08

571 14 0
                                    

- Ryan Sanjaya -

Jam istirahat baru saja tiba dan aku merasa lapar. Aku ingin mengajak Naufal untuk menemaniku ke kantin, namun dia terlalu asik dengan game nya di ponsel. Aku mendengus kesal dan bangkit dari tempat duduk ku.

"Aku akan ke kantin." Ucapku pada Naufal dan hanya dibalas dengan anggukan kepala olehnya.

Aku berjalan seorang diri menuju ke kantin. Sepanjang perjalanan, semua mata gadis tertuju padaku. Ada yang menatapku dengan kagum, dan ada pula yang merasa takut denganku. Menjadi pusat perhatian seperti ini membuatku risih dan aku memutuskan untuk mempercepat langkahku menuju ke kantin. Tiba - tiba aku melihat Putri yang berjalan didepanku sendirian, tidak bersama temannya yang selalu menemaninya itu. Aku langsung mendekatinya karena aku tak ingin ditatap oleh para gadis itu.

"Putri." Ucapku memanggil namanya setelah berada disebelahnya. Ia menoleh kearahku dan tersenyum. Kuakui, senyuman nya manis.

"Kau mau ke kantin?" Tanyaku padanya sambil terus berjalan dan menghadap ke depan. Aku telah dikenal sebagai lelaki yang sangat dingin di sekolah ini, dan mungkin rasanya aneh jika mereka melihatku kini bersama dengan Putri.

"Ya. Dimana Naufal?" Ia menoleh ke belakang ku untuk mencari keberadaan Naufal yang memang biasanya selalu bersamaku.

"Ia di kelas sedang bermain game. Aku juga ingin ke kantin. Kau tak keberatan?" Sebisa mungkin aku menjaga diriku sendiri tetap dingin padanya. Aku tak ingin merobohkan dinding pertahananku terlebih dahulu. Lagipula aku tak mungkin ke kantin sendirian, dan hanya Putri lah yang kukenal saat ini selain Naufal. Ia menggelengkan kepalanya dan kami pun menuju ke kantin bersama.

Sesampainya di kantin, aku melihat ke sekililing ku untuk mencari meja yang kosong. Aku melihat satu meja kosong di ujung dan segera menoleh kearah Putri yang sepertinya mulai merasa tidak nyaman. Bagaimana tidak? Kini ia menjadi pusat perhatian juga karena ia sedang bersamaku saat ini.

"Kau ingin pesan apa?" Ia menoleh kearahku setelah mendengar pertanyaanku.

"Aku ingin gado - gado dan jus mangga." Ucapnya memberitahu pesanan nya padaku. Aku mengangguk.

"Kau tunggu saja di meja ujung sana. Aku akan menyusulmu." Ia menuruti perkataanku dan langsung pergi menuju ke meja yang kutunjuk. Aku memesan makanan ku dan juga milik Putri kepada Bu Sumi yang terlihat sangat sibuk karena suasana kantin siang ini memang sangat ramai.

"Bu, pesan gado - gado dua dan jus mangga dua." Ucapku pada Bu Sumi dan dibalas acungan jempol olehnya. Setelah itu aku hendak berjalan menuju ke meja yang ditempati oleh Putri, namun aku berhenti sejenak saat melihat lima orang lelaki yang mengerubungi meja Putri.

Aku mendekat kearah mereka dan mereka belum menyadari akan hal itu. Putri hanya terdiam sambil menatap mereka satu per satu, merasa terganggu dengan kedatangan mereka semua.

"Hai, Putri. Boleh kami ikut bergabung? Pasti meja ini kosong karena kau sendirian, bukan?" Ucap salah satu lelaki yang seragam bagian lengan nya ditekuk hingga memperlihatkan lengan nya yang tak berotot sama sekali. Putri hanya diam dan tak menjawabnya.

"Atau lebih baik kau pergi? Meja ini akan kami tempati." Keempat teman lelaki itu tertawa dengan lantang. Semua pandangan murid disini tertuju kepada mereka berlima. Entah mengapa emosiku sedikit memuncak melihat mereka yang mengganggu Putri.

"Minggir." Ucapku pada lelaki tadi dan menarik pundaknya ke belakang dengan kasar. Lelaki tersebut menatapku dan aku melirik kearah name tag yang tertera di seragam nya. Disana bertuliskan Satria Wicaksono.

"Berani sekali kau melawanku." Balasnya sambil terus menatapku, namun aku tak mempedulikannya. Aku duduk dihadapan Putri dan menatapnya yang sedang menatap kearahku dan juga lelaki sialan dibelakangku secara bergantian.

RUDE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang