Ed

82.8K 2.6K 199
                                    

Alvaro membuka pintu kostnya ketika ada yang mengetuk pintunya sambil sesekali memanggil namanya. Alvaro mengenali suara tersebut, Karin.

"Kenapa lo bawa dia ke sini?" Tanya Alvaro datar. "Kenapa lo kasih tau gue tinggal di sini?"lanjutnya.

Alvaro hendak menutup pintunya. Anjas langsung saja menahan pintu tersebut.

"Bokap masuk rumah sakit gara-gara lo!" Kata Anjas berusaha menahan emosinya. "Lo tau gak? Tiap hari pulang kantor dia gak pernah absen nyariin lo, nomor lo di telpon gak aktif. Dan kemaren."

Alvaro menaikkan kedua alisnya. "Kemaren papa kecelakaan gara-gara nyariin lo." Lanjut Anjas dengan kedua tangan mengepal.

Anjas menarik napas. "Dia khawatir sama lo bego!"

"Anter gue ketemu papa."

•••

"Pah, maafin Alvaro"

Alvaro baru saja memasuki ruangan kemudian berhamburan memeluk papanya yang duduk di atas ranjang rumah sakit tersebut.

Adinata mengelus lembut punggung Alvaro, matanya sedikit berkaca-kaca mendapat perlakuan Alvaro.

"Papa juga minta maaf, papa gak bisa ngerti in kamu."

Karin yang berada dalam ruangan itu dibuat haru melihat ayah dan anak tersebut.

•••

"Gue seneng deh liat lo baikan sama bokap lo." Kata Karin yang berjalan sejajar di samping Alvaro.

Alvaro sengaja mengajak Karin untuk berkeliling di taman rumah sakit ini.
Alvaro menggandeng tangan Karin kemudian duduk disalah satu kursi taman.

"Lo suka sama gue?" Tanya Alvaro tiba-tiba sambil menatap lekat kedua bola mata milik Karin.

Pipi Karin memerah. "Apasih lo gaje banget" katanya sambil melihat ke lain arah.

"Kalo gue bilang gue suka sama lo gimana?" Tanya Alvaro lagi.

Deg.

Jantung Karin makin tidak karuan dibuatnya.
Karin balik menatap Alvaro yang masih menatap lekat wajahnya.

"Kalo gue bilang lo harus jadi pacar gue gimana?" Lanjut Alvaro lagi.

"Lo maksa gue?" Tanya Karin.

Alvaro mengangguk. "Gue gak tanya lo mau apa enggak. Intinya sekarang kamu resmi jadi pacar aku."

Karin menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dirinya sedang malu setengah mati mendengar penuturan Alvaro. Apalagi mendengar Alvaro yang berbicara aku-kamu padanya.

"Tapi kamu mau kan?" Alvaro menarik pelan kedua tangan Karin, kemudian digenggamnya.

Karin mengangguk.

"Woi, malah asik pacaran." Alvaro dan Karin sama halnya terkejut kedatangan Anjas yang tiba - tiba.

"Apasih lu ganggu banget jomblo." Balas Alvaro.

"Bokap nyariin lo bego."

Alvaro beranjak, kemudian mengulurkan tangannya kepada Karin.
Anjas membalas uluran tangan Alvaro. Dengan cepat Alvaro menepis tangan Anjas.

"Apasih bego, bukan lu. Dasar jombs."

Karin terkikik geli melihat kakak-adik tersebut.

•••

"Hai tante." Sapa Karin sambil menyalami punggung tangan

Rina tersenyum melihat Karin yang menyalami dirinya.

"Udah lama gak ketemu."lanjut Karin kemudian duduk di sebelah Rina -mama Alvaro.

Alvaro segera berlutut kemudian mencium punggung tangan mamanya. "Maafin Alvaro mah, Alvaro janji bakal berubah."

Rina tersenyum senang kemudian mengelus lembut puncak kepala Alvaro. Lagi-lagi Karin dibuat haru karena pemandangan ini.

•••

"Om, tante, Karin pulang dulu." Pamitnya sambil menyalami satu persatu kedua orang tua Alvaro.

"Jangan ngebut Alvaroo." Pesan Rina pada Avaro yang beranjak keluar ruangan.

Semilir angin menerapa wajah Karin yang tengah memeluk hangat Alvaro. Hatinya berbunga-bunga hari ini, ia masih tidak percaya bahwa lelaki di depannya ini telah resmi menjadi pacarnya. Padahal pertemuan mereka bisa dianggap lucu.
Takdir telah membawa mereka.

"Makan dulu yah." Kata Alvaro membuyarkan lamunan Karin.

Dari balik spion Alvaro bisa melihat Karin mengangguk, digenggamnya punggung tangan Karin saat berhenti di lampu merah.

"Mau makan apa?" Tanya Alvaro sambil mengelus lembut punggung tangan Karin.

Karin tersenyum. "Pecel lele mang Udin aja gimana?"

"Oke." Alvaro kembali melajukan motornya menuju tempat Mang Udin menjual.

Alvaro dan Karin memasuki warung pinggiran tersebut dan segera memesan pada Mang Udin.

"Kamu cape?" Tanya Alvaro yang berada di hadapan Karin.

Wajahnya terlihat lesu, juga matanya yang terlihat lelah.

Karin menggeleng. "Cuma ngantuk aja."

"Mulai sekarang, kalo ada apa apa, bilang ke aku, gak perlu sungkan lagi." Kata Alvaro yang membuat detak jantung Karin begitu cepat.

"Kalo ada yang gangguin lapor aja sama aku."

Karin mengangguk.

"Kairin octaviani zahra." Karin mengangkat kedua alisnya menatap Alvaro yang juga menatapnya.

"Love you."

Dear BADBOY' (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang