05

970 22 0
                                    

- Putri Revianold -

Aku menatap kearah langit - langit kamarku. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, namun aku masih belum bisa untuk terlelap tidur. Risa sudah tidur dengan nyenyak sejak satu jam yang lalu dan aku benar - benar tak tahu bagaimana caranya supaya aku bisa tertidur. Aku tak mungkin membangunkannya, pasti ia akan marah padaku. Tiba - tiba pikiranku melayang pada sosok Ryan.

Mungkin benar apa yang dikatakan oleh orang - orang bahwa ia adalah lelaki yang kasar, dingin, dan juga misterius. Namun sepertinya mereka belum mengenal Ryan lebih dalam. Contohnya Naufal, nyatanya ia betah berteman dengan Ryan yang memiliki sifat seperti itu dan kurasa ia tak keberatan untuk berteman dengan Ryan. Mereka berdua memiliki kepribadian yang sangat bertolakbelakang, meskipun aku baru mengenal mereka selama beberapa hari.

Apakah ada gadis yang mencoba untuk mendekatinya? Risa pernah berkata bahwa sebenarnya Ryan banyak yang menyukai, namun para gadis enggan untuk mendekatinya terlebih dahulu. Ataukah mungkin mereka terlalu takut? Aku sendiri juga tak tahu. Ia mau menerima sapu tangan nya kembali saat pulang sekolah tadi, sedangkan ia menolaknya saat aku menunggunya di ruang ganti. Ia sulit sekali untuk ditebak.

Aku langsung menggelengkan kepalaku dan mengusap wajahku karena memikirkan Ryan terlalu lama. Aku mencoba untuk memejamkan kedua mataku dan menghilangkan sosok Ryan dari pikiranku.

***

Aku dan Risa turun dari taksi yang baru saja mengantarkan kami berdua ke sekolah. Kami memang tak membawa mobil karena peraturan sekolah melarang muridnya untuk membawa mobil, kecuali motor masih diperbolehkan. Kami langsung berjalan masuk ke dalam sekolah untuk menuju ke kelas.

"Putri!" Aku menoleh kesamping dan menemukan Dana yang berlari kecil kearahku. Tumben sekali ia sudah berangkat di jam seperti ini.

"Hai. Ada apa?" Tanyaku padanya. Ia sempat melirik kearah Risa yang tak mempedulikan kami berdua.

"Maukah kau menemaniku sarapan? Aku belum sempat sarapan dirumah." Ajaknya dan aku menoleh kearah Risa yang hanya menatapku dengan tatapan kosong.

"Kau mau ikut?" Ucapku menawari Risa. Ia menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Aku sedang malas bertemu dengan dia." Aku bisa merasakan kini kedua mata Dana melebar, terkejut dengan ucapan Risa yang keluar begitu saja.

"Enak saja kau. Aku juga malas bertemu denganmu." Balas Dana dan Risa hanya menjulurkan lidahnya pada Dana.

"Sudah. Kalau begitu, kau ke kelas saja dan tunggu aku. Aku akan menemani Dana untuk sarapan sebentar." Risa mengangguk dan mulai berjalan menuju ke kelas sendirian. Aku dan Dana pun menuju ke kantin. Pantas saja ia berangkat lebih awal, rupanya ia belum sarapan.

"Kau mau sarapan?" Aku menggeleng sambil duduk di kursi yang berhadapan dengan Dana. Aku sudah sarapan sejak dirumah tadi, jadi aku masih merasa kenyang untuk sekarang.

"Bu Sumi, aku pesan bubur ayam satu dan teh hangat." Ucap Dana memberitahu pesanan nya pada Bu Sumi yang sedang membersihkan meja - meja disini.

"Tunggu sebentar." Balas Bu Sumi lalu segera menyiapkan pesanan Dana.

"Sudah lama sekali kita tak seperti ini semenjak kau asik dengan Risa." Aku tertawa mendengar keluhan Dana. Ia seperti merasa cemburu jika sahabatnya diambil alih oleh orang lain.

"Kalian berdua sahabatku. Mungkin kapan - kapan kita bisa menonton film bersama dengan Risa. Tak ada salahnya, bukan?"

Bu Sumi datang membawakan semangkuk bubur ayam dan segelas teh hangat sesuai pesanan Dana. Dana mengucapkan terima kasih pada Bu Sumi lalu mulai melahap makanan nya. Suasana kantin saat pagi hari memang cenderung sepi karena hanya ada beberapa murid yang datang kemari untuk beristirahat. Saat aku sedang mengamati sekitarku, aku melihat Ryan yang masuk ke dalam kantin dan pandangan kami bertemu selama beberapa saat.

RUDE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang