Hari Minggu, hari yang sering dinikmati siswa sekolah manapun untuk mengistirahatkan otak yang diserang bertubi-tubi dengan materi. Kali ini Geng Jedar memilih tempat berkumpul yang jarang mereka tempati, yaitu McRonald. Restoran cepat saji ini merupakan tempat terdekat dari rumah mereka. Difan dan Eko membawa laptop mereka untuk memanfaatkan wi-fi gratis yang tersedia, mereka biasa menjelajahi situs-situs penyedia game gratis yang tentunya game itu memiliki ukuran yang tidak kecil. Sementara Joni dan Damar hanya menikmati lagu-lagu yang ada di Juux menggunakan wi-fi tersebut. Tentunya mereka melakukan itu setelah makanan yang mereka pesan habis dilahap.
Mereka duduk di meja sebelah dalam, di dekat jendela. Saat Joni sedang melihat-lihat sekitar restoran itu, dia menemukan meja yang dekat dengan toilet dan di sana ada seseorang yang dia dan Difan kenal.
"Dif.. Difan!"
"Huh?" sahutnya cuek sambil tetap menjelajah di laptopnya.
"Itu Rani kan?"
"Rani mana?"
"Maharani, kelas X MIA 2."
Difan pun menoleh, "mana?"
"Noh," tunjuk Joni ke tempat Rani sedang berbincang dengan temannya, dia hanya berdua.
Damar sedari tadi memperhatikan, dan dia tampak heran, "kalian kenal?"
"Teman dekat rumah Difan," jelas Joni.
"Kok gue gak kenal ya, padahal gue juga sering main ke--"
"Jarang keluar, waktu itu aja gue ketemunya di sekolah waktu lagi sama Difan, ya kan, Dif?"
"Iya, tapi kalo gue emang sering lihat di rumah."
Damar pun manggut-manggut, lalu dia mulai tertarik dengan Rani. Dia pun berbisik kepada Difan, "kenalin ke gue boleh?"
Difan memandang Damar sambil menahan senyumnya, "cie... ayo deh, pura-pura baru nya--"
"Apaan?" Joni memotong.
"Ini si Damar pengen kenal sama dia."
Joni pun ikut menahan cengirannya, "aduh, cepat banget udah mau move on aja!"
"Gak tahan sama yang busuk bego," kata Damar. Mantap!
Mereka pun berunding tentang rencana dadakan ini, Difan ahli dalam siasat apapun. Rencananya, Difan akan mengantarkan Damar ke toilet. Kemudian, Damar keluar dari toilet dan Difan pura-pura baru menyadari jika di McRonald itu ada Rani. Rencana pun dijalankan.
"Sukses ye! Gue pantau!" Joni hanya melihat dari tempat duduknya, sementara Eko masih tidak menyadari adanya rencana ini. Saat kembali dari toilet, mereka langsung memulainya.
Difan berpura-pura kaget, "eh ada Rani, ngapain?"
"Loh, Kak, ya saya makan lah," jawab Rani kemudian tertawa.
"Jajanin lah..." canda Difan.
"Jehhh, Kakak punya duit padahal."
Mereka pun tertawa, lalu Difan memulai dialog selanjutnya.
"Ran, teman Kakak mau kenalan nih." Jantung Damar berdegup bukan main.
"Oh, boleh, aku Rani, Kak," lalu dia tersenyum, dan itu terasa seperti surga bagi Damar.
"Oh? Oh iya, Damar, Damar, hahaha. Udah ah Difan, gak jelas nih dik tetangganya." Damar berlalu karena malu, apalagi di tempat umum seperti itu.
Difan pun berbisik sebelum kembali ke meja makannya, "Rani, nanti kamu follow aja @cicakdugem, serius namanya begitu. Itu Instagramnya Damar."
"Oke, Kak, siap. Cicak dugem," Rani mengulang nama akun itu sambil tertawa geli. Menurutnya itu sangat lucu, kemudian Difan kembali ke tempat teman-temannya.
"Makasih, Dif," kata Damar mengacungkan jempolnya.
"Slow..."
"Ada apa sih? Gue gak mudeng."
Eko baru sadar dirinya ketinggalan berita, Joni, Damar, dan Difan pun menertawakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Vanished Smile
Teen Fiction[COMPLETED] [#7 in smile - 17/7/18] Damar adalah seorang siswa yang periang layaknya siswa lain, dia bukanlah yang seperti orang-orang katakan, badboy atau semacamnya. Jiwa periangnya hilang saat hatinya tak pernah dihargai. Gimana ya akhirnya? Apa...