25. Ada yang Lebih Aneh dari Rasa Nyaman ini?

559 30 0
                                    

Tanpa kata jadian pun kita bisa saling menyayangi, namun zaman seolah mengatakan kalau tanpa trademark itu, semua pasangan saling mencintai tak akan bersatu. Begitukah?

***

Viliex membuka lokernya yang penuh itu. Cokelat berjatuhan, bunga mawar kecil juga ikut jatuh. Sama seperti harapan para gadis yang lewat melihat hadiah mereka berujung dalam tong sampah.

Pria dengan setelan vest hitam itu merogoh sakunya sesaat melihat sosok Fellma berjalan ke arahnya. Viliex berbalik, jantungnya memompa darah lebih cepat. Ia panik. Lalu berlari menuju kelas. Tidak perduli dengan panggilan telpon di kantung celananya.

Tunggu. Kenapa ia menghindari Fellma? Kejadian malam itu? Tak sengaja memeluknya? Yang benar saja!

Viliex berhenti, berbalik. Menyadari hal aneh yang ia rasakan.

“Aku kenapa?” gumamnya saat di tengah koridor, beberapa siswi tengah asik memandanginya.

“Hei! Kenapa lari?” suara Fellma membuat Viliex kaget.

Fellma menatapnya heran, “Kenapa kaget begitu?”

Viliex mengelak, “Siapa yang kaget!”

Ia berjalan menuju kelasnya menghindari tatapan Fellma. Gadis itu mengekorinya di belakang.

“Kenapa sih? Kok lo gugup gitu?” selidik Fellma lalu merentangkan tangannya, menahan langkah Viliex.

Viliex mencemooh dalam hati atas tindakan bodohnya. Kenapa ia tidak keruan di hadapan gadis menjengkelkan itu.

“Ini gak mungkin! Aku gak mungkin suka sama cewek berisik ini. Gak. Gak. Gak!” batinnya berteriak frustasi ketika senyum Fellma mengarah padanya. Tangan gadis itu mengibas-ngibas di depan wajahnya. Menyadarkan Viliex yang melamun itu.

“Viliex … lo kenapa?” tanya Fellma.

“Ah, gu-gue lagi … eunggg laper aja. Gu-gue duluan.” Ucap Viliex kikuk. Ia meremas rambutnya ketika menghilang di koridor lain.

“Gue kenapa jadi malu-malu kucing gini sih sama dia?” pikir Viliex mengintip dari balik dinding. Fellma sudah menjauh.

Viliex memegangi dadanya, ada degupan aneh. Suara jantungnya seperti manusia tengah lari marathon 100 km. Viliex sudah gila!

“Woi…” Jey menepuk pundak Viliex, kali ini seratus persen Viliex lebih kaget lagi kedapatan pria itu. Kayak kucing ketahuan buang air di kolong meja.

“Ngapain main petak umpet sama Fellma? Eitss—jangan –jangan lo …” Jey menunjuk-nunjuk wajah bersemu Viliex. Pria itu menutup kupingnya, lalu berjalan menghindari Jey yang sudah mengumpat.

“Aih … kura-kura dalam perahu. Pura-pura gak tahu aja dah. Paling gue cerita ke El.” Ucap Jey. Langkah Vilix terhenti, pupil matanya melebar. Ia dengan cepat menarik kerah belakang baju Jey.

“Main tarik aja nih.” Jey menepis tangan Viliex, lalu menarik tubuh pria itu ke dinding. Membelakangi beberapa penjaga yang tengah melintas. Bodyguardnya sudah sinting. Mereka benar-benar membuat Jey seperti anak Presiden sekarang.

“Lo gila, gimana bisa mereka dapat izin patroli di sekolah ini?” tanya Viliex menatap Jey tak percaya.

“Mana gue tahu. Gue ke toilet aja rasanya kayak dijaga dua algojo. Yang kalau ketahuan kabur siap dicambuk.”

Jey bergidik ngeri memeluk lengan Viliex. Telunjuk Viliex mengarah  ke jidat Jey lalu mendorongnya, “Trus kemarin lo kabur kagak dicariin apa?”

“Mikir pakai otak kan? Ya pasti dicariin lah. Kalau bisa tuh mereka pasang GPS di jidat gue.” Ucap Jey geram. Dirasa aman, Jey kembali pada misi menjahili Viliex lagi.

Elma's List (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang