👤36

61.7K 2.9K 80
                                    

"Kemaren Dimas gangguin Karin"

Alvaro yang sedari tadi tidak bergabung dalam percakapan Aldi dan Alfin mendongakkan kepalanya menatap Aldi.

"Iya, Dimas gangguin Karin"Ulang Aldi lagi.

"Lo tau darimana?"

"Kemaren pas gue mau pulang, gue liat Dimas narik tangan Karin. Dimas mau nganterin Karin pulang"

"Emang lo sama Karin ada masalah apa sih ?"

Alvaro menghela nafas sebentar."Gue nyeritain masalah gue sama keluarga gue. Sebelumnya dia udah janji nggak bakal ngasih tau siapa-siapa, tau-tau nyokap nelpon, minta maaf. Terus terakhir nyokap bilang, Karin dateng ke rumah, dan nyeritain masalah gue"

"Bagus dong. Toh niatnya baik, pengen lo sama keluarga lo baik-baik lagi"ucap Alfin.

"Karena itu lo marah ?"tanya Aldi.

Alvaro mengangguk."Karin udah beberapa kali minta maaf sama gue, tapi gue diemin aja"

"Goblok lu"

--&--

Semua murid yang ada di kelas X IPA 1  duduk dengan tenang, tak ada yang berani berbicara dan menoleh kiri-kanan, pandangan mereka fokus pada papan tulis, namun pikiran mereka melayang kemana-mana.
Karena jam pelajaran pak Ardin, sangat tidak disarankan untuk berbicara, entahlah hanya untuk meminjam Tipe-X ataupun meminjam penggaris. Jika hal itu terjadi, maka bersiaplah untuk dikeluarkan dari kelas sampai jam pelajarannya selesai.

"Ada yang ingin bertanya ?"tanya pak Ardin sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kelas.

"Tidak"ucap beberapa murid dengan pelan.

"Kalo seseorang bertanya, jawab !"kata pak Ardin sambil memelototi wajah murid-murid yang tidak menjawab pertanyaannya.

"Tidak"semua murid menjawab dengan serempak.

"Materi nya sampai di sini dulu. Jangan lupa mengerjakan PR, minggu depan di kumpul"ucap pak Ardin kemudian berlalu dari kelas.

"Anjir, pegel badan gue"kata Anya sambil memutar tubuhnya ke kiri dan kanan.

"Emang lo habis ngapain ?"tanya Karin sambil merapikan bukunya yang ada di atas meja.

"Dari tadi duduknya tegak mulu, mana ni kepala nengok depan mulu"

Seperti itulah pak Ardin jika mengajar. Duduk harus tegak, pandangan tetap fokus ke papan tulis yang ada di depan.

"Tapi lo ngerti kan rumus yang Pak Ardin kasih tadi ? secara lo fokus ngeliat papan tulis."

"Nggak"jawab Anya cepat.

--&--

"Bakso kan ?"tanya Anya yang berdiri dihadapan Karin.

Karin mengangguk. "Oke"kata Anya kemudian berlalu.

Mata Karin menatap sesosok tubuh jakung yang berada di pintu kantin ditemani kedua sahabatnya.
Karin terus-menerus menatap Alvaro, hingga kedua pasang mata itu bertemu.

Dengan cepat, Karin memalingkan wajahnya, dan beralih menatap ponsel yang ada di tangannya.

"Gue minta maaf"

Karin yang tadinya menunduk melihat ponselnya beralih menatap Alvaro yang sudah duduk dihadapannya.

"Eh. G--gue yang salah kok. Bukan lo''

"Maaf udah udah diemin lo kayak kemaren-kemaren"lanjutnya lagi.

"Harusnya gue yang minta maaf"kata Karin sambil menatap Alvaro.

"Gue minta maaf karena udah mengabaikan permintaan maaf lo"

"Nggak pa-pa kok."

Alvaro tersenyum hangat sambil menatap lekat kedua bola mata milik Karin.

"Hm" Dehem Karin sengaja membuyarkan tatapan Alvaro yang terus menatapnya hingga membuatnya risih.

"Kemaren lo digangguin Dimas ?"tanya Alvaro.

Karin mengangguk."Iya, minta gue buat pulang sama dia."

"Naksir sama lo kali" kata Alvaro sambil menjentikkan jarinya di atas meja.

"Nggak pa-pa. Kan hak dia"

"Jadi lo juga naksir sama Dimas ?" ucap Alvaro dengan terus menatap Karin. Menunggu jawaban Karin.

"Nggak. Bukan tipe gue"

Alvaro menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Karin. "Terus tipe lo kayak gimana ?"

"Nggak kasar sama cewek, baik, dan bisa ngertiin perasaan cewek"

"Hm. Gue nemuin temen-temen gue dulu."Kata Alvaro lalu beranjak pergi.

Bersamaan dengan Alvaro pergi dari meja Karin, Anya yang memegang kedua mangkuk bakso datang kemudian duduk dengan wajah yang sedikit bersemangat.

"Tadi Alvaro ngomong apa sama lo ?"tanya Anya tanpa berbasa-basi.

"Minta maaf."

"Lah, bukannya dia yang marah sama lo. Kok dia yang minta maaf ?"

"Dia minta maaf karena udah abaikan permintaan maaf gue''

"Oh"

Dear BADBOY' (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang