32. Jebakan Baru

501 32 0
                                    

Tanpa aku sadari, selama ini aku membuatmu terluka sedalam-dalamnya.
***

Elma mengerjap. Menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke retina matanya. Fellma yang duduk di sampingnya mengulas senyum.

“Syukurlah lo gak apa-apa. Kita semua terkejut loh pas lo pingsan.” Ucap Fellma membuat Elma melongo.

“Aku pingsan?” Fellma mengiyakan lewat anggukan. Gadis yang duduk di kursi dekat bangsalnya itu, memegang tangan Elma erat. Bersamaan dengan bunyi pintu terbuka. Ada sosok Meka dan Tya yang membawakannya buah dalam parcel kecil.

“Untunglah udah siuman. Kita makan buah ya.” Ucap Meka semangat. Elma berusaha duduk dibantu oleh Fellma. Suara Viliex dan Guan terdengar di luar, keduanya terkejut dengan kehadiran dua gadis lain di kamar adiknya.

“Temen.” Elma lebih dulu memberitahu sebelum Viliex angkat suara. Pria itu sudah berganti pakaian sama seperti Guan yang wanginya mengalahkan bau pengharum ruangan.

“Ini Meka dan Tya.” Elma mengenalkan pada Viliex dan Guan yang duduk di sofa. Pintu terbuka menampilkan sosok Jey dan Nata. Pria berkulit tahu putih itu berubah jadi es batu antartika ketika ada wanita. Elma sadar itu ketika senyumnya pudar.

“Nata! Kenalin ini Meka sama Tya.” Nata menaikkan sebelah alisnya menatap Elma dengan pandangan ‘aku tak perduli’. Elma terkekeh, menyuruh pria itu agar duduk.

“Wah keliatannya rame ya.” Celetuk Tya.

“Iya, ada yang mau kami omongin. Jadi mohon pengertiannya.” Nata membalas dengan maksud ‘ silakan pergi. Tak ada urusan denganmu.’ Elma terkejut, begitu juga yang lainnya. Meka dan Tya tertawa pelan. Saling berpandangan seolah mengerti maksud Nata si tahu putih.

“Oh Maafkan kami Tuan Tahu Putih. Sepertinya kamu alergi dengan keberadaan kami.” Ucap Meka. Skakmat. Nata bungkam, ia salah tingkah. Kakinya saling bertumpu, dia menghindari tatapan Meka.

“Oh baguslah kalau mengerti. Pintu ada di depan.”

“Gue masih ingat pintu keluar.” Sahut Meka kesal. Tya menutup mulutnya menahan tawa begitu juga yang lain. Kedua gadis yang baru beberapa menit duduk itu keluar. Nata menghela napas panjangnya.

“Cocok.” Semua serempak mengatakan itu. Nata duduk tegap, menunjuk dirinya dengan mulut terbuka, “Aku? Cocok apanya?”

“Dengan Meka.” Sahut Elma menutup mulutnya rapat-rapat menahan senyum saat pria itu lempeng mendengarnya.

“Lebih baik aku bersama tetanggaku yang bicaranya empat oktaf selama seminggu daripada dengan perempuan siapa … Meka. Iya Meka. Ogah!” Nata melipat tangan di dada.

“Dia hafal namanya dalam hitungan menit.” Guan ikut menimpali.

“Sudah … kasian Nata.” Ucap Jey menepuk pundak teman barunya itu.

Brakkk

Pintu ruangan itu terbuka dengan paksa, menampilkan Greo dengan sejumlah penjaganya. Mereka ngos-ngosan. Dan beberapa bulir keringat perlahan jatuh dari pelipis mereka.

“Ada wartawan, mereka mencari Elma.” Greo langsung berucap pada intinya. Penjaga yang berada di sampingnya berujar, ikut menimpali ucapan Greo.

“Kami bisa membawa nona ke tempat aman.”

“Kita ke apartemenku saja.” Seru Jey, langsung disetujui oleh Greo.

***

Selama wartawan yang berada di luar rumah sakit itu tidak mendapat akses masuk, mereka senantiasa menunggu sang berita utama keluar, siapa lagi kalau bukan Elma yang kini tengah melarikan diri.

Elma, Jey, dan tiga orang penjaga yang mukanya cukup asing bagi Elma menggiring keduanya menuju lorong rumah sakit yang agak sepi, setidaknya rumah sakit ini punya pintu belakang yang aman. Elma yang digandeng Jey memegang kuat pergelangan tangan pria itu, bertumpu pada perlindungan pria itu seperti biasanya.

Langkah kaki mereka kini mulai menuruni tangga darurat, yang entah kenapa jalurnya terasa sangat jauh dari pada tangga pada umumnya. Elma menoleh ke belakang, baru beberapa gundukan tangga yang ia lewati dan matanya menatap pada tangga selanjutnya yang masih menanti.

Helaan nafas serta langkahnya yang pelan membuat Jey sadar kalau gadis itu kini tengah kelelahan.

“Naik.” Ucapnya langsung memunggungi Elma, penjaga yang berada di depan mereka berhenti, saling bertukar pandangan. Elma ragu untuk menempelkan dadanya pada punggung belakang Jey. Namun jika ia memaksakan melangkah lagi, ia bisa menjamin kalau beberapa menit kemudian ia akan jatuh pingsan dan berakhir digendong juga.

Akhirnya ia pun mengalungkan lengannya pada leher jenjang milik Jey. Jey menggendong tubuh Elma yang agak ringan itu menuruni tangga. Beberapa kali Jey malah menggodanya hingga Elma terpaksa memukul punggungnya yang tegap itu.

“El, ukurannya berapa sih?” tanya Jey tersenyum menggoda walau tidak keliatan oleh Elma yang terus memandang ke bagian tangga selanjutnya.

“Jey, kalau ngomong aneh lagi aku bakalan nyuruh mereka mukulin kamu.” Ancamnya, membuat Jey tertawa lepas. Elma tersenyum tipis mendengar tawa khas Jey yang sudah lama tidak ia dengar.

“Kita kapan sampainya?” celetuk Jey yang sudah merasa pegal di kakinya. Penjaga itu berbalik dan tersenyum.

“Siapa yang bilang kita mau kabur?” tanya salah satu dari dua penjaga yang menemani Jey dan Elma. Jey memicingkan matanya merasa aneh dengan tatapan kedua orang di depannya. Apa jangan-jangan ….

“Kalian siapa?” tanya Jey menurunkan tubuh Elma . Gadis itu berjalan menaiki tangga di belakangnya. Dan dalam hitungan detik tubuhnya terasa lemas bersamaan dengan sebuah kain yang menyumpal mulut serta hidungnya. Elma limbung dan langsung dibopong seseorang yang datang secara tiba-tiba itu.

Jey terkejut, ia ingin menghampiri Elma yang sudah dibawa menuruni tangga selanjutnya itu.

Sialnya Jey tak sadar kalau lawannya ada di depan. Pria itu mendapat tonjokkan manis di tulang rahangnya. Lalu mendapat sebuah upper cut di bagian bawah dagu. Jey tersungkur memegangi rahangnya yang ngilu.

Kepalanya menoleh pada sosok pria yang membawa Elma turun itu. Rasanya Jey baru saja diberi hadiah manis dengan penipuan macam ini. Ia dengan sigap berdiri lagi, dan menghajar kedua pria itu sekuat tenaganya. Tangan kekar Jey menonjok bagian lambung pria satunya, dan satu kaki bagian kiri mendorong perut pria yang hendak menghajarnya dari arah samping. Dengan cepat Jey menarik baju dua pria itu, dan menghempaskan kepala keduanya pada satu sisi yang sama, membuat kepala keduanya saling berbenturan. Jey tidak peduli jika kini ia dicap sebagai pembunuh.

Ia menendang wajah pria satunya dan yang lain mendapat bogeman keras di bagian tulang hidungnya. Jey berlari menuruni tangga mengejar pria tadi. Tanpa ia sadari satu dari dua pria tadi sudah menodongkan pistol mereka. Dan dalam sekali tembakan peluru panas itu bersarang tepat di kaki kiri Jey.

Jey jatuh, ia mengerang. Tangannya merogoh saku mencari ponselnya, namun kesialan seperti belum selesai. Ia mendapat tendangan kuat di wajahnya. Karma seperti berlaku di antara dua lawan satu, dalam  peperangan tidak adil itu. Jey pingsan dengan darah yang bersimbah di wajahnya setelah mendapat banyak pukulan. Pria satunya berjalan menyusul pria yang membawa Elma. Dan satunya menghubungi seseorang yang tak lain bos mereka.

“Elma sudah kami dapatkan. Tuan Jey kami pukuli, bos. Maaf.”

“ Lupakan itu. Yang penting gadis itu. Bawa dia ke tempat yang kusuruh. Tambahkan dosis obat biusnya agar kalian dengan mudah membawa gadis sialan itu.”

“Keparat!!” Pria menoleh ketika Jey berdiri lalu memukul tulang leher belakangnya. Pria itu membentur dinding beton. Lalu pingsan. Jey terpincang-pincang mengejar pria yang berhasil membawa kabur Elma. Tak lupa ia memungut ponsel pria tadi, dan mengambil pistolnya.

Jey segera menghubungi Aland.

***

“Itu semua benar. Elma memang anakku.” Sahut Aland mantap. Ia tidak akan menyangkal semua pertanyaan yang beberapa wartawan itu ucapkan.

“Kenapa bapak menyembunyikan identitas anak bapak sendiri?” tanya seorang wartawan perempuan yang berada di dekat Viliex yang terus menggenggam tangan Fellma.

“Semua keputusan saya punya alasan yang tidak bisa saya sebutkan. Maaf saya harus pergi sekarang.” Aland berjalan melewati para awak media itu dengan bantuan para penjaga yang senantiasa bersamanya.

Aland merogoh sakunya saat sebuah telpon masuk menyambangi ponsel mahalnya.

Ia segera mengangkat telpon itu dengan cepat. Namun mendengar suara panik Jey membuat Aland sadar kalau keadaannya sekarang tidak lah baik.

“Kita di tipu!”
***
halo guys...
semoga terhibur


Elma's List (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang