10. Merebut Hatinya

827 39 0
                                    

Jika hati bisa berubah, artinya kesempatanku mendapatkan kamu masih terbentang luas.

***
Viliex merangkul tasnya yang melorot lalu berbalik. Pria bersurai  dengan tatanan wavy wips itu mengurut dadanya karena terkejut melihat Fellma berdiri di  hadapannya dengan senyumnya.

“Lo kaget ya? Ah, maaf…” Fellma menyatukan tangannya sebagai tanda permintaan maaf. Namun bukan mendapat balasan, justru wajahnya memerah  merasakan sebuah usapan lembut menjalar di kepalanya. Viliex tengah menyentuh ujung kepala Fellma.

“Kepala lo gimana?” Fellma mendongak dengan wajah bersemu, ia menahan senyum yang hampir terbit di bibirnya. Apa ini betulan? Viliex menanyakan hal ini padanya? Apa ini serius? Hatinya berteriak gembira membenarkan semua pertanyaan yang tiba-tiba menyahut satu persatu dari benaknya.

“Baik  kok, cuma beberapa hari yang lalu, agak gatel sih.” Ia menyunggingkan senyum tipis  pada pria yang masih enggan menunjukkan ekspresinya itu. Hal itu  membuat Fellma gemas sendiri melihatnya.

“Makasih banget udah nolongin gue.” Terlihat Viliex hanya mengangguk, ia pergi meninggalkan Fellma. Gadis itu cepat-cepat melangkahkan kakinya mengejar Viliex. Mensejajarkan tubuhnya dengan langkah besar Viliex, sontak tatapan sinis menyerbu dirinya.

“Ngapain lo?”

Fellma bersungut dalam hati  mendengar pertanyaan Viliex. Padahal baru saja ia terbang  karena sikap  manis Viliex, tapi kali ini pria itu menjatuhkan pada jurang paling dasar.

“Ke kelas.” Sahut Fellma seadanya, percuma jika ia bilang ingin bareng ke kelas, ia sudah tahu kalau Viliex akan menolaknya. Fellma berjalan lebih cepat, mendahului langkah besar Viliex yang sebanding dua langkahnya itu. Viliex mengulum sedikit senyum melihat tingkah Fellma. Tanpa sadar gadis itu berbelok ke arah yang sama dengan Viliex.

“Lo mau kemana?” Viliex berhenti melangkah di belakang Fellma, gadis itu tertunduk malu menyadari arah yang ia tuju salah. Apa sebegitu bodohnya ia sekarang karena pria itu?

Viliex menggeleng pelan sembari mendekati Fellma, ia menyentuh pundak gadis cantik itu, memutar tubuh Fellma ke arahnya. Fellma mengangkat wajahnya ke atas, tepat menatap mata milik Viliex yang benar-benar membuat lututnya lemas.

“Gue bikin lo gugup?” tanyanya , membuat raut wajah Fellma berubah masam, antara kesal dan malu. Tapi ia akui, jantungnya kini berpacu lebih cepat dari biasanya. Jadi pertanyaan itu benar, Fellma tidak mengelak dalam hati .

“Gue cuma lupa jalan kok.” Belanya, Viliex melangkah ke  samping memberi jalan untuk Fellma lewat. Gadis itu cepat-cepat kabur dari hadapan Viliex. Merutuki dirinya yang begitu bodoh.

“Dasar aneh.” Viliex kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas. Tidak memperdulikan lagi tatapan siswi lain yang melihat dirinya dengan Fellma tadi. Ia sadar gadis itu sudah membuat dirinya dalam bahaya.

Viliex tahu, gadis yang mendekatinya akhir-akhir ini bukan cuma Fellma saja. Ada banyak. Setiap pagi ia harus memunguti banyak cokelat dan bunga dari dalam lokernya. Belum lagi surat cinta yang bikin asam lambung Viliex naik. Kali ini ia mengumpulkan cokelat yang berada di lokernya. Iseng karena sudah beberapa hari ini jarang menuju loker. Sejak Elma masuk rumah sakit hingga sekarat dirinya jadi tidak bergairah. Bahkan melakukan sesuatu rasanya tidak bernafsu sama sekali.

Ia melirik arlojinya, cukup untuk mengangkut makanan dan bunga ini ke tong sampah pikirnya. Atau membagikan cokelat masih layak makan ke temannya.

Elma's List (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang