- Putri Revianold -
Aku menutup laptopku disaat film yang baru saja kutonton telah selesai. Aku merebahkan tubuhku diatas kasur dan melihat kearah jam dinding yang kini menunjukkan pukul 9 malam. Kupikir aku sudah menghabiskan banyak waktuku untuk menonton film. Kejadian tadi siang benar - benar membuatku pusing. Tiba - tiba aku mendengar suara bel rumahku berbunyi. Dalam hati aku bertanya siapa yang bertamu di jam malam seperti ini? Aku pun langsung keluar dari kamar lalu menuruni anak tangga untuk membukakan pintu depan. Aku terkejut ketika melihat Ryan berdiri didepan pintu menggunakan pakaian serba hitam.
"Ryan? Apa yang kau lakukan disini malam - malam?" Tanyaku dengan penuh rasa penasaran. Ia tak memberitahuku bahwa ia akan kemari sebelumnya.
"Bersiaplah, aku ingin kau menemaniku di arena balap malam ini." Aku menautkan kedua alisku menjadi satu.
"Kau akan mengikuti adu balap malam ini?" Ia menjawabnya dengan sebuah anggukan kepala. Aku pun berpikir sejenak, lalu setelahnya menyuruhnya untuk masuk ke dalam sambil menungguku bersiap sebelum pergi.
Ia duduk di salah satu sofa di ruang tamu dan aku segera menuju ke kamar ku untuk berganti pakaian. Aku memilih untuk memakai jeans putihku dan juga crop tee berwarna hitam polos. Aku pun kembali turun kebawah untuk menemui Ryan yang rupanya sedang melakukan sesuatu dengan ponselnya. Ia tampak sedang membalas pesan dari seseorang.
"Aku siap." Ucapku sambil berdiri dihadapannya. Ia mengangkat kepalanya lalu menyimpan ponselnya ke dalam saku celana sebelum bangkit dari duduknya.
"Baiklah, ayo." Aku berjalan keluar rumah bersamanya setelah membawa helm ku bersamaku. Ia menaiki motornya dan aku pun menyusul duduk di belakang nya sambil memakai helm ku. Ia memakai helm full face nya lalu menoleh ke belakang sambil berdecak.
"Kau selalu saja lupa membawa jaketmu." Ia mulai melepaskan jaket kulit yang ia pakai lalu turun dari motor, berniat untuk memakaikan jaketnya padaku.
"Aku bisa mengambil jaketku di kamar." Namun ia hanya diam dan tetap memakaikan jaketnya yang sedikit kebesaran di tubuh ku. Ia pun kembali naik keatas motornya dan ia hanya memakai kaos polos berwarna hitam. Apakah ia tak kedinginan?
"Pegangan padaku." Aku langsung memeluk tubuhnya dari belakang saat ia mulai menjalankan motornya menuju ke arena balap. Punggung nya yang lebar selalu membuatku nyaman ketika membonceng di belakang nya. Aku selalu menyukai moment seperti ini.
Membutuhkan waktu 20 menit, akhirnya kami sampai di sebuah jalanan yang cukup luas dan juga sepi. Tak ada kendaraan satu pun yang melintas disini, namun aku bisa merasakan keramaian dari sini. Ryan menghentikan motornya di sebuah garis yang mana mungkin akan menjadi garis start nya. Aku turun dari motornya dan melepas helm ku, begitu juga dengannya. Ia menaruh tangannya ke pinggang ku secara protektif lalu menggiringku ke arah dimana Doni berada. Ah, aku masih mengingat dengan jelas lelaki yang mana menjadi penyelenggar balapan ini.
"Akhirnya kau datang juga." Ucap Doni menyambut kedatangan Ryan dengan penuh semangat. Ryan hanya membalasnya dengan senyuman miring seperti biasa. "Kau membawa gadismu, hah?" Lanjutnya berusaha untuk menggoda Ryan. Aku pun hanya tersenyum tipis kearahnya karena tak tahu harus bagaimana menanggapinya.
"Bersantailah dulu karena balapan nya akan berlangsung setengah jam lagi. Nikmati pesta dan minuman yang ada, tak perlu malu." Doni mengedipkan satu matanya kearahku dengan sengaja.
"Jaga matamu atau aku akan mencongkelnya keluar dari tempatnya." Peringat Ryan dengan ketus. Ia menyadari sikap Doni barusan rupanya.
"Santai, Bung. Buat diri kalian nyaman." Ia tertawa dan Ryan pun membawaku menuju ke kerumunan lain yang tak terlalu ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.