👤38

65.3K 2.9K 63
                                    

"Lo serius gak punya perasaan untuk Alvaro ?"

Entah sudah ke berapa kalinya Anya menanyakan itu.

"Nggak Anya. Gue nganggep Alvaro cuman sahabat gue. Gak lebih."

"Ya kasian Alvaro dong"

"Kasian apanya sih ?"

"Jadi cewek gak peka-an amat sih"kata Anya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Karin memutar bola matanya kesal. Bingung harus mengganti topik apa agar Anya tidak membahas hal itu lagi.

"Emang Alvaro kenapa ?"tanya Karin dengan malas. Percayalah, dia sangat malas membahas ini.

"Alvaro suka sama lo"

Dengan cepat Karin menoleh kepada Anya kemudian tertawa kecil."Alvaro ? suka sama gue ?"

"Gila lo. Gak ada yang lucu tau''kata Anya sambil menoyor kepala Karin.

"Emang suka gue karena apa sih ? masih banyak cewek yang luar biasa dari gue"

"Ih, dikasih tau kagak percayaan"

"Emang"

"Berani taruhan ?"tantang Anya sambil menaikkan kedua alisnya naik-turun.

"Nggak"

"Yah nggak berani''

"Kalo taruhan lo minta nya macem-macem."

Kelas yang tadinya rusuh membahas topik percakapan masing-masing seketika hening saat Bu Farida --Guru IPA -- memasuki kelas X IPA 1.

--&--

"Ma'am Nurwa datang !"teriak Rudi yang merupakan wali kelas di kelas XI IPS 4.

"Cabut gak nih ?"tanya Alfin sambil menggoyangkan meja Alvaro.

Alvaro yang masih setengah sadar, bangkit kemudian berlari diikuti Aldi dan Alfin dibelakangnya.

"Cabut ke mana nih ?"tanya Aldi dengan sedikit ngos-ngosan.

"Ruang guru"jawab Alvaro asal.

"Gila lo. Ya kali bolos terus nyantai di dalam ruang guru"

"Makanya ikut aja"

Sampailah mereka di halaman belakang sekolah. Karena terlalu capek berlari, Aldi dan Alfin segera membaringkan tubuh mereka di rerumputan yang ada di halaman tersebut.

"Gila, anjir capek banget"oceh Aldi sambil mengibaskan telapak tangan nya tepat didepan wajahnya.

"Lo nggak kepikiran mau nembak Karin ?" ucap Alfin dengan tiba-tiba.

"Kepikiran sih. Cuman gak tau gimana caranya"

"Kita bantuin"kata Aldi dan Alfin secara bersamaan.

"Kapan ?"

"Bentar malam"

"Nggak kecepatan ?"tanya Alvaro tidak percaya.

"Ya iya. Nanti kalo Dimas yang gaet gimana ?"

Alvaro mengangguk paham.

--&--

"Hah ? ngapain ?"tanya Karin dengan cepat sebelum Alvaro melanjutkan perkataannya.

Alvaro menghela nafas. Jika saja Karin adalah Alfin, mungkin sudah sedari tadi di jitaknya.

"Udah dateng aja. Jangan lupa, jam 7 malam"katanya lalu pergi tanpa menunggu jawaban Karin.

Karin setengah sebal."Alvaro ngomong apaan aja tadi ?"tanya Anya yang baru saja duduk di hadapan Karin sambil menyodorkan es jeruk.

"Tau tuh anak gajelas banget. Dia nyuruh gue buat dateng ke kafe yang gak jauh dari rumah gue"

"Jangan-jangan dia mau nembak lo ?"

"Apa sih ! lebih gajelas lu daripada Alvaro."kata Karin dengan ketus.

"Lo seriusan gak suka sama Alvaro ? padahal kalian cocok banget. Yang satu kalem, yang satunya brutal" ucap Anya diakhir dengan kekehan.

Karin memutar bola matanya kesal."Jatuh cinta itu gak segampang lu membalikkan telapak tangan. Lo harus paham sikap dan sifat seseorang itu dulu, gak langsung cinta-cintaan."

"Gue liat-liat, lo bukan orang yang gampang jatuh"tutur Anya.

"Kayaknya emang gitu"

"Beda sama gue. Setiap liat cogan udah berasa cinta"


Maaf telat up. Semua ide tentang cerita ini tiba² ilang semua:((
Mungkin karena author lagi mikirin lanjutan cerita RIVAL.
Maaf(:

Ditambah author lagi galau 😖😭 gegara sikapnya si do'i. *Lah ? malah curhat.

Dear BADBOY' (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang