- Putri Revianold -
Aku memakai topi ku dan juga merapikan seragam ku setelah mendengar sebuah pengumuman agar seluruh murid segera berkumpul di lapangan untuk melaksanakan upacara bendera seperti biasanya. Aku menunggu Risa yang sedang membentuk dasinya, setelah itu kami berjalan menuju ke lapangan. Disana sudah terdapat banyak murid yang berbaris sesuai kelasnya masing - masing. Aku memilih berada di barisan tengah agar tak terlalu terkena sinar matahari yang kurasa cukup menyengat.
"Aku tak pernah menyukai upacara seperti ini." Ucap Risa mengeluh disaat upacara belum saja dimulai. Ia selalu saja seperti ini. Aku hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalaku.
Tak lama kemudian, upacara pun dimulai dan semua murid diam. Suasana menjadi hening dan juga khidmat karena seluruh murid disini tahu apa akibatnya jika tak mengikuti aturan saat upacara sedang berlangsung. Dijemur di lapangan selama tiga jam bukan lah hal yang menyenangkan. Petugas pengibar bendera mulai mengibarkan bendera nya perlahan sesuai ritme alunan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh tim paduan suara sekolah. Kami semua hormat sampai bendera berada di ujung tiang.
Bendera pun berhenti di ujung tiang. Sang pemimpin upacara memberi aba - aba agar seluruhnya berhenti memberikan hormat. Tiba - tiba terdengar suara teriakan histeris dari beberapa baris setelah barisan kelasku. Semua perhatian tertuju pada salah satu barisan, yaitu barisan kelas Ryan. Aku sedikit berjinjit untuk melihat apa yang terjadi. Rupanya ada seorang murid perempuan yang jatuh pingsan.
"Bawa dia ke UKS segera!" Perintah salah satu guru disaat anggota PMR tak kunjung datang membawakan tandu. Tak ada yang bergerak untuk mengangkat murid tersebut. Sampai akhirnya aku melihat Ryan yang berjongkok dan mulai mengangkat tubuh murid tersebut. Seketika perasaan sedikit tak suka menyerangku entah karena apa.
"Putri? Siapa yang pingsan?" Aku melirik kearah Risa yang baru saja bertanya padaku.
"Tak tahu." Jawabku dengan singkat. Aku memilih untuk kembali menghadap ke depan. Entah bagaimana bisa perasaan ini muncul. Aku tak suka melihat Ryan bertingkah seperti itu meskipun niatnya baik, yaitu membantu.
Aku kembali melirik kearah barisan kelas Ryan saat Ryan datang dan berbaris di barisan nya. Pandangan kami bertemu, namun aku segera membuang pandanganku kearah lain. Aku memang bersikap aneh kali ini dan aku menyadarinya. Upacara kembali dilanjutkan sampai ke sesi terakhir, yaitu berdoa bersama. Tak lama kemudian, upacara pun berakhir. Aku melepas topiku lalu berjalan menuju ke kelas dengan cepat setelah barisan dibubarkan.
"Putri, kau ini kenapa? Kau bersikap aneh sejak tadi." Ucap Risa yang menyusulku dari belakang. Ia juga menangkap sikap anehku barusan. Berhentilah bersikap aneh, Putri.
"Aku hanya merasa lelah dan ingin kembali ke kelas." Aku berbelok masuk ke dalam kelasku, lalu duduk di kursi ku. Risa duduk di kursi nya sambil memperhatikanku dengan cermat. Sepertinya ia tahu bahwa aku sedang berbohong.
"Putri?" Aku menolehkan kepalaku dan melihat Dana yang sudah berada di dalam kelas ku membawa sebuah botol air mineral. Ia berjalan mendekat kearahku dan memberikanku botol air tersebut.
"Aku tahu kau belum minum." Aku tersenyum padanya lalu menerima botol yang ia berikan.
"Terima kasih." Balasku dan ia hanya menganggukkan kepalanya.
"Hanya Putri yang diberi air?" Aku melirik kearah Risa yang protes karena tak diberi minuman sama sepertiku. Dana memutar kedua bola matanya lalu melemparkan botol yang ia bawa satu lagi kearah Risa, dengan cepat Risa menerimanya dan segera meneguknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.