28. Nataliel Kim

494 29 0
                                    

Menghilangkanmu dari permukaan masalah. Apakah itu disebut pengecut? Aku hanya tidak ingin,  kamu terluka lagi.

***

Setelah berita itu tersiar, satu sekolah menghakimi Elma. Menyalahkan Elma, mengoloknya kalau Elma anak haram yang disembunyikan selama ini. Kenyataannya tak begitu.

Patut disyukuri juga, di saat seperti ini Pio, Meka dan Tya jadi orang yang pertama kali membelanya. Elma tak habis pikir, orang yang dulu selalu memandangnya rendah, kini jadi orang yang terdepan membelanya. Siapa yang bisa menyangka hati manusia?

“Mulut lo-lo—” Meka menunjuk satu persatu wajah-wajah yang tengah mencebik kesal ke arahnya.

“… semua sama aja kayak sampah! Gak guna ngejudge orang!” Meka bersuara lantang saat sepulang sekolah. Di sampingnya Pio dan Tya. Menyembunyikan tubuh Elma yang kurus di tengah mereka.

“El, lo dijemputkan?” tanya Pio, mengalihkan pandangan Elma agar tidak bersitatap dengan Jey. Pria itu lesu bukan main berada di depan bodyguardnya. Apa Jey tahu hal ini? Pikir Pio.

“Iya, makasih.” Elma berucap lirih sambil menarik tasnya yang melorot. Sebuah Porche Macan hitam membuka kaca jendelanya.

“Nona Elma, saya yang jemput. Tuan Aland yang meminta.” Ucap pria yang ada di dalam mobil. Pio dan dua temannya tidak curiga. Elma juga langsung menenggelamkan diri di dalam mobil itu. Tanpa perduli siapa yang berada di dalam mobil itu.

Mobil melaju kencang meninggalkan Pio, Meka dan Tya.

“Lo liat Jey tadi gak? Gue kasian sama dia.” Ucap Pio. Meka dan Tya mengangguk setuju.

“Apa lo ngerasa aneh gak sama berita kemarin? Gue sih sebenarnya punya spekulasi sendiri tentang sumber yang dimaksud.” Pio menatap dua gadis di depannya.

Meka menautkan keningnya, “Maksud lo … ah, lo tau siapa pelakunya?” tanya Meka. Tya mengangguk.

“Ya, menurut gue aja sih. Analisis asal gue aja.” Ucap Pio mengindahkan pikiran aneh yang melintas. Ia tak mau gegabah menerka-nerka siapa yang sudah jahat membuat berita itu.

***

“Oh ayolah … kau sudah bertindak cerdik dalam melakukan tugas yang ku titahkan.” Pria itu tersenyum simpul, memandang pada sosok gadis yang tengah memandangnya bingung. Elma tidak terlalu memerdulikan hal itu. Tapi setelah jalan yang harusnya ia lewati kini berubah arah. Elma membulatkan matanya, menatap jalanan.

“Siapa pria ini? Penculik?” batinnya. Tangannya meremas pergelangan tangannya. Napas Elma mulai memburu. Dadanya mendadak sesak.

Namun suara dari telpon kembali mengalihkan pandangan Elma pada sosok pria itu.

“Aku hanya menjalankan tugas dari anda.”

“Aku akan mentransfer bayaranmu secepatnya.”

“Terima kasih.”

Ada sesuatu yang aneh. Namun tak berani ia bertanya pada pria yang baru saja mengakhiri percakapan telponnya. Mata pria itu mengarah pada Elma lewat kaca dashboard. Elma mengkeret di kursi belakang, memeluk tasnya.


“Si-siapa kamu?” ucapnya setelah melihat seringaian mengerikan dari bibir tipis pria itu.

“Siapa aku? Tenang Nona, aku hanya mendapat tugas dari seseorang.” Pria berkulit putih pucat itu menyunggingkan senyumnya. Mobil berbelok, memasuki kawasan apartemen elit.

Elma berusaha menegakkan tubuhnya, merasa tidak nyaman. Tangannya meraba  tas, mencari ponselnya.

“Aku orang yang akan mengantarkanmu …” pria dengan setelan kemeja putih itu membuka pintu mobilnya, mencondongkan badannya pada Elma. Tersenyum sinis, lalu melanjutkan kalimatnya.

“… pada ketenangan yang akan kau sukai.” Tangan pria itu menarik paksa lengan Elma. Tak ada pemberontakkan dari Elma. Ia shock, kenapa ia tak curiga dengan pria ini?

Elma's List (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang