- Putri Revianold -
Aku menghentikan film yang sedang kutonton sejenak ketika mendengar ponselku berdering dan menampilkan nama ayah disana. Aku pun langsung mengangkat panggilan darinya dan menempelkan ponselku di telinga ku tanpa menunggu lebih lama lagi. Ada apa ayah menelfonku?
"Halo?" Sapaku untuk memulai percakapan diantara kami berdua. Waktu masih menunjukkan pukul 10 pagi dan hari ini adalah hari Sabtu.
"Hai, Sayang. Apa yang sedang kau lakukan sekarang? Apakah Ayah mengganggu aktifitas mu?" Aku terkekeh sejenak.
"Aku hanya sedang menonton film dan Ayah tak mengangguku. Ada apa Ayah menelfonku? Tumben sekali."
"Seharusnya Ayah membicarakan hal ini secara langsung padamu, namun sayang Ayah belum bisa pulang untuk waktu dekat ini."
"Aku mengerti kesibukan Ayah. Memangnya apa yang ingin Ayah bicarakan padaku?" Diam - diam aku mulai merasa penasaran dengan apa yang akan Ayah bicarakan padaku, karena kelihatannya yang akan ia bahas kali ini adalah hal yang serius, terdengar dari nada bicaranya saat ini.
"Apa kau sudah memutuskan akan kuliah dimana?" Ah, rupanya soal kuliah. Aku berdeham sejenak, berusaha untuk memberikan jawaban yang sekiranya benar - benar menyuarakan isi hatiku.
"Kurasa belum. Sebenarnya aku ingin sekali kuliah di luar kota karena aku ingin menjadi gadis yang lebih mandiri dan mendapatkan banyak pengalaman baru." Ucapku mulai mencurahkan isi hatiku. Aku tahu ini bertentangan dengan pendapat Ayah soal aku yang ingin berkuliah di luar kota.
"Ayah mengerti. Tapi kau juga harus tahu bahwa Ayah melarangmu berada di luar kota karena kau akan jauh dari pengawasan kami berdua. Ayah tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu." Aku bisa merasakan kekhawatiran yang sedang Ayah rasakan saat ini.
"Ya, aku tahu. Maka dari itu aku berpikir mungkin berkuliah disini tak masalah, yang terpenting aku kuliah, bukan begitu?"
"Ya. Ayah akan mencarikan universitas terbaik disini dan kau akan memasukinya bagaimanapun caranya." Aku memutar kedua bola mataku. Selalu saja Ayah bersikap seperti ini. Ia pernah melakukan hal yang sama padaku saat aku akan menempuh pendidikan SMA. Ia berniat mencarikan sekolah yang terbaik dan akan menjaminku bahwa aku akan masuk kesana tanpa harus bersusah payah. Itu artinya ia memiliki kenalan disana yang bisa mempermudahkanku untuk diterima. Padahal akan lebih membanggakan jika aku bisa masuk ke suatu sekolah atau universitas dengan hasil usahaku sendiri.
"Aku akan mencobanya sebisaku." Jawabku seadanya karena aku tak tahu harus menjawab apa lagi.
"Dimana Ryan akan berkuliah?" Aku terkejut mendengar pertanyaan nya yang kini berubah menjadi ke Ryan.
"Entahlah. Ia sendiri mungkin akan berkuliah disini dan nantinya ia akan menggantikan posisi ayahnya menjadi pemimpin perusahaan nya." Tanpa disadari tanganku mulai membuka folder foto yang ada di laptop ku dan memperhatikan beberapa foto Ryan yang kuambil secara diam - diam. Aku merindukannya.
"Baguslah kalau begitu. Jadi Ayah bisa mempercayakannya untuk menjagamu. Ditambah ia sudah memiliki pekerjaan pasti untuk kedepannya sehingga kau tak perlu berpacaran dengan lelaki yang tak jelas apa pekerjaannya." Sungguh Ayah berpikir demikian? Demi apapun, aku tak menyangka hal seperti ini akan ia katakan padaku. Bahkan ia belum tahu jika Ryan tak lebih dari seorang lekaki berandalan yang hobi mengikuti adu balap liar. Bahkan Ayah tak tahu jika Ryan menggantikan posisi ayah nya pun karena terpaksa. Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?
"Ayah, aku ini masih SMA dan aku belum berpikiran untuk mencari lelaki yang nantinya akan bersamaku sampai aku dewasa nanti. Saat ini aku bersama Ryan karena hatiku memilihnya. Kami masih belum tahu hubungan kami akan bertahan sampai kapan." Ucapku diselingi dengan tawa meskipun aku tahu aku buruk dalam memaksakan sebuah tawa palsu.
![](https://img.wattpad.com/cover/155511210-288-k319321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.