39. Terjalin Kembali

508 24 3
                                    

Tempat kembaliku tetap padamu. Aku akan tetap melangkah maju menggapai jika kamu mendahului. Akan tetap bertahan untuk menunggu jika kamu tertinggal.

***

Setelah Aland selesai menyelesaikan kasus yang membawa namanya terseret. Kini ia bisa bernapas lega dengan hukuman yang diberikan penegak hukum atas tindakan Allandar. Namun Aland juga mendapat sanksi karena melakukan keributan saat di rumah sakit. Merusak beberapa fasilitas karena perkelahian dengan anak buah Allandar. Tidak masalah.

Tidak hanya Aland, Nata yang sempat menewaskan seorang pembunuh juga mendapat denda dari kantornya atas tindakan anarkisnya. Walau sebenarnya tindakan Nata sah-sah saja bagi kantornya. Namun untuk menjaga nama baik, pihak kantornya meminta Nata untuk membayar denda.

"Om mau ke mana?" tanya Nata berada di sampingnya, mengulur jaketnya.

"Ke rumah seseorang."

"Fellma?"

"Hei kau bukan cenayang kan?" tanya Aland menyelidik. Nata tersenyum lebar. "Tidak. Hanya menebak."

"Tebakanmu tepat sasaran." Nata tergelak sadar ucapannya benar. Tangannya menepuk pundak Aland.

"Good luck om. Semoga berhasil menyatukan dua hati lagi." Kekehnyaa tepat sasaran, membuat Aland tercengang dan melesat pergi. Takut lama-lama berhadapan dengan Nata.

***

Aland mengetuk pintu di depannya. Seorang perempuan paruh baya membukanya dan mempersilakan Aland masuk. Seorang pria berkaca mata menanti di sofa. Pria itu segan. Ia berdiri menyalami Aland.

"Selamat siang Pak Aland." Ucapnya. "Ada keperluan apa ke sini?"

"Sepertinya Anda sudah tahu tujuan saya. Saya meminta maaf atas semua kejadian yang menimpa Fellma."

Pria berkaca mata itu menyungging senyum masamnya. "Saya sudah memaafkan. Tapi tujuan anda ke sini bukan hanya itu kan?" ledeknya.

Aland terkekeh. "Anak saya Dia menyukai Fellma."

Pria bernama Rehan itu menyentuh dagunya. Berpikir sesaat. Pria yang menyukai Fellma adalah penyebab anaknya terluka. Rehan memandang Aland dengan tatapan selidik, "Jadi Anda ingin saya merestui hubungan mereka? Bukannya mereka belum jadian?" tanya Rehan terdengar polos.

Aland tergelak, lalu menarik tangan Rehan yang berada di atas meja.

"Saya mau menjodohkan Viliex dengan Fellma."

Kali ini Rehan yang tergelak. "Saya pikir apa. Tapi tidak semudah itu." Ucap Rehan kali ini membuat kerutan di dahi Aland.

"Saya akan merestui mereka, asalkan Viliex mau mengatakan langsung kepada Fellma kalau dia menyukai anak saya." Keduanya menyungging senyum jahil.

***

Setelah pulang dari kantor Rehan—ayah Fellma. Aland dikejutkan dengan panggilan telepon dari Guan. Anak bungsunya itu mengatakan kalau Viliex dan Elma akan pergi. Kedua kakak beradik itu telah siap dengan kopernya. Di depan teras terparkir mobil sang ibu.

Aland bergegas memasuki rumah ketika suara kemarahan Guan terdengar dari arah pintu. Anak bungsunya itu marah besar. Aland terdiam di ambang pintu, bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya.

"Ada apa ini?" keempat orang yang berada di sana memandang ke arah Aland. Anindiya membuka lipatan kipasnya, mengibas cepat kipasnya ke wajahnya.

"Kamu gak tahu? Anak kamu memilih pergi karena gadis ini." Anindiya menunjuk Elma, pongah. Aland diam, meresapi keadaan yang mulai hening selain helaan napasnya yang berat. Sudut matanya mengekori ekspresi Viliex dan Elma yang sendu.

Elma's List (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang