49

296 10 1
                                    

- Putri Revianold -

Hari demi hari berlalu dengan cepat tanpa kusadari. Aku makin mengenal sosok Ryan, begitupun sebaliknya. Baik buruk tentangnya aku mulai mengerti dan aku mulai hafal dengan kebiasaan kecil yang sering ia lakukan. Hal - hal kecil tentang dirinya sanggup membuatku jatuh hati padanya, dan aku tak ingin kehilangannya. Aku tahu banyak orang yang berpikiran buruk tentang hubungan kami karena kepribadian kami yang sangat bertolakbelakang, namun aku tak pernah mempedulikan semua omongan orang lain dan aku hanya menjalani apa yang ingin kujalani sekarang. Aku sayang padanya dan aku yakin soal itu.

Dan aku baru menyadari satu hal. Sosok Ryan yang sekarang sudah berubah jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Aku berhasil merubahnya sedikit demi sedikit agar ia bisa menjadi sosok yang lebih baik lagi. Aku pun berharap dengan berubahnya Ryan yang sekarang bisa membuat orang lain lebih menghargainya dan tidak lagi memandangnya sebelah mata. Ia mungkin tak menyadari hal itu, namun aku mengerti betul bahwa ia telah berubah, dan aku merasa cukup bangga melihatnya yang sekarang. Bahkan ia tak pernah memaki ayahnya dengan kasar lagi, dan mulai menerima keberadaan ibu tirinya yang sekarang. Ayahnya menikahi wanita itu beberapa minggu yang lalu dan aku membantu Ryan untuk tetap sabar menjalani semuanya. Ia pun masih terus menemui ibu kandungnya setiap minggu. Aku tahu ia sangat menyayangi ibunya.

Ia selalu ada untukku ketika aku benar - benar membutuhkan seseorang untuk berkeluh kesah atau bersandar. Ia bisa berbaur dengan seluruh sahabatku dan ia tak pernah menunjukkan sikap kasarnya lagi pada siapapun. Sekarang ia memiliki banyak teman. Meskipun terkadang ia masih sulit untuk mengontrol emosinya, namun ia sudah berusaha sebisa mungkin untuk tidak menyakiti siapapun. Bahkan tangannya tak pernah menghantam siapapun lagi. Ia tak pernah berniat macam - macam dibelakangku kendati sikapnya yang cenderung nakal dan liar. Ah, soal balap liar, ia masih terus mengikuti adu balap itu, dan aku tak bisa melarangnya karena itu adalah hobinya, ditambah ia tak pernah melarangku untuk melakukan apapun yang kusuka. Namun aku selalu mengingatkannya untuk selalu berhati - hati dan ia melakukannya.

Kini aku sedang bersamanya dirumahku. Siang ini ia datang kerumahku dan merengek kelaparan. Maka aku membuatkannya sup ikan yang sekarang sedang ia makan. Terkadang ia memang terlihat seperti anak kecil, seperti ini contohnya. Aku terus memperhatikannya yang sedang makan masakanku dengan lahap karena sangat lapar. Merasa diperhatikan olehku, ia pun mengangkat kepalanya dan menatapku dengan bingung.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?" Tanyanya sambil kembali menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya dan mengunyahnya dengan cepat.

"Tidak apa. Aku suka melihatmu seperti ini. Kau menyukai sup nya?" Ia menganggukkan kepala sambil menelan makanannya. Aku pun tersenyum kearahnya. Ia selalu menyukai apapun yang kumasak untuknya, dan ia tak pernah protes sedikitpun.

"Setelah ini aku ingin kau menemaniku menemui Ibu."

"Baiklah, kalau begitu aku akan bersiap - siap sekarang."

"Tunggu." Cegatnya saat aku hendak bangkit dari duduk. Aku pun kembali duduk dan menatapnya.

"Kenapa?"

"Temani aku sampai aku selesai makan baru kau boleh bersiap - siap." Aku tertawa kecil sambil menggelengkan kepalaku. Ia sangat manja. Aku memilih untuk kembali duduk dan menunggunya sampai selesai makan.

"Kapan orang tua mu akan pulang?" Tanyanya lagi tanpa menelan makanannya terlebih dahulu.

"Entahlah. Mungkin minggu depan. Ah, mereka menitipkan salam untukmu semalam saat aku menelfon mereka." Kataku saat mulai teringat akan titipan salam dari kedua orang tuaku untuk Ryan.

"Sampaikan salamku untuk mereka." Aku menganggukkan kepalaku. Ryan sangat dekat dengan kedua orang tuaku, aku pun sangat dekat dengan keluarganya dan juga ibu tirinya meskipun terkadang ia tak menyukai hal itu. Masing - masing dari kami sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri.

RUDE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang