- Ryan Sanjaya -
Siang ini aku sedang berada di kantin untuk menemani Naufal makan siang. Aku sendiri tak berminat untuk memakan apapun, hanya memesan minuman. Semenjak beberapa menit yang lalu, beberapa murid yang berada disini terus menerus melirik kearahku, bahkan sebagian dari mereka ada yang berbisik. Sebenarnya pemandangan seperti ini sering sekali kujumpai, entah karena mereka merasa tak suka denganku, atau kurang nyaman dengan diriku yang seperti ini. Aku pun tak peduli, sama sekali.
"Kau sadar tidak jika sejak tadi semua murid sedang memperhatikanmu?" Tanya Naufal sambil mengunyah makanan nya. Matanya pun melirik kemana - mana. Aku hanya menganggukkan kepalaku padanya.
"Dan kau merasa baik - baik saja?" Lagi - lagi aku mengangguk. Untuk apa aku mempedulikan tatapan mereka? Lagipula tak akan ada orang yang menatapku dengan tatapan yang lebih baik sedikit. Terkecuali Putri.
"Hebat kau." Ia menepuk pundak kananku sambil kembali melanjutkan menghabiskan makanan nya. Aku mendengus karena menunggu Naufal menghabiskan makanan nya hampir membuatku kehabisan kesabaran.
Aku melihat Dana yang berjalan kearah kantin. Ia memperhatikan seisi kantin, tampak seperti sedang mencari seseorang. Tatapannya terhenti padaku dan detik itu pula ia berjalan mendekat kearahku. Aku bersumpah sejak tadi aku tak berusaha untuk mencari keributan, dan jika saja ia kemari untuk mencari masalah denganku, ia akan menyesalinya. Ia berhenti tepat dihadapanku dan menatapku selama beberapa saat. Tatapan para murid pun teralihkan pada kami berdua. Mereka selalu berantusias menunggu perkelahian antara aku dan Dana terjadi.
"Setelah ini temui aku di taman belakang." Ucapnya dengan cepat. Aku mengangkat satu alisku padanya sambil menggigit sedotan minumanku, merasa tak peduli dengan nya.
"Kutunggu kau disana." Sebelum ia hendak pergi, aku langsung mencegahnya.
"Ada urusan apa? Jika itu tak penting, aku tak akan menemuimu karena itu hanya membuang waktuku." Ia memutar tubuhnya kearahku dan menatapku dengan lekat.
"Ini menyangkut soal Putri." Aku menatapnya yang pergi meninggalkan kantin. Putri? Apa maksudnya?
"Kau bisa menemuinya sekarang." Aku melirik kearah Naufal yang sejak tadi sedang memperhatikanku. Aku menggelengkan kepalaku.
"Selesaikan makan siangmu, setelah itu akan menemuinya." Aku menatap kearah gelas minumanku, mencoba untuk menebak apa yang membuat Dana ingin bertemu denganku, dan ini menyangkut soal Putri.
"Aku akan membayar makanan ku terlebih dahulu." Naufal bangkit dari kursinya dan membayar makanan beserta minuman nya. Setelah itu kami berjalan meninggalkan kantin. Kami berhenti di koridor sekolah yang ramai.
"Aku akan menemui lelaki itu." Naufal mengangguk lalu aku berjalan menuju ke taman belakang sekolah. Ia sengaja memintaku untuk menemuinya disana karena tempatnya yang sepi. Mungkin berjaga - jaga jika kami berkelahi?
Sesampainya di taman belakang sekolah, aku melihat Dana yang berdiri diam menatap kearah air mancur. Aku mendekat kearahnya dan berhenti beberapa meter darinya. Ia melirik kearahku lalu menyunggingkan sebuah senyuman yang tak pernah nyaman untuk dilihat.
"Katakan apa maumu." Ucapku menyuruhnya untuk mengatakan apa maunya karena aku tak ingin berbasa - basi, hanya membuang waktuku.
"Santai, bung. Aku menyuruhmu kemari karena aku ingin membicarakan beberapa hal padamu soal Putri." Aku menatapnya lekat - lekat. Nada berbicaranya terlalu santai. Ia menarik nafas sejenak, tanpa menatap kearahku.
"Aku tahu kau menyukai Putri." Aku tergelak mendengar ucapannya. Ia menolehkan kepalanya kearahku dengan kedua alis yang bertautan.
"Dan aku pun tahu bahwa kau juga menyukai Putri. Kau memakai status sahabat karena kau takut ditolak olehnya, bukan?" Katakan aku frontal, tapi sekali kutegaskan, aku tak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.