Hari Minggu yang cerah, Geng Jedar dan Eli sedang berkumpul di taman komplek, mereka ingin menghabiskan akhir pekan itu bersama seperti ini. Seperti biasa, Damar merenungkan semua di waktu yang tidak tepat.
"Mar, lagi ngumpul gini kok melamunnnn aja," ujar Difan yang duduk di sampingnya.
"Damar mikirin apa sih?" Joni bertanya pada Eli.
"Gak tau," jawab Eli yang duduk sendirian di salah satu bangku taman. "Mar, kamu mikirin apa?" tanyanya.
Damar pun menjawabnya, tetapi dia berbicara kepada semuanya, "gue gak enak kalo harus bertahan."
"Lah kenapa?" tanya Joni dan Difan terkejut hampir bersamaan.
"Semenjak gue sama Alisha, gue dikomentari terus sama fans-fansnya, di kelas lo tau sendiri."
***
Damar sedang bersenda gurau bersama ketiga temannya di depan kelas, mereka duduk di teras dekat papan tulis. Lalu, Aston, salah satu siswa di kelas XI MIA 4, masuk begitu saja ke kelas XI MIA 2 dan menghampiri Damar dengan tidak ramah.
"Damar," sapanya dengan wajah yang tidak santai.
"Apaan?" Damar tampak heran.
"Lo pacarnya Alisha? Iya?"
"Ada masalah apa ya?" Damar mencoba untuk tetap tenang.
"Ngaca, bro! Muka lo gak sebanding sama dia!"
Rahang Damar mengeras, namun dia tidak mencoba untuk berkelahi. Joni berdiri dan menentang ucapan Aston.
"Apa ada masalah sama mukanya? Lo siapanya?"
Perhatian Aston kini jatuh pada Joni, "gue penggemarnya, kenapa? Gak usah ikut campur urusan gue!"
"Penggemar? Cih! Hak Damar buat pacarin Alisha, lo cuma penggemar! Bukan pacarnya!" Bentak Joni tanpa mengeraskan suaranya.
"Kenapa Alisha bisa suka sama dia? Padahal kan gue--", ucapan Aston terpotong oleh Alisha yang tiba-tiba muncul, "Aston! Ngapain lo?!"
Kedatangan Alisha membuat beberapa siswa mencuri pandang kepadanya, walau mereka tau Alisha telah memiliki hubungan dengan Damar. Selain itu, Alisha tidak sendirian, terdapat Eli yang berdiri di belakangnya. Akhirnya adegan remaja-remaja ini menjadi tontonan sebagian warga kelas yang entah mengapa tidak ada yang berkomentar.
Damar memandangnya, semua ini terasa seperti drama baginya. Alisha kemudian membuat Aston terpaku di tempatnya sambil mengepalkan tangannya dengan keras.
"Apa yang spesial dari gue sampai-sampai lo gila kayak gini?! Gue suka sama dia, kenapa?!" bentak Alisha sambil menunjuk ke arah Damar.
"Gue gak suka ya lo ganggu pacar gue! Dan lo gak akan bisa buat hubungan gue dengan dia hancur!" Alisha mengancam Aston. Kemudian perlahan Aston mengambil langkah untuk keluar dan berjalan dengan cepat. Alisha dan Eli segera menghampiri Geng Jedar, "gak diapa-apain kan?"
***
"Jadi ingat Aston kan gue," gerutu Damar kesal.
"Udah, lo gak usah pikirin, lo ingat sendiri kan kata-kata Alisha waktu dia ngomelin Aston? Alisha kurang tulus apa sama lo?" ujar Eko.
Teman-temannya kembali membuat Damar semangat, namun tetap saja dia masih dirinya yang baru. Bagi teman-temannya, dia hanya butuh waktu untuk kembali menjadi dirinya yang dulu.
"Sorry, kawan-kawan, gue jadi melamun terus."
"Santai aja," kata Joni menenangkan, sedangkan Difan merangkul Damar.
Eko pun mengganti topiknya, "ini geng ganti nama gak?"
"Lah kenapa?"
"Kan ada Eli."
Lalu Eli menjawabnya, "gak usah, aku gak selalu main sama kalian kan."
"Tapi seru kalo ganti nama," kata Eko lagi.
Hal ini kembali membuka perdebatan antara Difan dan Eko. Difan pun terpancing, "ganti nama, ganti nama, emang mau apa namanya?"
"Lo mah gak usah nyahut ah!"
"Kan gue nyimak... Yaudah deh mau apa kalo ganti? Jeli?"
Semua lepas tertawa.
Joni memprotes, "jangan Jeli juga lah anjir! Jeli nanti gue sama Eli doang, nanti gue berdua doang yang main..."
"Ingat Fitrah!" timpa Eko.
"Ngomong doang coy!"
"Eko ngiri aje..."
"Rese lo!"
"Geng Jedarel, aneh gak sih?"
"Eli taruh depan aja."
"Jedar... eh salah, Ejedar... Hah? Ejedar dong?"
"Berasa goblok banget kita."
"Lo aja sih gue jangan deh."
Eli pun menengahi, "udah sih kalian gak usah ganti nama. Udah gitu aja!"
Dan Geng Jedar pun tetap pada namanya, dan Damar tetap pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vanished Smile
Teen Fiction[COMPLETED] [#7 in smile - 17/7/18] Damar adalah seorang siswa yang periang layaknya siswa lain, dia bukanlah yang seperti orang-orang katakan, badboy atau semacamnya. Jiwa periangnya hilang saat hatinya tak pernah dihargai. Gimana ya akhirnya? Apa...