Juli

33 1 0
                                    

Tak terasa, kenaikan kelas sudah dilewati. Geng Jedar nyaris tidak pernah mendapat peringkat sepuluh besar di kelasnya sejak kecil. Joni mendapat peringkat limabelas, Eko mendapat peringkat sepuluh, Damar mendapat peringkat tujuh, dan Difan mendapat peringkat keduapuluh enam. Sementara itu, di kelas XI MIA 4, Eli mendapat peringkat sembilan dan Alisha mendapat peringkat empat.

Kali ini mereka sedang menikmati liburannya. Geng Jedar melakukan hal yang mereka lakukan sebelas bulan yang lalu, yaitu menemani Damar mencari hadiah, namun kali ini untuk Alisha.

***

Damar dibonceng oleh Joni, dan Difan dibonceng oleh Eko, seperti biasanya.

"Mau kemana, Pak?" tanya Joni menirukan kalimat yang biasa dilontarkan oleh pengemudi ojek online.

"Ke tukang kue aja," jawab Damar biasa.

Jiwa ojek online Joni pun hilang kembali, "lah, lo gak beli hadiah?"

"Alisha aja gak ngasih hadiah ke gue."

"Yah, gak boleh gitu lah, Mar. Lo kan--"

"Dia bilang kok, gue gak perlu kasih hadiah. Nanti kalo gue kerja baru deh hadiahnya yang cetar membahana."

Joni akhirnya mengalah, "ya udahlah."

Geng itu memulai perjalanannya ke toko kue, jaraknya dari komplek itu lumayan jauh. Mereka semua memakai topi karena matahari yang terik. Sepanjang perjalanan, Joni dan Damar berbincang mengenai ulang tahun Alisha.

"Lo kok tau Lisha besok ulang tahunnya?"

"Nama dia, Jon."

"Maksudnya?"

"Ah lo, gue taunya dari nama dia, kalo tanggalnya tau dari Eli."

"Emang siapa sih namanya? Kok gue gak tau ya?"

"Alisha Juliansha."

"Bagus ya namanya."

"Iyalah, cocok kan sama gue?"

"Goblok," lalu mereka berdua tertawa.

Bagaimana dengan Eko dan Difan? Tidak lain dan tidak bukan, mereka berdebat lagi.

Yeah, hal-hal yang tidak perlu diperdebatkan seharusnya.

"Eko!"

"Hah?"

"Lo liat deh ibu-ibu yang depan kita itu," jari telunjuk Difan mengacung ke motor yang dimaksud.

"Jangan ditunjuk, gila! Lo kira kita apaan."

"Eh iya.."

"Ya, kenapa ibu itu?"

"Ngapain coba belanjaannya ditenteng gitu? Kan di motor dia depannya ada cantolan."

"Ya suka-suka dia lah, Dif."

"Bukannya apa, nanti kalo dicolong gimana?"

"Yeh, lo mikir jangan ke sana, kadal!"

"Kan gimana ya, sekarang lagi rame, eh dia bawa belanjaannya begitu."

"Ah, tempe lo! Pegel gue dengarnya!"

Setelah duapuluh menit bertarung dengan macet dan cuaca panas, mereka pun sampai di toko kue yang cukup besar dan masuklah mereka. Geng itu masuk dan melihat-lihat kue yang ada.

"Ademnya...." kata Difan sembari membusungkan dada dan merentangkan tangannya di bawah hembusan AC.

"Awas viral, Dif, ada CCTV tuh," Joni mengingatkan, dan menunjuk ke CCTV.

Damar meminta pendapat, "menurut lo yang mana?"

Mendengar hal itu, ketiga temannya pun mencari-cari kue yang pas dan tak lama, Damar pun mendapatkannya, "udah nih udah dapat."

"Tadi minta pendapat," bisik Eko berbicara sendiri.

Damar pun memilih kuenya, diambil oleh pelayan--atau apapun itu namanya. Setelah menuliskan nama di atasnya, mereka kembali ke komplek menuju rumah Eli, karena Eli telah mengundangnya ke sana.

***

TINGNONG!!!

"Siapa tuh, El?" tanya Alisha yang sedang melihat-lihat Instagramnya.

"Kamu pasti tau," Eli pun membukakan pintu, dahi Alisha mengerut, dia tampaknya tidak mengerti.

Alisha cukup lama menggulir layar Instagram sejak Eli keluar rumah karena ada tamu. 'Eli lama banget,' Alisha membatin.

"Happy birthday, Sha!" tiba-tiba suara Damar mengagetkan Alisha, Damar sedang membawakan kue untuknya. Di atasnya tertulis 'Happy Birthday', nama Alisha, dan lilin merah yang menyala membentuk angka tujuhbelas.

Alisha tersenyum malu lalu berdiri dan menghampiri Damar, "ih kamu mah..."

Melihat Alisha terharu, Damar langsung mengalihkan kuenya agar dipegang oleh Eko, "Ko, pegangin bentar."

"Jangan nangis, sayang," tidak disangka, Damar langsung memeluk erat Alisha yang sedang menangis terharu. Teman-temannya tidak menduga akan perlakuan Damar yang penuh kasih sayang itu.

"Wow," gumam Joni.

"Jir, mana gandengan gue..." Eko bicara sendiri.

Difan terlihat khawatir, "gak ada ibu lo, El?" Tanyanya berbisik kepada Eli.

"Gak, lagi pada pergi," jawaban Eli menenangkan semua yang melihat Damar dan Alisha.

Damar melepas pelukannya dan menghapus air mata Alisha, "udah ah jangan nangis, gak seru."

Hal itu membuat Alisha tertawa namun masih mengalirkan air mata, "ah, kamu mah, aku kan kaget."

"Potong kuenya, Sha!" kata Eli agar tidak berlama-lama.

"Tiup dulu lilinnya, buru-buru amat lo, El," sahut Eko.

"Oh iya, tiup, tiup!"

Alisha meniup lilinnya, memotong kue, dan menyuapkan sepotong kue kepada Damar. Lalu teman-temannya pun dibagikan kuenya satu per satu. Mereka makan dan bergurau bersama, membentuk persahabatan yang begitu erat.

Damar membatin lagi, 'gue gak akan lupakan ini.'

The Vanished SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang