21

260 11 0
                                    

- Ryan Sanjaya -

Setelah menunggu selama beberapa hari, akhir pekan pun datang. Hari ini adalah hari Sabtu dan waktu masih menunjukkan pukul 10 pagi. Aku mengambil ponselku dan mencari nomor seseorang yang kubutuhkan sekarang. Aku menempelkan ponselku ke telinga, menunggu jawaban dari seseorang yang sedang kutelfon.

"Halo?" Ini dia. Ardi. Montir bengkel yang biasa membantuku dalam mengurus motorku.

"Kau berada di bengkel? Aku membutuhkanmu sekarang juga." Aku bisa memprediksi bahwa saat ini Ardi sedang memutar kedua bola matanya. Karena kenyataan nya ucapanku barusan terdengar seperti perintah untuknya.

"Ya, aku berada di bengkel. Datang saja kemari." Aku langsung mematikan sambungan telfonnya lalu mengambil kunci motor beserta helm ku. Ayah sedang berkumpul bersama rekan kerjanya jadi aku tak perlu meminta ijin padanya untuk keluar.

Setelah menghabiskan waktu sekitar 20 menit, aku sampai di sebuah bengkel yang berukuran tak terlalu besar. Ardi memang seumuran denganku, ia bersekolah di sekolah kejuruan mesin dan jasanya sering dipakai oleh beberapa orang yang memang mengerti soal mesin motor. Aku mengenalnya dari Doni. Awalnya ia tak mau membantuku atau bekerjasama denganku, namun pada akhirnya ia mau setelah aku berkata padanya bahwa aku akan membayar lebih dari setiap apa yang ia kerjakan. Ia memang licik.

Aku menghentikan motorku tepat di depan garasinya yang terbuka lebar. Ia sedang mengganti oli sebuah motor, entah motor milik siapa. Ia menoleh kearahku dan menghentikan kegiatan nya sejenak. Tangannya sudah penuh dengan noda oli yang berwarna hitam. Ia mengamatiku lalu beralih ke motorku secara bergantian.

"Aku jatuh saat balapan. Body nya lecet dan rasanya sedikit aneh saat kukendarai lagi." Ucapku mulai mengutarakan permasalahan motorku saat ini semenjak adu balap beberapa hari yang lalu.

"Akan kuperiksa terlebih dahulu." Ia berjalan mendekat kearah motorku dan memperhatikan bagian sisi kiri motorku yang memang lecet cukup parah. Ia menyalakan mesin motornya lalu meraungkan mesinnya selama beberapa kali. Aku mengamatinya dari sini.

Seketika aku teringat bahwa malam ini Doni memintaku untuk adu balap lagi. Ia baru tahu memberitahuku semalam disaat aku sendiri belum sempat untuk ke bengkel memperbaiki motorku. Terpaksa hari ini aku harus ke bengkel milik Ardi sepagi ini. Persetan dengan Doni yang suka seenaknya sendiri.

"Malam ini aku akan ikut balapan lagi. Bisakah motornya selesai hari ini juga?" Ia menatapku dengan satu alis terangkat. Ia mematikan mesinnya lalu mulai mengambil beberapa perlengkapan untuk memperbaiki sisi motorku yang terkena lecet.

"Ini tak parah. Mesinnya hanya terdapat sedikit kesalahan, dan akan kuperbaiki setelah aku selesai mengurus garisan lecet ini." Ucapnya sambil meraba goresan lecet yang ada di sisi motorku. Aku mengangguk dan memilih untuk duduk di salah satu kursi hingga motorku selesai. Kurasa ini tak akan membutuhkan waktu lama.

"Dengar - dengar Josh memiliki anak buah baru?" Tanya Ardi sambil mengambil perlengkapan yang biasa ia gunakan untuk mengatasi hal semacam itu. Aku mengangguk padanya.

"Ya, dan semalam ia bertanding denganku. Ia terlalu agresif sampai membuatku ikut terjatuh bersamanya saat di tikungan." Kedua tangan nya terus bekerja sambil mendengarkan seluruh ucapanku.

"Bagaimana menurutmu?" Ia bangkit dari posisinya. Aku langsung berjalan mendekatinya dan memperhatikan bagian body motorku yang sudah kembali bagus dan juga halus, tanpa ada goresan apapun.

"Baguslah jika sudah tertutup." Aku mulai mengambil dompetku dan mengeluarkan beberapa lembar uang lalu memberikannya pada Ardi. Ia menghitungnya sejenak lalu menautkan kedua alisnya.

RUDE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang