2. Pengacau Baru

1K 79 0
                                    

Mereka yang datang tiba-tiba dalam hidupmu adalah salah satu takdirmu. Baik atau tidak, dia akan merubah poros hidup, perlahan tapi pasti.

*****

Elma benci bising, keributan, dan hal semacam yang menimbulkan suara mengganggu termasuk pria di hadapannya  ini. Malas baginya harus mengobrol banyak dengan pria yang punya banyak omong macam Pio.

Memang tampan sih dia … tapi apa bisa memaksakan diri Elma jika ia tak mau. Begitulah kira-kira yang tengah dialami Elma, berhadapan langsung dengan pria ini membuatnya jengah setengah mati.

Berharap guru biologi masuk dan menceramahi tentang pelajaran selama mungkin agar ia bisa terhindar dari rentetan pertanyaan yang Pio ajukan padanya.

“El, lo udah makankan? Muka lo pucet? Mau gue beliin makanan di kantin mumpung gurunya belum masuk lo? Mau ya?” Pio memajukan tubuhnya ketika Elma dengan malas memandang kearah guru yang tengah berjalan. Terlihat dari jendela yang berada di samping tubuhnya.

Bukan hanya guru saja, ada sosok lain yang mengikuti perempuan paruh baya itu. Seorang pria. Pio yang melihat hal itu langsung menoel dagu Elma cepat. Elma mendesis kesal dengan tindakan Pio itu.

“Gak papa deh dicuekin tiap hari, asal bisa liat lo tiap hari gue udah bahagia banget El.” Elma menoleh ke samping tak peduli dengan pengakuan Pio yang sangat berlebihan baginya. Pria itu  kembali berbalik setelah sebelumnya mengubah posisi duduknya agar bisa berhadapan dengan Elma.

“Lo gak bosen apa godain Elma tiap hari, dianya aja gak pernah ngajak lo ngomong apalagi nyahut. Lo itu tampan Pio…cari cewek lain aja napa!”

“Gue  udah terlanjur suka, mau gimana lagi!” sahutnya  enteng. Gadis bernama Meka itu menggelengkan kepalanya tak paham dengan kelakuan teman sebangkunya itu. Apa tidak ada kata menyerah bagi Pio  hingga terus mendekati gadis dingin macam Elma.

Suasana berubah riuh ketika Bu Guru mereka masuk dan diikuti seorang pria di belakangnya. Sosok tampan bak model itu langsung dihujani dengan tatapan kagum dari seluruh siswi. Terkecuali para siswa yang langsung memasang wajah masamnya.

“Yo, lo pindah gih ke  bangku El. Biar gue bisa duduk sama tuh anak  baru!”

“Wah ide bagus! Tapi El, emang mau duduk sama gue, dari dulu  aja  dia nolak kalau ada  yang mau duduk sama dia.”

“Coba aja, pindah sana! Mumpung ibunya gak liat!” suruh Meka. Pio pun berdiri secara perlahan. Elma yang di belakang menatap heran Pio yang tiba-tiba berjalan kearah bangku kosong di  sampingnya.

“Pio…kamu ngapain?” tanya  Bu Guru itu ketika melihat Pio sudah hampir menjatuhkan bokongnya di bangku kosong itu.

“Mau pindah bu, disuruh Meka.” Meka memalingkan wajahnya dengan tatapan horror.

Bu guru itu menyuruh Pio agar duduk kembali di bangkunya. Dengan berat hati  Pio mengkuti suruhan guru itu. Meka mendengus sebal melihat Pio duduk kembali di bangku asalnya. Ia memanyunkan bibirnya  ketika sang anak baru mengedarkan pandangannya  ke seluruh teman sekelasnya yang baru.

“Silakan perkenal diri kamu.”

“Halo, nama saya Jey  Allandar.  Semoga kita bisa berteman baik ya semua…” Jey langsung melempar senyum manisnya yang langsung disambut riuh para siswi.

“Bangku kamu ada di ujung sana ya … Elma, jangan cueki Jey kalau dia  ada perlu sesuatu. Paket sementara berbagi  dulu ya sama Elma. Nanti  kamu minta bantuan Elma buat ambil paket di ruang guru.” Jey cuma mengangguk  paham lalu berjalan menuju bangku  terakhir di samping Elma yang sedang memandang kearah lain. Tanpa perduli dengan kehadiran Jey yang sudah duduk di sampingnya sambil memerhatikan wajah gadis  itu dengan saksama.

Elma's List (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang