- Putri Revianold -
Kini aku sedang berbaris di sebuah lapangan bersama murid lainnya, karena sekarang adalah mata pelajaran olahraga. Sinar matahari menemani kami semua siang ini yang mana membuat kami menjadi semakin kepanasan dan kelelahan, meskipun saat ini kami baru melakukan pemanasan. Aku melirik kearah Risa yang melakukan pemanasan dengan malas sambil sesekali menggerutu tidak jelas.
"Baik, cukup untuk pemanasan nya. Materi siang ini adalah permainan bola basket. Kalian pasti sudah pernah menerima materi ini sejak SD, bukan?" Ucap Pak Rahmat, guru olahraga ku. Tidak ada jawaban dan hampir seluruh murid kelas ku menundukkan kepala nya karena merasa kepanasan.
"Baik, langsung saja. Kalian akan saya bagi menjadi dua tim, sesuai nomor absen. Kalian akan bertanding secara sehat untuk kali ini, dan pemenang nya adalah tim yang mencetak banyak skor." Kami semua mengangguk mendengarkan perkataan Pak Rahmat. Beliau pun langsung membagi tim kami menjadi dua sesuai urutan nomor absen. Beruntung nomor absen ku tidak jauh dari milik Risa, jadi kami berada di satu tim yang sama.
"Percayalah, ini tidak akan pernah menyenangkan." Ucap Risa yang sudah berada di posisi nya dengan suara yang sedikit dikecilkan supaya tak terdengar oleh Pak Rahmat yang akan menjadi wasit pertandingan kali ini.
Pak Rahmat mulai meniupkan peluit nya pertanda pertandingan dimulai. Bola basket dilemparkan keatas dan aku berhasil mengambilnya dan mulai menggiring nya menuju ke area lawan. Aku bisa melihat Risa yang berdiri di dekat ku dan aku langsung melempar bola basket kearahnya, beruntung ia bisa menangkapnya dengan cepat. Ia langsung belari mendekat kearah ring dan mencoba untuk memasukkannya. Sial, karena bolanya hanya mengenai pinggir ring sehingga bola nya terpantul kebawah.
Aku terus berusaha untuk menghalangi pergerakan tim lawan yang tampak kesulitan untuk melewatiku. Tiba - tiba saja bolanya terjatuh dan dengan segera aku mengambil alih bola dan membawanya lari menuju ke ring. Setelah berada di dekat ring, aku langsung sedikit melompat sambil melempar bola kearah ring. Masuk!
"Aku tahu kau bisa!" Teriak Risa dari kejauhan dengan penuh semangat dan antusias karena aku telah berhasil mencetak skor pertama di pertandingan ini.
Kami kembali melanjutkan pertandingan yang semakin lama semakin menegangkan karena skor kedua tim hanya berbeda tipis, namun skor tim ku tetap lah unggul. Aku terus mencoba untuk merebut bola yang dipegang oleh tim lawan. Kali ini aku berhadapan dengan seorang lelaki yang mana merupakan temanku sendiri, Dava. Aku menatap kearahnya yang juga menatap kearahku. Keringat bercucuran diwajahnya.
"Kau tak akan bisa mengalahkan tim ku." Ucapnya dengan suara berat. Aku tersenyum miring dan mengedipkan satu mataku kearahnya. Bolanya terjatuh dan aku langsung mengambilnya dengan cepat. Dasar lelaki.
Aku kembali berhasil memasukkan bola ke dalam ring di menit terakhir. Pak Rahmat meniupkan peluit nya dengan panjang dan pertandingan pun berakhir. Aku mengatur nafasku yang sedikit tidak beraturan dan aku sangat kelelahan sekarang. Risa tiba - tiba merangkulku sambil tertawa puas.
"Kau hebat meskipun kau bukan seorang pemain basket." Ucapnya sambil mengacak - acak rambutku. Aku hanya tersenyum miring kearahnya. Ia benar, aku bukan lah seorang pemain basket, bahkan aku hanya akan bermain bola basket jika saat mata pelajaran olahraga seperti ini. Namun aku berhasil membuat tim ku sendiri menang.
"Pertandingan kali ini dimenangkan oleh tim Putri. Selamat untuk kalian." Tim ku pun bertepuk tangan dengan penuh semangat sambil menatap kearahku.
"Dan untuk kalian tim yang kurang beruntung, kalian bisa belajar dari tim Putri. Saya rasa cukup untuk hari ini, kita akan berjumpa di pertemuan berikutnya. Dava, tolong ambilkan bola basketnya dan bawa ke ruang perlengkapan olahraga." Dava menganggukkan kepalanya setelah mendapatkan perintah dari Pak Rahmat karena ia adalah ketua kelas disini. Pak Rahmat meninggalkan area lapangan menuju ke ruang guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.