- Ryan Sanjaya -
Hari ini adalah hari Sabtu dan aku berencana untuk pergi ke dealer sesuai rencanaku kemarin. Aku akan membeli motor yang baru. Aku mengambil kunci mobilku setelah bersiap lalu turun kebawah. Ayah sedang menonton televisi dan melihatku yang sedang berjalan menuju ke luar.
"Kau mau kemana?" Aku menghentikan langkahku sejenak dan memutar tubuhku kearahnya.
"Aku akan pergi ke dealer untuk membeli motor yang baru." Jawabku dengan cepat karena aku tak ingin terlalu lama berbicara dengannya.
"Motor baru? Dimana motormu yang lama? Lalu kau mendapatkan uang dari mana?" Aku memutar bola mataku saat mendengar seluruh pertanyaan nya yang tidak penting itu.
"Aku menjualnya dan kini aku akan membeli motor yang baru dengan hasil penjualan motorku. Aku tak akan meminta uang dari Ayah." Dengan begitu aku langsung pergi meninggalkan rumah menuju ke salah satu dealer yang sudah kupikirkan semalaman.
Aku menghentikan mobilku saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Ponselku berdering dan aku melihat nama Ardi disana. Untuk apa ia menelfonku? Aku langsung mengangkatnya dan menempelkannya di telinga kananku.
"Halo?" Ucapku memulai pembicaraan diantara kami berdua.
"Kau dimana sekarang?"
"Aku sedang dalam perjalanan menuju ke dealer. Ada apa?" Aku melajukan mobilku saat lampu lalu lintas berganti menjadi warna hijau. Tiba - tiba ada motor dari seberang jalan yang menerobos dan hampir saja menabrakku. Aku langsung mengklakson motor tersebut dengan kencang. "Gunakan matamu, bodoh!" Bentakku setelah membuka jendela.
"Begini, kau tidak perlu ke dealer. Aku memiliki seorang teman yang ingin menjual motornya." Aku kembali menjalankan mobilku dengan lebih pelan selagi aku berbicara dengan Ardi.
"Temanmu? Siapa? Aku membutuhkan motor yang bisa kugunakan untuk balapan, bukan motor biasa."
"Kau hanya perlu mendatanginya terlebih dulu sekarang. Aku sudah memberitahunya bahwa kau akan menemuinya sebentar lagi. Alamatnya akan kukirim." Aku mengangguk lalu mematikan sambungan telfonnya. Tak lama sebuah pesan masuk dan Ardi mengirimkan sebuah alamat. Aku langsung menuju ke alamat yang diberikan oleh Ardi.
Membutuhkan waktu sekitar 20 menit, aku sampai di salah satu rumah yang cukup besar. Letaknya berada di perumahan ternama di kota ini. Aku keluar dari mobil dan menekan bel yang berada disebelah pintu. Menunggu selama beberapa saat, muncul seorang lelaki yang mungkin seumuran denganku, berpakaian santai. Ia menatapku selama beberapa saat lalu tersenyum.
"Ryan? Masuklah." Aku mengangguk lalu mengikutinya untuk masuk ke dalam rumahnya. Rumahnya benar - benar besar dan luas, tapi sepertinya ia hanya tinggal sendirian dirumah sebesar ini. Aku duduk di salah satu kursi yang ada di ruang tamunya, dan ia duduk berseberangan denganku.
"Kau temannya Ardi, bukan? Kenalkan, namaku Rama." Ia menjulurkan tangannya kearahku. Aku membalas jabatannya lalu menarik tanganku lagi.
"Jadi kau membutuhkan motor balap?" Tanyanya. Apakah ia juga seorang pembalap motor sepertiku?
"Ya. Sebenarnya aku ingin ke dealer untuk membeli yang baru, namun Ardi berkata bahwa ia memiliki teman yang bisa kutemui untuk membeli motor balap." Ucapku sambil menatapnya. Ia anak sekolah mana sebenarnya? Jika memang ia seorang pembalap sama sepertiku, seharusnya aku mengenalnya.
"Betul. Dua hari yang lalu aku baru saja membeli motor balap yang baru, namun aku belum menggunakannya karena aku bukanlah seorang pembalap." Ternyata benar, ia bukan seorang pembalap.
"Lalu untuk apa kau membelinya?"
"Aku hanya merasa tertarik diawal, namun setelah kubeli, rasanya percuma jika aku hanya menggunakannya untuk berangkat ke sekolah atau bermain. Maka dari itu aku menjual motorku." Rupanya ia anak orang kaya raya yang suka menghamburkan uangnya untuk hal yang tidak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.