- Putri Revianold -
Kelas ku sedang memiliki jam kosong saat ini karena guru yang seharusnya mengajar harus mengikuti rapat dinas dan tidak meninggalkan tugas apapun. Waktu seperti ini digunakan sebaik mungkin oleh para murid untuk melakukan aktivitas nya masing - masing. Saat ini aku dan Risa sedang duduk di salah satu kursi panjang yang ada didepan kelas ku.
"Kau mengamati Ryan sedang berolahraga?" Aku menautkan kedua alisku bingung sambil menoleh kearah Risa yang sedang menatap ke depan. Aku pun mengikuti arah pandang Risa dan aku baru tersadar jika di lapangan terdapat Ryan dan juga murid kelas nya sedang memiliki jam mata pelajaran olahraga. Materinya sama seperti denganku kemarin, yaitu bola basket.
Aku mengamati Ryan dari kejauhan. Sosoknya yang bertubuh tinggi dan memiliki jambul di rambutnya membuatku mudah untuk mencarinya. Ia sedang berusaha untuk merebut bola yang dipegang oleh tim lawan dengan susah payah. Ia pun tak berusaha untuk meminta bantuan teman satu tim nya dan hanya terfokus pada dirinya sendiri. Setelah berhasil merebut bolanya, Ryan berlari dan menggiring bola nya, lalu memasukkannya ke dalam ring.
"Apakah dia pemain basket?" Tanyaku pada Risa yang terus memperhatikan Ryan tanpa henti.
"Bukan. Namun kudengar, ia pernah ditawari untuk masuk ke tim basket bahkan dengan cara bahwa ia akan dijadikan kapten tim sekolah kita. Namun ia menolaknya mentah - mentah dengan alasan ia tak tertarik untuk masuk ke dalam tim basket." Aku kembali menatap kearah Ryan yang kini sedang berdiri di tengah lapangan mengamati pergerakan tim nya.
"Menurutmu, bagaimana orang nya?"
"Ryan? Banyak yang berkata bahwa ia sangat kasar pada siapapun. Dingin dan juga misterius. Sangat cuek pada orang lain." Jawabnya yang kini menatap kearahku.
"Kasar bagaimana?" Entah mengapa kini aku menjadi penasaran dengan sosok Ryan yang memang sejak awal pertemuannya denganku sedikit tidak menyenangkan.
"Kasar baik perlakuan maupun ucapannya. Ia sering berkelahi, mengucapkan kata kasar, dan lain sebagainya. Aku sendiri tak tahu karena aku bukan temannya."
"Apakah ia memiliki teman dekat?"
"Sepertinya ada satu orang yang terkadang tampak akrab dengannya. Namanya Naufal, satu kelas dengan nya." Aku mengangguk mengerti. Sekasar apapun sosok Ryan, setidaknya ia masih memiliki seorang teman yang mau berteman dengan nya dengan tulus.
Aku pun teringat akan sapu tangan nya yang ia berikan padaku kemarin. Beruntung semalam aku sudah mencucinya sebelum tidur. Aku harus mengembalikannya hari ini karena itu adalah miliknya. Namun bagaimana caranya? Aku melirik kearah Risa berniat untuk meminta pendapatnya, namun kurasa ia tak akan membiarkanku melakukan hal ini.
Aku kembali menoleh kearah Ryan dan saat itu pula pandangan kami berdua bertemu selama beberapa saat. Aku langsung menundukkan kepalaku saat merasa bahwa kami bertatapan cukup lama hingga membuatnya kehilangan konsentrasi. Aku langsung bangkit dari duduk ku dan kembali masuk ke dalam kelas. Risa sempat memanggil namaku, namun aku tak menggubrisnya.
***
Sekarang adalah saatnya jam istirahat. Setelah memikirkan hal ini secara matang, aku memutuskan untuk mengembalikan sapu tangan milik Ryan saat ia selesai dari ruang ganti, dan inilah saatnya. Aku memasukkan sapu tangan milik Ryan ke dalam saku supaya tak terlihat oleh Risa.
"Risa, aku harus ke toilet sebentar." Ucapku padanya sambil bangkit dari tempat duduk ku.
"Kau tak ingin kutemani?" Aku langsung menggelengkan kepalaku dengan cepat, menolak tawarannya.
"Tidak perlu. Aku akan sendiri saja." Ia pun mengangguk dan membiarkan aku pergi sendirian. Dalam hati aku merasa lega karena ia tak perlu tahu soal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.