1. Elma (b)

1.2K 94 0
                                    

Elma membawa buku bacaannya ke salah satu sudut pojokan perpustakaan, di  sana terdapat sebuah jendela besar yang tengah disinari  matahari. Hal yang ia sukai, tidak ada  orang di sana, ia merasa lebih baik jika menyendiri seperti sekarang daripada harus mendengar candaan serta tawa tak berfaedah dari siswa dan siswi lain. Gadis ini benci bersosialisasi, makanya ia agak kurang dikenal di sekolahnya.

Elma menarik hordennya, dan sinar mentari langsung menghujam kulit putihnya  yang pucat, lebih baik seperti ini. Sebuah buku novel terjemahan, jadi bahan bacaannya kali ini. Ia sengaja membawa buku itu dari rumah agar bisa leluasa menghabiskan novel itu.

Di saat tengah menikmati suasana yang ia buat sendiri, tiba-tiba sosok gadis tadi pagi berkeliling menuju bangku di seberangnya, dan menutup horden itu karena hawa panas. Fellma berbalik dan melihat gadis itu tengah fokus membaca novelnya, namun karena tiba-tiba redup, Elma mendongak dan bersungut sebal melihat apa yang dilakukan Fellma.

“Lo yang tadi pagi gak nolongin gue kan?” suara terkejut Fellma membuat Elma mendengus sebal. Gadis berambut cokelat itu  menarik kursi di  depan Elma, dan melempar senyum tipisnya.

Dengan cepat Elma menutup buku  secara kasar dan pergi meninggalkan bukunya di meja. Fellma menengadah terkejut melihat respon gadis itu. Ia tak tahu kalau perkataannya sebegitu tak diresponnya oleh gadis itu.

“Lo kenal dia gak?” tunjuk Fellma ketika Wenda duduk di bangku bekas Elma. Ia mengambil buku yang Elma baca barusan, dan terkejut melihat penulisnya.

“Tumben lo baca novel?” Fellma mengalihkan pandangannya pada novel yang dipegang oleh  Wenda. Ia menarik buku itu dan berlari, meninggalkan Wenda yang masih kebingungan dengan situasinya.

“Lah … kok gue di tinggal? Fell…” teriaknya yang langsung mendapat pukulan keras rotan di  mejanya oleh penjaga perpus.

Jika bukan karena penasaran , mungkin Fellma tak akan berlari mengejar gadis yang sudah dua kali mencuekinya itu. Fellma menoleh ke kanan, dan ke  kiri mencari sosok itu, dan bingo! Ia kembali berlari mengejar gadis itu dan menangkap lengannya secara paksa.

Elma nyata saja menarik paksa lengannya yang sakit, ia menatap heran kearah Fellma. Fellma menyunggingkan senyum manisnya dan menunjukkan buku milik gadis itu di  depan wajahnya. Elma menarik buku itu dan membawanya pergi tanpa berterima kasih pada Fellma. Gadis cantik itu memanyunkan bibirnya. Respon sama seperti tadi.

“Itu cewek cuek banget, ngomong aja mager, gimana mau hidup.” Fellma menggendik bahunya tak paham dengan sikap dingin Elma yang terasa sangat berlebihan. Namun ketika ia berbalik sebuah dada bidang langsung menghadiahi dahinya. Fellma bersungut sebal sambil memegangi dahinya.

“Jalan pakai mata dong!” kesalnya lalu mendongak, seketika ia mangap melihat siapa yang tengah berdiri  di depannya sambil menatapnya heran. Pria itu mendorong Fellma ke samping agar ia  bisa lewat. Namun Fellma langsung berlari dan menghalangi jalan pria itu.

“Ngapain lo? Gak kapok kebentur? Atau lo cari kesempatan?” Fellma  meringis mendengar kalimat pedas Viliex. Tapi Fellma tidak peduli hal  itu, ia akan tetap berjuang, tidak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya. Oke!

“Nama gue Fellma Stealiva.” Fellma menyodorkan tangannya untuk bersalaman, namun tatapan mata pria  itu bukannya mengarah pada uluran tangannya yang menanti disambut, tapi mengarah ke belakang Fellma.

“Gue gak  kenal lo! Minggir.” Pria itu langsung mendorong tubuh kecil Fellma ke samping dan berjalan meninggalkan gadis itu. Fellma mengerucutkan bibirnya gemas, apakah sebegitu dinginnya jadi sampai kenalan aja gak mau?

      ***
Jikapun Elma akan menjauhinya terus-terusan di sekolah, tapi bagi Viliex ataupun Guan mereka akan tetap melakukan hal yang semestinya dilakukan oleh seorang saudara. Memperhatikan gadis itu dari  kejauhan, bukanlah hal mudah. Apalagi Viliex, yang ruang geraknya sangat terbatas untuk menemui gadis itu.

Elma's List (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang