Permisi, Pak, ini saya sama Eli. Dia kan baru, kelasnya di mana ya, Pak?" tanya Damar sopan.

"Oh, kemarin orangtuanya nelpon ya? Kamu dapat di...", Pak Darma mengingat-ingat sejenak, "oh! XI MIA 4 ya. Dah sana antar."

"Oke, Pak, terimakasih," mereka berdua pun pamit setelah mencium tangan Pak Darma.

"Kamu XI MIA 4, El."

"Kamu sama yang lain emang di mana?"

"Kita mah XI MIA 2, beda dua kelas doang, ayo naik," mereka menaiki tangga dan Damar mengantar Eli ke kelasnya.

Di depan pintu kelas XI MIA 4 terdapat Halim, teman sekelas Damar sewaktu kelas X.

"Eh, Damar!" sapa Halim.

"Oit! Eh, Lim, yang kosong di mana ya? Baru dia ini," tanya Damar agar Eli bisa duduk.

Halim pun melihat keadaan kelas sejenak, "ah! Itu, samping Alisha. Di belakang, baris ketiga dari sini," jelasnya sambil menunjukkan tempat kepada Eli.

Damar pun membiarkannya masuk, "dah sana, nanti kalo pulang duluan, tunggu aja di depan kelasku. Yah... semoga aja cepat akrab sama teman-temannya."

Halim yang mendengar itu pun bertanya, "lo pacarin anak baru?"

"Bego!" cetus Damar karena seharian ini banyak yang menganggap mereka berdua berpacaran. Eli hanya bisa tersenyum mendengarnya, lalu dia masuk diantar Halim, hanya beberapa langkah kaki lalu dia kembali keluar.

"Jagain, Lim, nanti gue diomelin mama gue kalo gak gitu," kata Damar memberikan kepercayaan pada Halim.

"Hah? Jadi apa nih? Kalian saudara atau--"

"Nggak, dia tetangga gue. Baru pindah gitu deh, terus bareng terus pulangnya nanti. Jagain coy!"

Halim yang tidak berandalan itu pun menjawab dengan senang hati, "oh gitu... Slow, Mar, kan ada temannya juga."

"Oke.."

Damar segera menuju ke kelasnya, kembali menikmati suasana kelas yang seperti biasanya. Dan juga... kembali menjadi datar terhadap gadis selain Eli.

The Vanished SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang