- Putri Revianold -
Aku sedang berjalan menuju ke kantin karena aku merasa sangat haus sekarang. Risa tidak bisa menemaniku karena ia terlalu malas untuk bergerak. Mau tak mau aku harus ke kantin sendiri. Tiba - tiba aku melihat Ryan yang kebetulan juga berjalan menuju kearah kantin. Aku pun langsung segera memanggilnya.
"Ryan!" Panggilku dengan sedikit berteriak agar ia bisa mendengarku. Ia berhenti sejenak dan aku langsung menghampirinya. Ia menatapku saat aku sudah berada disebelahnya.
"Kau mau ke kantin?" Tanyaku dan ia hanya mengangguk sebagai jawaban. "Kalau begitu aku ikut denganmu." Lanjutku. Kami pun berjalan menuju ke kantin bersama. Seluruh pasang mata mulai menonton kami yang sedang bersama, bahkan beberapa dari mereka ada yang berbisik - bisik.
"Aku ingin bertanya soal semalam." Ucapku selagi aku mencoba untuk tidak mempedulikan tatapan seluruh murid disini. Aku tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan tentangku dan juga Ryan, tapi kurasa itu bukan urusanku.
"Kau pasti bingung karena aku memasang harga setinggi itu." Aku mengangguk sambil berbelok menuju kantin. Beruntung suasana kantin tidak ramai untuk saat ini. Kami langsung duduk di salah satu tempat yang kosong dan berhadapan.
"Kau ingin pesan apa?" Tanya nya padaku. Sepertinya ia ingin makan siang, dan mungkin aku akan menemaninya karena aku sudah memilih untuk ikut dengannya tadi.
"Aku hanya ingin jus mangga." Jawabku. Ia pun berjalan mendekat kearah Bu Sumi dan mulai memesan pesanan nya dan juga minumanku. Ia kembali duduk dihadapanku sambil mengamati keadaan sekitar kantin.
"Jadi?" Aku menariknya kembali ke topik awal soal harga motornya. Sejak semalam aku merasa penasaran mengapa harga motornya bisa semahal itu.
"Ardi berkata padaku bahwa lelaki semalam mudah untuk ditipu. Maka dari itu aku mencoba untuk menipunya."
"Siapa Ardi? Lalu menipu bagaimana?" Ia mendengus kesal. Aku tahu ia tak suka jika aku banyak bertanya, namun aku tak akan menerima penjelasannya begitu saja kali ini.
"Ardi adalah montir yang biasa menangani motorku. Menipu dengan cara memasang harga yang lebih tinggi. Sebenarnya aku membeli motorku itu seharga 600 juta, bukan 800 juta."
"Mengapa kau melakukan itu? Bukankah 600 juta cukup untuk membeli motor yang baru? Mengapa harus memasang harga yang lebih tinggi?"
"Aku menjual padanya 750 juta. Motor yang akan kubeli harganya sekitar 700 juta, dan sisanya bisa kugunakan untuk hal - hal yang kumau. Itulah yang namanya cerdik." Ia tersenyum miring. Merasa bangga pada dirinya sendiri. Bu Sumi datang membawakan semangkuk bakso dan dua gelas jus mangga. Aku mengucapkan terima kasih padanya sebelum pergi.
"Lalu kau akan langsung membeli motor yang baru?" Tanyaku lagi setelah meminum sedikit jus ku. Ia mengangguk sambil menuangkan sedikit sambal ke bakso nya.
"Ya, sore ini aku akan pergi ke dealer motor untuk membeli yang baru. Motorku kutaruh dirumah karena sore nanti orang suruhan Andrian akan mengambilnya, begitu juga dengan cek nya." Sepertinya ia sangat pandai dalam hal seperti ini. Ia menggunakan otak cerdiknya untuk meraih keuntungan. Ini adalah sisi lain dari seorang Ryan. Ia mulai menyuapkan sesendok bakso ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan pelan.
"Lalu mengapa kau tak masuk sekolah kemarin?" Ia menghentikan kunyahan nya sebentar setelah mendengar pertanyaanku. Ia tak menatapku dan kembali melanjutkan makan nya.
"Aku sakit perut." Sakit perut? Tumben sekali. Aku memilih untuk percaya padanya.
"Kau ingin tahu sesuatu, tidak?" Aku memajukan wajahku kearahnya. Ia menautkan kedua alisnya, bingung dengan maksudku barusan. Aku berniat untuk memberitahunya bahwa aku diikutkan ke dalam lomba debat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.