49. Kembali

763 29 1
                                    

Rasanya seperti mengulang  kisah  lama dengan  alur  yang berbeda.

***
Elma mengeratkan pegangan  tangannya  pada   tas selempang yang dia  beli di London, dekat tempat tinggal David. Suasana  Indonesia yang memasuki musim panas  membuatnya  kegerahan, di depannya dua  pria  jangkung berjalan menunjukkan  arah. Lalu di sampingnya pria yang katanya Ayah Elma.

Tak jauh dari bandara, sebuah mobil yang tengah dihuni 3 orang tengah melambaikan tangan pada dirinya. Tersenyum bahagia seakan Elma berharga sekali. Tidak, Elma bahkan tidak bisa membedakan mana yang harus ia percaya saat ini. Kenangan buruk lebih berdampak pada system otaknya, seakan terus mendengungkan sirine bahaya jika bertemu orang baru, tidak termasuk David yang menolongnya kala itu.

“Kau seperti ketakutan?” Itu suara Nata yang asik berkacak pinggang di dekat mobil, benar-benar jengah menunggu sepertinya. Pria yang tingginya kalah dengan Guan itu mendekatinya, hendak memberi pelukan hangat. Namun langkah mundur Elma seperti memberi sinyal pada Nata yang mematung kaget.  Begitu juga perempuan yang berada di dekat pintu mobil. Fellma menutup mulutnya, sadar dengan situasi sebenarnya.

Lalu pandangan terakhir Elma jatuh pada pria yang menundukkan kepalanya.

“Nona, ingat  saya?”

“Maaf.”  Elma berkata  lirih,  bersembunyi di balik  punggung Viliex, secara  sadar seluruh mata menatap Viliex  yang juga kaget dengan tindakan Elma. Gadis itu memegang kuat baju Viliex di balik punggungnya, seakan meminta perlindungan.

“Gue sama Elma, kalian pulang pake mobil lain.” Titah Viliex mendapat tatapan tidak terima dari seluruh orang yang berada di situ.

“Paham  dong!” Viliex menaikkan suaranya, membuka  pintu  mobil  kasar  sembari  menarik  Elma masuk. Sepanjang perjalanan  keheningan   menerpa,  baik Viliex  ataupun Elma  yang asik dengan  pikiran masing-masing.

“Mereka  siapa?”  suara kecil Elma membuat  Viliex menoleh.  Benar-benar kaget.

“Perempuan tadi calon Kakak iparmu. Pria  tua  tadi paman  Greo, dia kepala pelayan  di rumah. Lalu  si  jutek tadi Nata,  gelarannya  malaikat maut.”  Elma  membulatkan  matanya,  dia mengerjap berusaha  mengingat siapa saja  orang-orang itu  dalam  hidupnya.

“Nanti Kakak buatkan daftarnya.”

“Kenapa kakak baik sekali?” sela Elma merasa terharu dengan sikap Viliex setelah malam itu. Rasanya Elma memang merasa lebih dekat dengan Viliex karena pria itu berhasil mengusir ketakutannya malam itu. Sungguh rasa canggung yang sempat ia rasakan perlahan sirna karena sikap Viliex. Dan panggilan ‘kakak’ rasanya tidak asing bagi Elma.

“Kamu adikku.” Jawaban singkat tapi memberi efek seperti tersentrum bagi Elma. Ruang di hatinya seperti bergemuruh, hendak meneriakkan sesuatu.

“Nah ini daftarnya, kamu harus ingat mereka. Karena mereka lebih dari sekedar berjasa untuk hidup kamu. Tepatnya mereka pelindung dan sumber kebahagian kamu sebelumnya.” Setelah sampai di rumah, berjam-jam Elma menghabiskan waktunya untuk menyendiri di kamar.  Ucapan Viliex  setelah menyerahkan catatan kecil berisi foto dan keterangan orang di gambar  itu cukup membuat kepalanya pening.

Guan  : Adik kamu. Setiap  malam selalu mengetuk pintu kamar kamu untuk mengajak makan, atau  lebih sering mengantarkan  nampan  makanan. Paling  protektif  terhadap kamu. Kadang gegabah jika mendengar  sesuatu  terjadi  padamu.  Dia  paling  menyayangimu lebih dari apapun,  bahkan dia rela mati untuk kamu.

Cukup. Elma perlu mengenali satu orang dulu sebelum berlanjut ke mereka-mereka yang terlihat sangat asing di mata Elma. Namun sungguh Elma juga penasaran dengan sosok yang ia panggil kakak itu. Apa perlu dia bertanya langsung?

Elma's List (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang