Pisau. Darah. Sepi.
Teman yang ada disaat aku terluka.
Tapi kamu, datang disaat aku sudah lama terluka.***
Jey merangkul tas sekolahnya yang berat itu menuju kamar apartemennya. Sesekali ia melambaikan tangannya pada penghuni lain. Namun seorang pria dengan setelan jas putih mirip dokter itu menanti di depan pintu kamarnya. Ia berbalik dan langsung melempar senyumnya pada Jey.Jey tidak tahu kenapa dokter nyasar itu bisa tahu alamat apartemennya, bahkan sampai nomor kamarnya. Pria dengan seragam sekolahnya itu mendekati dokter yang setia dengan lengkungan manis yang menghiasi wajahnya.
“Kakak ngapain kesini?”
Bukannya menyahut, dokter itu malah menyodorinya dengan sebuah map berwarna cokelat. Menepuk pundak adiknya itu dan memintanya untuk masuk ke kamar Jey.
Dengan senang hati Jey mempersilakan masuk kakaknya itu. Menawarkan minuman dan menyuruhnya duduk di sofa. Pria itu mengedarkan pandangannya pada kamar Jey yang tertata rapi. Design arsitektur kamarnya tidak terlalu mewah. Biasa saja pikir pria itu.
Siluet Jey muncul dari balik dinding penghubung dapur dnegan ruang tamu. Membawa nampan berisi jus jeruk dan beberapa toples cemilan miliknya.
“Mandiri sekarang ya, kenapa gak balik-balik? Gak tahu apa kakak kangen sama kamu.” Celetuknya membuat senyum Jey terbit. Ia menggeleng pelan sambil menyodorkan gelas minuman itu ke depan pria itu.
“Nanti aku balik kok, Kak. Cuma belum saatnya aja. Kakak Eza ngapain ke sini? Kuker banget.”
“Kurang kerjaan apaan … aku ke sini mau nunjukin ini sama kamu.” Pria itu menyodorkan lagi map itu pada Jey dan menyuruhnya membuka map itu.
Jey membaca beberapa keterangan yang pria itu sematkan di sana. Tangan putih Jey mengambil lembaran berupa foto itu.
“Kak Eza, aku sebenarnya kasihan sama Elma. Dia benar-benar tertekan. Ada sesuatu yang terjadi di keluarganya.” Ucap Jey diangguki oleh Eza. Tidak mungkin Elma punya penyakit itu begitu saja, pasti ada sebab. Jey menatap Eza yang tengah ngemil.
“Kenapa? Kamu beneran kepo sama dia? Suka sama dia? Disayangkan sekali memang, Elma lahir di keluarga besar, kaya raya. Tapi sampai sekarang Tuan Aland ataupun ayah tidak pernah cerita tentang sebab Elma begitu. Kurasa memang sebabnya berasal dari konflik internal di keluarga Aland.
"Eza melipat kakinya sebelum kembali berucap, “Ayah kita bersahabat baik dengan ayah Elma. Dia ingin agar anak sahabatnya ini sembuh secara total dari kebiasaan buruknya itu. Kakak diminta sebagai dokter pribadi Elma oleh ayah kita.” Jey menganga mendengar penjelesan Eza yang sangat panjang itu. Namun itu belum sepenuhnya selesai. Eza kembali membuka mulutnya untuk berujar pada adiknya itu.
“Elma akan dibawa ke rumah sakit di luar negri untuk pengobatan di sana. Itu pun kalau sudah selesai masa ulangan semester dan kenaikan kelas baru Elma akan di pindahkan ke luar negri.”
“Apa ini yang dimaksud Elma di buku catatannya. Terapi. Dia akan diterapi, Kak?” Jey langsung menyerbu Eza. Membuat sang Kakak terkekeh, mengiyakan jika memang Elma akan diterapi di luar negeri. Walau sebenarnya Eza bisa saja meminta untuk melakukan terapi di sini. Sayang, Aland menginginkan putrinya disembuhkan di tempat lain. Yang Eza curigai sebagai ajang penyembunyian identitas Elma dari publik.
“Apa Elma tidak diakui di keluarganya?” tanya Jey, Eza berhenti mengunyah. Menurunkan kakinya, tubuhnya condong ke depan.
“Sepertinya iya.”
“Pasalnya Elma dianggap anak tunggal. Secara tidak langsung Elma memang tidak diakui. Dan mereka menyembunyikan itu selama ini. Tapi ketahuan olehku. Hahaha.” Jey tertawa bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elma's List (Complete)
JugendliteraturElma penderita self injury. Seseorang yang tak pernah dianggap di keluarganya. Sebenarnya Elma patut bersyukur mempunyai dua saudara yang perduli. Dan kekasih menyebalkan yang selalu siap sedia untuknya. Namun dibalik itu semua, ia menyimpan banyak...