12

367 12 0
                                    

- Putri Revianold -

Aku baru saja selesai mandi setelah waktu hendak menjelang malam. Risa sudah mandi terlebih dahulu dan saat ini ia sedang bermain bersama Buddy di kasur. Aku menyisir rambutku supaya rapi dan duduk di tepian kasur, membelai bulu - bulu Buddy yang lebat dan sangat halus.

"Ayo, kita masak makan malam." Ucapku pada Risa dan ia mengangguk. Kami berdua pun turun ke bawah menuju ke dapur diikuti oleh Buddy dibelakang kami.

"Kali ini biarkan aku yang memasak." Aku mengangkat satu alisku melihat kearah Risa yang menahanku untuk tetap berada ditempatku sekarang.

"Baiklah." Aku menurut dan memilih untuk duduk di salah satu kursi yang berdekatan dengan meja counter, memperhatikannya yang mulai mengambil bumbu beserta bahan yang akan ia masak untuk malam ini.

"Apa yang akan kau buat?" Ia mengambil dua butir telur dari dalam kulkas dan beralih kembali ke kompor.

"Nasi goreng." Aku hanya mengangguk. Tiba - tiba aku mendengar suara bel rumah. Risa memutar tubuhnya dan memperhatikanku sejenak, namun aku hanya mengangkat kedua bahuku karena aku sendiri tak tahu siapa yang bertamu.

"Aku akan membukakannya sebentar." Aku bangkit dari kursiku san berjalan menuju ke pintu depan. Buddy mengikutiku dari belakang.

Aku mulai membuka pintunya ke belakang dan terkejut melihat Dana yang berdiri dihadapanku. Aku menatapnya selama beberapa saat mencoba untuk mencari tahu apa tujuannya datang kerumahku. Ia tersenyum kikuk padaku namun aku masih berekspresi datar.

"Ada apa kau kemari?" Katakan aku tak sopan karena memperlakukan tamuku seperti ini, terlebih ia sahabatku sendiri. Aku masih marah padanya soal sikapnya yang sangat tak bertanggungjawab itu.

"Aku ingin berbicara denganmu. Bolehkah aku masuk?" Pada akhirnya aku mengangguk memperbolehkannya untuk masuk ke dalam. Aku membawanya ke ruang tamu dan ia duduk di salah satu sofa yang berseberangan denganku.

"Aku membawakan ini untukmu." Ia menaruh sekotak donat dihadapanku dan juga satu cup minuman. Aku menatapnya lagi karena merasa bingung mengapa ia melakukan ini. "Donat kesukaanmu dan vanilla latte." Lanjutnya.

"Terima kasih." Jawabku singkat.

"Aku ingin memperbaiki hubungan kita yang seperti ini karena ulahku sendiri. Percayalah, aku hanya takut kau menjauhiku jika aku menceritakan seluruhnya padamu." Ia menundukkan kepalanya, tak berani menatapku.

"Tapi jika sudah seperti ini bukannya lebih parah? Kupikir selama ini aku sahabat dekatmu, tapi kau tak menceritakan hal sebesar ini padaku." Aku mencoba untuk tetap marah padanya meskipun sedikit kupaksakan.

"Maka dari itu aku sadar bahwa langkah ku salah. Maafkan aku, Put. Sahabatku satu - satunya adalah kau dan aku tak ingin kehilangan sahabatku sendiri, terlebih kita sudah saling bersama semenjak SD, bukan?" Kini aku merasa kasihan padanya. Dana memang sahabat pertamaku sebelum aku mengenal Risa. Aku menjadi sedikit merasa bersalah padanya.

"Aku maafkan." Ia mengangkat kepalanya menatapku dan aku tersenyum padanya. Ia pasti terkejut.

"Kau serius?" Aku mengangguk padanya dan seketika ia tersenyum lega. Itu semua terlihat di raut wajahnya.

"Kau sedang bersama siapa? Bukankah kau tinggal sendirian?" Ia menoleh ke dalam untuk melihat siapa yang sedang bersamaku. Belum sempat aku menjawab, Risa datang dan melihatku sedang bersama dengan Dana saat ini. Aku yakin kini di pikiran nya terdapat seribu pertanyaan dan ia akan menyerangku setelah ini.

"Kau rupanya. Aku sedang memasak nasi goreng, kau ingin bergabung dengan kami?" Aku melirik kearah Risa dan ia hanya mengabaikan tatapanku.

RUDE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang