- Putri Revianold -
Hari ini aku kembali bersekolah seperti biasanya. Hari Senin memang selalu membuatku lelah karena upacara dan juga olahraga. Namun itu sudah kulewati dan sekarang saatnya jam istirahat. Aku belum melihat keberadaan Ryan maupun Dana hari ini, meskipun saat upacara tadi. Lagipula aku tak peduli.
Aku sedang berjalan di koridor seorang diri setelah selesai dari toilet. Risa berada dikelas untuk mengerjakan tugas yang belum ia selesaikan sejak lama. Saat melewati gudang sekolah, aku mendengar suara bentakan seseorang. Aku yakin bahwa itu adalah suara Sarah. Sial, ia selalu saja membully targetnya di gudang sialan ini. Aku langsung masuk ke dalam gudang itu dan benar, aku melihat Sarah dan kedua temannya sedang membully murid kelas 10 kurasa.
"Hentikan." Mereka semua menoleh kearahku setelah mendengar suaraku. Sikap Sarah dan kedua temannya kali ini membuatku muak. Aku pun baru teringat jika mereka hanya mendapat diskors selama satu minggu dan sekarang mereka telah kembali lagi.
"Kau lagi rupanya." Kini perhatian Sarah teralihkan padaku. Aku melirik kearah murid yang baru saja menjadi target mereka bertiga. Ia tampak sangat ketakutan.
"Kau pergilah." Anak tersebut menatapku dan dengan segera melarikan diri keluar dari gudang. Aku akan mengurus mereka bertiga dan tak akan membiarkan anak itu disiksa oleh Sarah dan kedua temannya yang jahat.
"Sebenarnya ada apa denganmu? Kau selalu mencari target baru setiap harinya dan membully mereka tanpa henti disaat mereka tak tahu apa yang sudah mereka lakukan padamu." Sarah tergelak mendengar ucapanku.
"Kau tak tahu apa - apa dan seharusnya kau tak perlu ikut campur." Aku bisa merasakan bahwa saat ini Sarah benar - benar marah padaku. Setiap kali ia sedang berurusan dengan seseorang, aku selalu datang untuk mengganggu.
"Aku hanya ingin tahu apa alasanmu dengan gadis tadi. Kurasa semua murid disini menghindarimu dan tak ada alasan jika mereka melakukan sesuatu padamu." Aku menatap mereka bertiga satu per satu. Bisa - bisanya orang seperti mereka ditakuti oleh murid disekolah ini.
"Lebih baik kau jangan pernah ikut campur atau kau akan merasakannya." Kini giliran Cika yang angkat bicara. Suaranya yang melengking membuatku ingin tertawa keras karena ia tak menakutkan sama sekali.
"Dengan suara seperti itu tak akan membuat orang lain takut." Aku tertawa karena aku tak bisa menahannya lagi. Cika merubah ekspresinya menjadi cemberut dan Sarah menatap kearah Cika dengan tajam.
Aku melihat Dara membisikkan sesuatu di telinga Sarah dan tatapan Sarah tetap tertuju padaku. Kulihat Sarah menganggukkan kepalanya dan ia memberikan kode pada kedua temannya. Tiba - tiba saja mereka berdua menahan kedua tanganku ke belakang. Sial, mereka hanya berani bermain keroyokan.
"Kalian main bertiga." Aku menyunggingkan sebuah senyuman meremehkan kearah Sarah. Aku mencoba untuk menyingkirkan pegangan mereka dariku. Sarah mendekat kearahku dan detik itu juga ia menampar pipi kiriku dengan kencang hingga wajahku menoleh ke samping dan rambutku menutupi wajahku.
"Kurang?" Aku bersumpah kali ini aku tak bisa menahan emosiku lagi. Pipiku sangat panas dan aku bisa merasakan nyeri di ujung bibirku, kurasa mengeluarkan sedikit darah.
"Kau ingin kena diskors lagi?" Aku memberanikan diri untuk melawannya. Pegangan Dara dan Cika semakin kencang padaku. Ia menamparku lagi di pipi kanan dan rasanya sangat panas. Kedua orang tua ku tak pernah menamparku dan ia berani melakukan ini padaku.
Dengan berani aku mendorong nya menggunakan kaki kanan ku dan ia tersungkur ke lantai yang sangat berdebu. Ia bangkit dan menjambak rambutku dengan kencang ke belakang. Sial, ia sudah bermain fisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.