31

226 9 0
                                    

- Putri Revianold -

Aku menggeram kesal untuk kesekian kalinya. Bagaimana tidak? Kepalaku serasa ingin pecah dan ditusuk - tusuk. Semua materi ini membuatku pusing dan juga mual. Dua minggu tidak cukup untuk memahami seluruh materi ini dan aku benar - benar memaksakan diri untuk tetap mempelajari ini semua. Aku meneguk minumanku yang kusediakan selama aku mempelajari materi ini.

"Sialan, pusing sekali kepalaku." Aku memijat pelipisku supaya rasa pusing nya menghilang sedikit demi sedikit.

Tiba - tiba aku mendengar suara bel rumah yang ditekan selama beberapa kali secara tak sabaran. Tamu mana yang bersikap tak sopan seperti itu? Dengan kesal aku langsung turun untuk membukakan pintunya. Setelah kubuka, rupanya Dana lah yang datang kerumahku. Aku memutar kedua bola mataku disaat ia justru tersenyum tanpa merasa bersalah. Aku langsung kembali masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tengah lalu menyalakan televisi.

"Hei, kau ini kenapa?" Ia duduk disebelahku. Ia memperhatikan wajahku yang kini sepertinya sedang tak nyaman untuk dilihat.

"Aku pusing karena harus mempelajari materi - materi untuk lomba debat." Jawabku sambil mencari acara di televisi yang menarik perhatianku. Namun sepertinya tidak ada satu pun yang membuatku tertarik untuk menontonnya.

"Kebetulan aku membawakanmu donat dan minuman kesukaanmu." Seketika senyumanku langsung mengembang ketika melihat kotak donat dan juga cup minuman berukuran besar yang ia bawa, tapi aku tak menyadarinya sejak tadi. Aku langsung menerimanya dan membuka kotak donatnya.

"Terima kasih, Dana." Ucapku dengan senang dan memeluknya dari samping sambil tertawa. Aku langsung mengambil salah satu donat yang memiliki rasa coklat dan menggigitnya.

"Kau mau?" Tawarku padanya sambil menjulurkan kotak donat kearahnya, namun ia menggelengkan kepalanya. "Kau dari mana?" Tanyaku sambil mengunyah donatku dengan pelan.

"Aku baru saja berkumpul bersama teman - temanku. Aku memang sengaja membelikanmu donat karena aku ingin berkunjung kemari." Aku kembali tersenyum. Ia selalu mengertiku dan tahu apa yang kusuka. Tak salah jika aku menganggapnya sebagai sahabat terbaikku.

"Apakah ini vanilla latte?" Tanyaku lagi sambil mengangkat cup minumanku.

"Tentu saja." Aku segera meminum minumannya melalui sedotan yang ada didalamnya. Ia memperhatikanku yang aku sendiri tahu bahwa aku seperti anak kecil yang senang diberi donat kesukaannya.

"Apakah aku mengganggumu belajar?"

"Tidak. Justru kau datang disaat yang tepat." Aku tertawa setelah berkata demikian. Mungkin setelah ini rasa pusingku akan hilang dan aku akan kembali bersemangat untuk kembali belajar.

"Pelajari seluruh materinya dengan benar. Aku akan menontonmu langsung saat kau lomba nanti."

"Benarkah?" Aku menatapnya dengan lekat. Risa akan datang dan Dana pun akan ikut datang. Ia memgangguk dan aku mulai berambisi untuk memenangkan perlombaannya.

"Dimana perlombannya akan berlangsung?" Aku menelan donat yang sedang kumakan sebelum menjawab pertanyaan nya.

"Di kantor dinas pendidikan." Ia menganggukkan kepalanya sambil membentuk mulutnya menjadi huruf O. Aku harus belajar dengan tekun setelah ini.

"Bagaimana hubunganmu dengan Ryan?" Aku berhenti mengunyah setelah mendengar pertanyaan yang baru saja ia lontarkan. Ia mengambil remote tv dan mengganti chanel nya.

"Hubunganku dengan Ryan? Kami tak memiliki hubungan apapun, dan kami hanya berteman." Aneh sekali jika tiba - tiba ia menanyakan soal hubunganku dan Ryan yang jelas hanya berteman.

RUDE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang