"Separuh jiwa ini adalah kebahagiaan, sisanya hanya bongkahan kesedihan yang membeku."
- Author -
***
"Mar, gue minjam tipe-x ya?" izin Mila, teman sekelas yang duduk tepat di depannya.
"Ambil noh," kata Damar sambil tetap menulis. Wajahnya begitu datar, sama dengan suara yang dikeluarkannya belakangan ini.
Eko yang juga menulis berbicara kepada Damar, "jangan karena patah hati lo jadi begini, Mar."
"Gue begitu kan cuma ke cewek, Ko."
"Tetap aja, mereka teman lo, jangan begitu lah."
Damar pun tersenyum sinis, "huh, lihat aja lah kondisinya."
Eko tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Damar. Lalu dia pun melanjutkan tulisannya, hari itu guru mata pelajaran Sejarah mereka memberikan tugas merangkum.
Damar memanggil Mila ketika dia salah menulis, "Mil, tipe-x gue."
Mila pun berbalik dan mengembalikan tipe-x milik Damar, "oh ya, nih makasih sayang."
"Idih," ucap Damar sinis, tanpa menoleh dan terus menggunakan tipe-x-nya.
Eko dan Mila yang mendengar itu sedikit terkejut, jika Eko karena tidak tahan dengan sikap Damar, maka Mila karena bingung. Damar tidak biasanya seperti itu.
Mila pun menoleh lagi ke belakang, "dih, lo kenapa, Mar? Biasanya juga--"
Ucapan Mila terpotong oleh Eko yang mengisyaratkan telapak tangannya ke arah Mila agar berhenti, Mila menoleh ke arah Eko. Kemudian Eko berkata, "udah, Mil, udah," tanpa suara. Mila kemudian bertanya, "kenapa?" Tanpa suara juga. Eko menjawabnya dengan mengangkat bahu. Mila pun mengerti dan kembali melanjutkan tugasnya.
***
Sore harinya, sebelum sampai di rumah masing-masing, Geng Jedar duduk-duduk terlebih dahulu di taman komplek. Mereka duduk-duduk seperti saat Luis menemui Damar malam itu.
"Eh, Joni jadian loh sama Fitrah!" seru Eko secara tiba-tiba.
Difan pun nyengir kuda, "cieee, Joni, traktirannya mana?"
Joni pun melepar tisu yang diambil dari sakunya, "makan nih traktiran, lo kira gue ultah?"
"Jorok lo ah mainnya!" dengan cepat Difan menghindari tisu itu.
"Bersih coy!" bantah Joni bahwa tisunya sudah terpakai.
"Kapan nembaknya lo? Kok gue gak tau?" Damar bertanya, namun memang ekspresi cerianya tidak sebahagia dulu.
"Mau tau aje lo!" cetus Joni bercanda.
"Udah, Mar, cewek gak semuanya kayak gitu," sahut Eko yang sedari tadi bermain game online di ponselnya.
Joni menyahut, "hah?"
"Damar..." kata Eko menekankan nama Damar.
"Ya, Ko. Tapi sorry ya, butuh waktu lama buat gue suka lagi sama cewek," kata Damar. Setelah itu, dia menambahkan, "gue agak kapok suka sama orang."
"Kok gitu?"
"Udahlah, Eko, setiap orang beda-beda," potong Difan agar tidak terjadi perselisihan.
"Kebahagiaan gue hilang, satu luka aja susah sembuhnya, apalagi tiga," batin Damar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vanished Smile
Novela Juvenil[COMPLETED] [#7 in smile - 17/7/18] Damar adalah seorang siswa yang periang layaknya siswa lain, dia bukanlah yang seperti orang-orang katakan, badboy atau semacamnya. Jiwa periangnya hilang saat hatinya tak pernah dihargai. Gimana ya akhirnya? Apa...