- Putri Revianold -
Sore ini, Ryan mengajakku untuk menemaninya ke suatu tempat. Aku tak tahu kemana ia akan membawaku pergi. Aku sudah bersiap sejak beberapa menit yang lalu dan Ryan berkata bahwa ia akan sampai sebentar lagi. Tak lama aku mendengar suara raungan motor milik Ryan dan ia berhenti tepat didepan rumahku. Ia sudah memakai motor barunya, tetapi suara raungan motornya pun masih sama seperti motornya yang lama. Aku langsung menghampirinya dan naik keatas motornya tanpa diperintah terlebih dulu.
"Kita akan kemana?" Tanyaku sambil memakai helm ku dengan benar. Ryan tidak pernah membawakanku helm jika ia mengajakku pergi menggunakan motornya, maka dari itu aku selalu memakai helm ku sendiri.
Ia tak menjawab pertanyaanku dan langsung melajukan motornya menuju ke jalan raya. Kebiasaan buruknya yang lain yaitu selalu mengabaikan pertanyaan orang lain. Aku pun merasa terbiasa dengan hal - hal seperti ini. Suasana jalanan sore ini tidak terlalu padat meskipun akhir pekan, mungkin nanti malam akan penuh oleh kendaraan. Jok motor Ryan yang baru lebih sempit dari motornya yang lama, karena memang ia membeli motor ini untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang lain. Sebisa mungkin aku menjaga jarak duduk ku supaya tidak terlalu menempel pada Ryan. Ia menghentikan motornya di salah satu restoran yang ada di tengah kota.
Aku turun dari motornya dan melepas helm ku lalu memberikannya pada Ryan. Ia pun turun dari motornya dan menggenggam tanganku untuk masuk ke dalam restoran. Tunggu, ia tidak menarikku, melainkan hanya menggenggam tanganku untuk masuk ke dalam sana. Apakah ia mulai berubah? Aku tidak boleh merasa terlalu percaya diri seperti ini. Ryan tidak akan merubah sikapnya hanya untuk gadis sepertiku, bukan?
Ia membawaku ke salah satu meja kosong yang berada di ujung ruangan dan menarikkan kursinya untukku. Aku menatapnya dengan bingung lalu duduk di kursi dan ia duduk dihadapanku. Seorang pelayan datang membawakan buku menu dan memberikannya pada kami berdua.
"Kau ingin pesan apa?" Aku melirik kearah Ryan yang baru saja bertanya denganku. Aku membaca buku menunya untuk memastikan apa yang sedang ingin kumakan sekarang.
"Aku pesan spaghetti bolognese dan lemon ice." Ucapku pada sang pelayan yang mana langsung dicatat di buku kecilnya itu.
"Samakan saja." Pelayan tersebut mengangguk lalu pergi meninggalkan kami berdua. Aku merubah posisi duduk ku supaya terlihat lebih nyaman.
"Orang tua mu belum kembali?" Aku terdiam selama beberapa saat sambil menatap Ryan. Mengapa ia menjadi lebih sering berbicara sekarang?
"Belum. Mereka belum memberiku kabar kapan mereka akan pulang." Ia menganggukkan kepalanya pertanda mengerti. Untuk apa ia menanyakan soal orang tua ku?
"Ibuku sempat menanyakan soal kau. Ia menginginkan makan malam yang sempat tertunda beberapa hari yang lalu denganmu."
"Kalau begitu aku akan menerima tawarannya jika Ibumu kembali mengadakan makan malam. Tapi kau harus menemaniku disana, bagaimana?" Ia mengangkat satu alisnya pertanda ia setuju. Kupikir ia tak akan mau menemaniku.
"Apa pekerjaan orang tua mu? Apakah mereka jarang sekali berada dirumah bersamamu?"
"Ayahku adalah seorang arsitek sekaligus pemimpin sebuah perusahaan di luar kota. Ibuku adalah seorang dokter kandung. Mereka lebih sering berada di luar kota untuk mengurus pekerjaan mereka masing - masing." Aku menundukkan kepalaku merasa sedih setelah sadar bahwa hampir sebulan ini mereka tidak pulang kerumah. Aku merasa kesepian dirumah.
"Lalu apa cita - citamu?"
"Tunggu, kau tidak pernah menanyakan hal seperti ini sebelumnya. Ada apa denganmu?" Aku tertawa kecil saat ia menautkan kedua alisnya pertanda tak suka dengan pernyataanku barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.