- Putri Revianold -
Aku turun dari motor Ryan saat kami baru saja sampai didepan rumahku. Ia mengantarkanku pulang kerumah dan ia berkata bahwa ia akan melakukan hal ini setiap harinya mulai sekarang, kecuali jika berangkat ke sekolah karena jam berangkat kami berbeda. Ryan melepas helm nya dan tiba - tiba ponselnya berdering. Ia segera mengambil ponselnya dari dalam saku seragam dan mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?" Ia memulai sebuah percakapan. Aku memperhatikannya dan tiba - tiba ekspresinya berubah menjadi sangat serius. Aku tak tahu dengan siapa ia berbicara karena ia belum memberitahuku.
"Haruskah malam ini?" Ia bertanya pada lawan bicaranya disana. Ada apa dengan malam ini?
"Baiklah, diam kau. Aku akan kesana nanti malam." Ia langsung mematikan sambungan telfonnya begitu saja, seperti biasa. Rasa penasaran pun mulai menyerangku.
"Ada apa?" Tanyaku. Ia menatapku selama beberapa saat, tampak sedang mempertimbangkan sesuatu.
"Doni memintaku untuk mengikuti balapan nanti malam." Aku melupakan satu fakta bahwa ia adalah seorang pembalap liar. Aku tidak bisa membiarkannya mengikuti balapan seperti itu lebih lama lagi karena itu akan mengancam keselamatannya sendiri. Aku harus memikirkan alasan supaya ia bisa berhenti dari hobinya yang satu ini.
"Tak bisakah jika kau tak mengikuti balapan seperti itu lagi?" Aku menggigit bibir bawahku, mencoba untuk menebak bagaimana responnya setelah ini.
"Aku sudah berkata padamu, aku tak bisa berhenti begitu saja." Nada bicaranya mulai terdengar tak suka dengan arah pembicaraan kali ini.
"Tapi kau juga yang berkata bahwa kau akan berhenti jika ada yang bisa menghentikanmu. Apakah jika aku melarangmu tak akan membuatmu berhenti?"
"Tidak untuk sekarang, Putri."
"Lalu kapan?" Aku tak akan mengalah untuk kali ini. Aku harus bisa membuatnya berhenti meskipun sepertinya tidak akan mungkin bisa.
"Kau tahu pembicaraan seperti ini tak akan berujung baik." Aku mendengus kesal. Selalu saja seperti itu.
"Kalau begitu aku akan ikut denganmu nanti malam." Ia menatapku dengan lekat. Sepertinya ia tak memperbolehkanku untuk ikut bersamanya. Aku harus memastikan bahwa ia dalam keadaan baik - baik saja selama disana. Aku hanya merasa khawatir padanya, itu tidak salah, bukan?
"Arena balap bukanlah tempatmu."
"Tapi disana ada kau, jadi kuanggap itu tempatku juga." Aku menyengir tanpa dosa kearahnya. Aku harus ikut dengannya malam ini.
"Kau akan disana sendirian. Aku tidak bisa menjagamu karena aku harus mengikuti balapan. Aku tak akan membiarkanmu diganggu oleh siapapun disana."
"Aku bisa menjaga diriku sendiri. Kau bisa mempercayakan hal itu padaku." Terjadi keheningan selama beberapa saat. Ia tampak sedang berpikir soal ini dan dalam hati aku berharap ia akan mengijinkanku untuk ikut bersamanya.
"Baiklah. Aku akan menjemputmu pukul 10 malam." Berhasil. Aku mengangguk cepat sambil tersenyum kearahnya. Ia pun memakai helm nya dan menyalakan mesin motornya.
"Hati - hati." Ia mengangguk sekali lalu melajukan motornya pergi dari rumahku. Aku masuk ke dalam rumah untuk berisirahat sejenak sebelum pergi menemani Ryan malam nanti.
***
Aku membuka lemari pakaian ku, berpikir tentang pakaian apa yang harus kupakai untuk malam ini. Aku mengambil salah satu kaos santai berwarna hitam dan juga ripped jeans berwarna putih, ini hanyalah acara biasa, tidak ada yang peduli soal pakaian ku nantinya. Aku menggerai rambut panjangku dan mengambil tas ku yang sudah kuisi dengan dompet serta ponselku. Sebentar lagi Ryan akan sampai, maka dari itu aku segera bergegas turun kebawah untuk menunggunya di halaman rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.