- Putri Revianold-
Suasana upacara bendera pada hari ini berlangsung dengan lancar dan khidmat. Matahari bersinar terang dan sedikit menyilaukan mata meskipun aku sudah menggunakan topi. Keringat mulai mengalir di sekitar pelipis ku dan segera kuseka menggunakan punggung tanganku. Hari ini memang sangat panas dan aku tak tahan lagi. Hal yang sama juga dirasakan oleh Risa, sahabat dekat ku semenjak masuk ke sekolah ini. Ia terlihat sangat kegerahan dan sesekali menggerutu.
"Lama sekali." Ini sudah kesekian kalinya Risa menggerutu seperti itu kepadaku. Entah mengapa upacara kali ini memang berlangsung sedikit lama dari biasanya karena pembina upacara kali ini adalah kepala sekolah kami.
"Sebentar lagi akan selesai." Ucapku sambil sedikit melirik kearahnya yang berdecak tidak sabaran. Sebisa mungkin aku tidak ingin mengeluh meskipun sengatan sinar matahari membuatku sangat kepanasan.
Tak lama kemudian, sang pemimpin upacara membubarkan barisan pertanda upacara kali ini telah selesai dilaksanakan. Aku melepas topi yang kugunakan dan mengibaskannya ke seluruh wajahku yang sedikit berkeringat. Aku menoleh ke samping dan melihat Risa yang juga melakukan hal serupa denganku.
"Ayo, kita kembali ke kelas." Ajakku padanya diikuti anggukan kepala dari Risa. Saat aku hendak berjalan, tubuhku menabrak seorang lelaki yang berjalan berlawanan arah denganku. Tubuhku tersungkur ke tanah dan kini aku merasakan pantat ku sedikit sakit.
"Gunakan matamu saat berjalan." Aku membulatkan kedua mataku setelah mendengar suara lelaki tersebut. Aku langsung mengangkat kepalaku untuk melihat siapa yang baru saja menabrakku. Sedikit menyipitkan mataku karena merasa silau oleh sinar matahari, aku melihat name tag yang ada di bagian seragam nya. Ryan Sanjaya.
Risa membantuku untuk bangkit dari posisi ku. Aku membersihkan tanah - tanah yang menempel di rok ku karena terjatuh tadi. Sial karena seragam ku harus kotor sepagi ini. Tiba - tiba lelaki yang kuketahui bernama Ryan itu langsung berjalan meninggalkanku dan Risa tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Bahkan tak ada kata maaf yang terucap darinya.
"Siapa dia?" Tanyaku pada Risa yang masih memperhatikan Ryan yang berjalan dibelakangku.
"Ryan Sanjaya." Jawabnya tanpa menoleh kearahku. Ia masih terus memperhatikan Ryan tanpa berkedip. Aku langsung menarik tangan nya untuk kembali menuju ke kelas.
Sesampainya di kelas, aku langsung duduk di kursi milikku yang berada di barisan tengah, begitu juga dengan Risa. Aku menaruh topi ku diatas meja dan sedikit memijit pinggang ku yang kini juga mulai terasa sakit. Bagaimana tidak? Aku tersungkur sedikit keras dan tanah yang kupijak benar - benar keras. Sungguh menjengkelkan.
"Beruntung kau tidak dimaki - maki lebih lama olehnya." Ucap Risa yang kini memposisikan duduknya menghadap kearahku. Aku menatap kearahnya dengan kedua alis yang bertautan, bingung.
"Apa maksudmu? Seharusnya ia meminta maaf padaku, atau setidaknya membantuku untuk bangkit." Kataku yang masih merasa kesal pada sosok Ryan yang baru kukenal pagi ini. Entah ia anak kelas berapa dan jurusan apa, aku memang sering melihatnya, namun aku tak pernah tahu siapa dirinya.
"Biasanya ia selalu menghabisi seseorang yang berusaha untuk mencari masalah dengan nya." Kini aku makin merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Risa.
"Dan aku tidak berusaha untuk mencari masalah dengan nya. Lagipula dia anak kelas berapa? Jurusan apa?"
"Dia satu angkatan dengan kita, dan jurusannya sama dengan kita, IPS. Kau tak pernah mendengar namanya? Ia selalu saja mencari keributan dan sering dipanggil ke ruang BK." Rupanya ia satu angkatan denganku dan juga anak jurusan IPS. Mengapa aku tak pernah mengetahuinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.