18. Melarikan Diri

641 37 0
                                    


Apa yang bisa ku lakukan? Sedangkan kematian terus mengintai umurku.

***
“Libur lagi? Elma kenapa sih sebenarnya?” Pio menekankan tangannya pada bahu Jey yang terdiam mendengar pertanyaannya. Pria itu tidak menjawab satu patah katapun, ia menggenggam tangannya sendirinya. Meredam emosinya.

“Lo tau kondisinya  Elma sekarang, kan?” Bentak Pio membuat Meka dan Tya yang duduk di dekat mereka menatap bingung. Namun mendengar nama Elma disebut-sebut membuatnya sadar kalau kedua pria itu tengah membicarakan perihal ketidakhadiran Elma akhir-akhir ini.

“Emang kenapa sih si cewek bisu itu?” Tanya Tya pada Meka yang hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tya memasang kupingnya saat Jey hendak berucap sesuatu.

“Lo gak  usah tau!” Jey mendorong tubuh Pio dengan kasar, meninggalkan pria yang tak puas dengan jawaban Jey. Pio langsung menarik kerah Jey dan melayangkan satu pukulan telak yang mengenai tulang pipi Jey.

“Lo tau sesuatu tentang Elma! Apa yang lo sembunyiin Jey!” Pio terus mencengkram kuat kerah Jey yang hanya diam saja. Tya dan Meka beserta siswa lain berusaha melerai keduanya.

“Elma tengah sakit. Dia lagi tertekan. Lo gak akan tau apa masalahnya!” Alibinya berusaha meyakinkan orang yang berada di sekeliling mereka. Pio meninggalkan Jey begitu saja. Jey juga meninggalkan semua siswa yang masih keheranan tentang ucapan Jey tadi. Begitu juga Meka dan Tya yang saling melempar pandang.

Jey melarikan dirinya menuju perpustakaan yang tengah sepi. Membolos satu jam pelajaran. Kepalanya terasa pening memikirkan kejadian tadi. Pukulan Pio juga membuat pipinya terasa ngilu. Belum lagi mengingat kondisi Elma di rumah sakit, membuatnya semakin bingung ingin berbuat apa.

Sejak ayahnya tahu tentang hubungan Elma dengannya, Allandar—ayah Jey—mulai membatasi ruang gerak Jey untuk menemui gadis itu. Bahkan ayahnya dengan lancang mengganti sandi apartemennya supaya ia kembali ke rumah. Rupanya apa yang dibilang ibunya memang benar. Ayahnya akan berbuat apapun untuk melancarkan rencananya. Termasuk menjatuh Aland—ayahnya Elma.

“Apa benar lo pacar Elma?” tanya Guan tiba-tiba berdiri di samping Jey yang tengah menelungkupkan kepalanya di atas meja. “Sampai sekarang muka lo gak pernah gue temuin di bangsal El! Kenapa?” Guan bertanya lagi, kali ini dengan nada ketusnya.

“Kenapa diam?” Guan menghujaninya dengan pertanyaan ‘kenapa’. Jey mengangkat wajahnya. Helaan napas keluar dari mulut Jey.

“Lo gak bisa jaga dia ,bego!” Luapan emosi Guan  akhirnya keluar.

Jey tidak bersuara sama sekali, ia lebih baik diam. Toh jika ia menjelaskan hal yang tengah jadi masalahnya , Guan yang menghakimi Jey juga tidak akan mengerti. Namun Guan terkejut saat Viliex menarik paksa tangannya , menyeret pria itu keluar.  Fellma terkejut ketika berhadapan dengan Viliex dan Guan yang baru saja keluar dari Perpustakaan. Fellma penasaran, ia berlari mengikuti  Viliex dan Guan. Tanpa sepengetahuan dua pria itu.

Viliex membawa Guan ke dalam toilet pria, ia menampar wajah Guan sekeras mungkin. Guan menatapnya tidak percaya. Sambil tangannya memegang pipinya yang terasa ngilu. Pria itu meludah di depan kakaknya yang sudah termakan emosi. Guan sedikit terkejut melihat ludahnya bercampur darah.

“Kakak nampar aku?!”

Viliex terdiam, ia menatap tangannya yang baru saja melayangkan tamparan pada wajah Guan. Adiknya itu menangis.

“Salah jika aku ngingetin pria itu? Dia pacar kak Elma bukan? Kenapa sampai sekarang dia gak pernah nemuin kak Elma!”

“Guan, kakak bisa rasain kesedihan kamu. Kita cukup berpikir positif, kalau Jey tengah mencari waktu yang tepat untuk menemui Elma. Ingat, Jey adalah anak Allandar, pria itu punya pengaruh besar untuk ayahnya.

Elma's List (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang