One Step to Move On

66 2 0
                                    

Kelas tercinta--tidak juga.

Damar masih terdiam di kelas yang seramai pasar itu. Sementara ketiga temannya sibuk berbincang-bincang. Damar masih memikirkan hancurnya hubungan dia dengan Rissa. Pikirannya sudah dipenuhi oleh kejadian kemarin sore.

'Gue udahan sama Rissa?'

'Gue diduain?'

'Apa maksudnya? Gue gak pantas kah?'

'Salah apa gue?'

'Apa gak cukup baik gue?'

'Lalu apa yang kemarin gue berikan? Dikemanakan sama dia?'

Pikirannya sangat kacau saat ini, teman-temannya memahami keadaan sahabatnya sekarang. Hatinya begitu sakit, pria pun bisa merasakannya. Namun Damar tidak akan menangis hanya karena cinta, dia sudah menetapkan hal itu di hatinya.

Saat ke kantin pun sepertinya Damar masih tidak berdaya, dia masih tidak terima dirinya ditinggal seperti ini. Joni dan Difan pun merangkulnya, "udah bro, masih banyak cewek yang nungguin lo."

Eko yang berada di samping Difan protes, "eh gue gak kebagian rangkul." Lalu Difan menyikut Eko, "bisa aja lo, lolipop."

"Gue bukan masalah masih banyak cewek. Tapi lo tau lah, baru aja gue kasih hadiah, ternyata... ya gitu. Entah itu pemberian gue disimpan atau nggak." Damar dan lainnya duduk di salah satu meja makan dan menopang pipi dengan kepalan tangannya. Difan pun memesankan makanan dan minuman yang sudah dikatakan Joni, Eko, dan Damar.

Sambil menunggu Difan kembali, Damar dan Joni pun berbincang seputar Rissa. Eko memilih untuk sibuk dengan media sosialnya.

"Lo beneran kenal orangnya, Jon?"

"Siapa? Oh pacar barunya si itu?"

"Iya."

"Dulu waktu SD gue sekelas mulu sama dia, dia sekarang gak di sini, udah pindah ke Cirebon, kalau gak salah sih."

"Oh, LDR-an dong?"

"Nggak tau, mungkin begitulah."

"Gue harus relain gitu, Jon?"

"Kalo dia emang udah bersikeras tetep mau pergi ya udah biarin aja, kan gue bilang masih banyak cewek. Perjalanan lo masih panjang buat cari cewek. Masalah dia menghargai yang lo kasih atau nggak mah udah urusan dia, Mar, yang penting lo dah berjuang buat dia."

"Iya sih, gak mau kena masalah gue sama orang itu."

"Ya udah lo ikhlasin aja."

Kata-kata Joni cukup menghibur Damar, dia pun mencoba merelakan orang yang telah melukai perasaannya.

***

Geng Jedar pun memulai perkenalan mereka dengan warga kelas, padahal sudah sebulan mereka di sana, dan mereka baru mencoba bergaul lebih luas setelah mengenal baik teman-teman di samping, depan, dan belakang mereka.

Setelah cukup akrab dengan seisi kelas, maka ada satu hal lagi...

"Yang itu belum tuh, ayo ke situ!" ajak Difan.

"Nah iya."

Mereka segera menuju meja salah seorang siswi yang pertama kali ditunjuk Eko, dan orang itu nyata cantiknya.

"Hello, kenalan lah kan sekelas," sapa Joni membuka pergaulannya.

"Ya ampun segitunya," kata gadis itu.

Damar pun mencoba bergaul juga, untuk melupakan semua yang terjadi, "coba lihat ah buku tulisnya." Diambilnya buku tulis yang tergeletak di meja itu dan dilihatlah namanya, Amy Davina Putri.

"Oh, lo yang namanya Amy?" kata Damar sambil menaruh kembali bukunya.

Difan merasa bingung, "lo kemana aja sebulan? Kan diabsen berkali-kali."

"Gue kalo lagi absen gak pernah lihat orangnya satu-satu, makanya gak tau."

Eko pun ikut bicara, "lah waktu perkenalan?"

"Gak nyimak, kan gue corat-coret belakang buku gue, lupa lo?"

"Najong alah.."

Mereka tertawa, gadis yang baru dikenalinya pun tersenyum, teman sebelahnya yang bernama Lia sedang sibuk dengan media sosial sambil menggunakan earphone.

Damar pun mengajak bicara gadis itu, "hmm.. Amy, lo--"

"Jangan Amy ah, nama gue Vina."

"Lah emang kenapa kalo Amy?"

"Gak suka, terlalu kebarat-baratan."

"Ah begitu banget ya."

Joni, Eko, dan Difan yang melihat itu langsung berulah lagi, karena jam istirahat masih berlangsung, jadi mereka tidak begitu malu saat berulah karena kelas yang sepi.

"Jon," bisik Difan, dan Eko juga mendekat.

"Hmm?" Joni mendekatkan telinganya.

"Akting coy akting, biar Damar fresh lagi."

"Oh iya," Joni setuju.

"Umm..."

"Yaudah."

"Udah ah kita jadi nyamuk!" Eko memulai ulahnya.

"Yoi!" Joni dan Difan berseru bersamaan.

Joni pun menepuk pundak Damar sambil beranjak pergi bersama Eko dan Difan, "Mar, kita ke luar kelas dulu ya? Dah lo sini aja dulu."

"Eh tunggu dih lo--"

"Udah diam situ gak?"

"Ah..."

Damar mengerti maksud teman-temannya, namun kalau seperti ini caranya, dia merasa gugup. Kemudian Damar akhirnya memberanikan diri berbincang dengan Vina.

"Hmm... Vina, punya WA kan?"

"Punya dong, cari aja di grup."

"Oh, udah masuk grup? Ya udah nanti dicari deh, tapi... bales ya."

"Iya tenang aja, udah sana nanti dicie-ciein kan ribet."

"Lah diciein kenapa?" tanya Damar sambil tertawa.

"Iyalah, udah sana ih!" Vina ternyata mudah akrab dengan Damar, ini membuat Damar lebih mudah merelakan Rissa yang telah menggores hatinya.

Damar pun merasakan hal yang berbedasekarang.

The Vanished SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang