- Putri Revianold -
Kakiku melangkah beriringan menelusuri trotoar jalan. Aku baru saja membeli kopi di sebuah cafe yang letaknya hanya berjarak beberapa meter dari rumahku. Aku memilih untuk berjalan kaki karena memang lokasinya yang dekat, lagipula cuaca kali ini tampak bersahabat. Aku meminum kopi yang kubeli melalui sedotan sambil terus berjalan, sesekali tersenyum pada orang - orang yang kebetulan berpapasan denganku.
Saat sedang asik menatap kearah sekitarku, ponselku tiba - tiba bergetar. Aku berhenti sejenak dan mengeluarkan ponselku dari dalam saku celana. Tertera nama Ryan disana yang menghubungiku. Aku pun segera mengangkatnya dan menempelkan ponselku ke telinga.
"Halo?" Sapaku pertama kali. Aku memutuskan untuk sedikit menepi karena banyak sekali orang yang berjalan kaki siang ini.
"Kau ada dimana sekarang? Aku berada didepan rumahmu dan kau tak membukakan pintunya." Aku menahan tawaku saat membayangkan raut kesalnya karena menungguku untuk membukakan pintu untuknya. Aku memang belum berkata padanya bahwa aku sedang membeli kopi, dan ia pun tak memberitahuku bahwa ia akan berkunjung ke rumah.
"Maafkan aku. Aku baru saja membeli kopi. Aku sedang dalam perjalanan menuju kesana, tunggu saja sebentar." Aku memutuskan untuk kembali berjalan karena tak ingin membuat Ryan lebih lama menunggu.
"Kau membawa mobil?"
"Tidak. Aku berjalan kaki karena cafe nya cukup dekat dari rumah."
"Kau diam disana sekarang dan aku akan menjemputmu saat ini juga." Aku memutar kedua bola mataku. Ia berlebihan sekarang.
"Kau tak perlu menjemputku. Cukup tunggu aku sebentar karena aku akan sampai."
"Baiklah. Aku akan menunggumu." Aku mengangguk sekali lalu mematikan sambungan telfonnya. Memasukkan ponselku ke dalam saku celana lalu kembali berjalan.
Pandanganku terhenti pada seorang gadis yang tak lagi asing untukku. Aku pernah bertemu gadis ini, namun aku tak mengingatnya. Ia juga menatapku dengan tatapan angkuh. Tepat saat kami bersebelahan, ia berhenti.
"Putri." Secara otomatis aku menghentikan langkahku dan menoleh kearahnya. Tak salah lagi jika aku pernah bertemu dengannya, karena ia sendiri tahu namaku.
"Masih mengingatku?" Ia menaikkan satu alisnya saat aku menatapnya, mencoba untuk mengingat siapa gadis ini. Tunggu, bukankah ia mantan kekasih Ryan? Rosa?
"Kau mantan kekasih Ryan." Celetuk ku tanpa sadar. Ia tersenyum miring dan sedikit menganggukkan kepala. Ya, ia memang mantan kekasih Ryan.
"Kupikir kau sudah tak mengingatku lagi. Bagaimana kabarmu?" Aku benar - benar tak tahu apa yang membuatnya menanyakan kabarku disaat kami sama sekali tak dekat. Bahkan pertemuan pertama kami tidak terlihat baik.
"Baik. Bagaimana denganmu?" Mungkin pertanyaanku barusan terdengar menjengkelkan karena aku benar - benar tak berniat untuk menanyakan kabarnya. Aku tak peduli soal itu.
"Seperti yang kau lihat sekarang." Ia tersenyum aneh kearahku dan ia terus memperhatikanku dari kepala hingga kaki. Terjadi keheningan diantara kami berdua selama beberapa saat.
"Maaf, tetapi Ryan menungguku sekarang." Saat hendak melangkahkan kakiku meninggalkannya, ia justru menahanku dengan cara menyebut namaku.
"Putri." Aku menghentikan langkahku sejenak dan menolehkan kepalaku kearahnya. Tiba - tiba ia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum aneh, sekali lagi, aneh.
"Lupakan. Sampai jumpa." Aku memilih untuk mengabaikannya dan kemudian melanjutkan niatku untuk pulang kerumah mengingat Ryan sudah menungguku sejak tadi. Aku tak ingin diceramahi olehnya karena membuatnya menungguku lebih lama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.