Rasanya seperti mengulang kisah lama dengan alur yang berbeda.
***
Elma mengeratkan pegangan tangannya pada tas selempang yang dia beli di London, dekat tempat tinggal David. Suasana Indonesia yang memasuki musim panas membuatnya kegerahan, di depannya dua pria jangkung berjalan menunjukkan arah. Lalu di sampingnya pria yang katanya Ayah Elma.Tak jauh dari bandara, sebuah mobil yang tengah dihuni 3 orang tengah melambaikan tangan pada dirinya. Tersenyum bahagia seakan Elma berharga sekali. Tidak, Elma bahkan tidak bisa membedakan mana yang harus ia percaya saat ini. Kenangan buruk lebih berdampak pada system otaknya, seakan terus mendengungkan sirine bahaya jika bertemu orang baru, tidak termasuk David yang menolongnya kala itu.
“Kau seperti ketakutan?” Itu suara Nata yang asik berkacak pinggang di dekat mobil, benar-benar jengah menunggu sepertinya. Pria yang tingginya kalah dengan Guan itu mendekatinya, hendak memberi pelukan hangat. Namun langkah mundur Elma seperti memberi sinyal pada Nata yang mematung kaget. Begitu juga perempuan yang berada di dekat pintu mobil. Fellma menutup mulutnya, sadar dengan situasi sebenarnya.
Lalu pandangan terakhir Elma jatuh pada pria yang menundukkan kepalanya.
“Nona, ingat saya?”
“Maaf.” Elma berkata lirih, bersembunyi di balik punggung Viliex, secara sadar seluruh mata menatap Viliex yang juga kaget dengan tindakan Elma. Gadis itu memegang kuat baju Viliex di balik punggungnya, seakan meminta perlindungan.
“Gue sama Elma, kalian pulang pake mobil lain.” Titah Viliex mendapat tatapan tidak terima dari seluruh orang yang berada di situ.
“Paham dong!” Viliex menaikkan suaranya, membuka pintu mobil kasar sembari menarik Elma masuk. Sepanjang perjalanan keheningan menerpa, baik Viliex ataupun Elma yang asik dengan pikiran masing-masing.
“Mereka siapa?” suara kecil Elma membuat Viliex menoleh. Benar-benar kaget.
“Perempuan tadi calon Kakak iparmu. Pria tua tadi paman Greo, dia kepala pelayan di rumah. Lalu si jutek tadi Nata, gelarannya malaikat maut.” Elma membulatkan matanya, dia mengerjap berusaha mengingat siapa saja orang-orang itu dalam hidupnya.
“Nanti Kakak buatkan daftarnya.”
“Kenapa kakak baik sekali?” sela Elma merasa terharu dengan sikap Viliex setelah malam itu. Rasanya Elma memang merasa lebih dekat dengan Viliex karena pria itu berhasil mengusir ketakutannya malam itu. Sungguh rasa canggung yang sempat ia rasakan perlahan sirna karena sikap Viliex. Dan panggilan ‘kakak’ rasanya tidak asing bagi Elma.
“Kamu adikku.” Jawaban singkat tapi memberi efek seperti tersentrum bagi Elma. Ruang di hatinya seperti bergemuruh, hendak meneriakkan sesuatu.
“Nah ini daftarnya, kamu harus ingat mereka. Karena mereka lebih dari sekedar berjasa untuk hidup kamu. Tepatnya mereka pelindung dan sumber kebahagian kamu sebelumnya.” Setelah sampai di rumah, berjam-jam Elma menghabiskan waktunya untuk menyendiri di kamar. Ucapan Viliex setelah menyerahkan catatan kecil berisi foto dan keterangan orang di gambar itu cukup membuat kepalanya pening.
Guan : Adik kamu. Setiap malam selalu mengetuk pintu kamar kamu untuk mengajak makan, atau lebih sering mengantarkan nampan makanan. Paling protektif terhadap kamu. Kadang gegabah jika mendengar sesuatu terjadi padamu. Dia paling menyayangimu lebih dari apapun, bahkan dia rela mati untuk kamu.
Cukup. Elma perlu mengenali satu orang dulu sebelum berlanjut ke mereka-mereka yang terlihat sangat asing di mata Elma. Namun sungguh Elma juga penasaran dengan sosok yang ia panggil kakak itu. Apa perlu dia bertanya langsung?
KAMU SEDANG MEMBACA
Elma's List (Complete)
Novela JuvenilElma penderita self injury. Seseorang yang tak pernah dianggap di keluarganya. Sebenarnya Elma patut bersyukur mempunyai dua saudara yang perduli. Dan kekasih menyebalkan yang selalu siap sedia untuknya. Namun dibalik itu semua, ia menyimpan banyak...