9. Semakin Terkuak

828 49 0
                                    

Aku sudah mati! Hanya saja Tuhan masih menaruh satu harapan agar aku terus bernapas.

***

Gadis dengan perban di kepalanya itu meringis merasakan sakit luar biasa di kepalanya. Pukulan pada wastafel yang sengaja ia lakukan malam itu membuat kepalanya sekarang terasa berat. Ia menegakkan tubuhnya ketika seorang suster tengah men-cek keadaannya.

"Jangan banyak bergerak dulu nona." Greo yang setia semalaman berada di kamar itu menatap anak majikannya iba. Hatinya tidak kuat melihat gadis itu menderita seperti ini.

"Terima kasih suster." Greo menghampiri Elma yang menyandarkan tubuhnya sambil menatap keatas dengan pandangan kosong. Gadis itu berharap ia pergi saja selamanya, bukannya mendekap di ruangan penuh bau obat ini. Bertanya-tanya kenapa ia masih diberi kesempatan untuk hidup, sedangkan dirinya sudah menyerah duluan.

"Siapa yang membawaku kesini?" tanyanya tanpa melihat Greo di sampingnya.

"Tuan Vi, dia yang pertama kali menemukann nona."

"Kenapa aku belum mati?" tanyanya dengan senyum penuh penderitaan. Ia meraih tangan Greo yang sudah mengusap kepala gadis itu. Ia sudah menganggap Elma seperti anak kandungnya sendiri.

"Mungkin Tuhan masih menyimpan satu keajaiban untuk nona."

"Mustahil." Elma menarik tubuhnya agar bisa duduk, ia menoleh ke samping mencari sesuatu. Greo menyodorkan ponsel Elma dari sakunya.

"Ada satu pesan dari Jey, dia menanyakan kenapa nona tidak masuk." Jujurnya membuat Elma terkejut. Ia membuka pesan yang Jey kirimkan, cepat. Benar pria itu menanyakan hal itu dan dibaca oleh pelayannya sendiri. Terlihat kalau Greo mengulum senyum tipisnya kearah lain.

"Maaf saya tidak sengaja membacanya." Tuturnya , Greo kembali duduk di sofa.

"Paman bisa pulang." Greo mengerutkan dahinya bingung. Namun wajah menyakinkan Elma membuatnya mengiyakan perintah anak majikanya itu, tentu saja ia harus memberitahu tuannya setelah ini.

"Lalu siapa yang menjaga nona?"

"Orang yang mengirim pesan tadi."

Greo berbalik dan tersenyum tipis mendengar hal itu. Pria itu memungut beberapa helai pakaiannya dan memasukkan ke dalam tas. Setidaknya ia bisa berharap kalau pria itu akan mengubah Elma selamanya. Greo pergi meninggalkan Elma yang sudah menurunkan kakinya pada sisi ranjang.

Elma melepas infusnya, bergerak menuju jendela kaca yang tertutup rapat. Tanpa memberi izin pada angin yang berhempus untuk menerpa wajah pucatnya. Gadis itu menuliskan sesuatu pada kaca bening itu dengan membuka sedikit celah pada kaca itu. Lalu menyibak tirai itu sepenuuhnya hingga cahaya matahari mampu masuk meski tidak secerah lampu neon yang terpasang.

Elma

Di rumah sakit.


Jey

Gue udah di depan pintu kamar lo. Bukain atau gue dobrak.


Elma

Giamana kamu bisa tahu?


Jey

Buka atau gue dobrak.


Elma

Buka sendiri bisa kan?


Jey membuka pintu kaca itu, ia menatap Elma yang diperban kepalanya. Lalu bergerak mendekati gadis yang sama menatapnya. Helaan nafas keluar dari mulut Jey.

Elma's List (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang