46

213 9 0
                                    

- Putri Revianold -

Suasana koridor sekolah siang ini sangat ramai karena sekarang adalah saatnya jam istirahat sedang berlangsung. Aku baru saja dari kantin bersama dengan Risa untuk membeli jus karena kami merasa haus. Kami berjalan melewati koridor sambil sesekali mengobrol tentang beberapa hal yang sebenarnya tak terlalu penting untuk dibahas.

"Kau tahu? Kudengar Dara dikeluarkan dari kelompok Sarah." Ucap Risa sambil menikmati jus apel nya melalui sedotan.

"Benarkah? Dari mana kau tahu?" Tanyaku berusaha untuk terdengar tertarik mengenai pembahasan kali ini. Sejujurnya aku selalu menghindari jika ada seseorang yang berbicara soal Sarah dan kedua temannya karena menurutku hal tersebut tidak lah penting.

"Beritanya sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Yang kutahu Dara dikeluarkan karena sepertinya ia memiliki masalah pribadi dengan Sarah." Aku membentuk mulutku menjadi huruf O sambil menganggukkan kepalaku. Kupikir pertemanan semacam itu sudah tak ada lagi, namun ternyata aku salah. Nyatanya masih ada seseorang yang rela mengeluarkan temannya sendiri dari kumpulannya hanya karena masalah pribadi.

"Putri." Aku terhenti dan menoleh kearah samping ketika ada seseorang yang memanggil namaku. Rupanya Dana lah yang memanggilku. Ia langsunh menghampiriku dengan sedikit berlari.

"Hai. Ada apa?" Tanyaku disertai senyuman yang biasa kuberikan padanya.

"Bagaimana kemarin?" Ah, rupanya ia menanyakan soal kejadian kemarin. Aku memang belum memberitahunya lagi soal bagaimana kelanjutan dari kejadian kemarin.

"Semuanya baik - baik saja. Aku memintanya untuk berubah jika ingin mendapatkan maaf dariku." Aku sedikit tertawa karena aku tahu Dana pasti tak suka jika aku memaafkan Ryan begitu mudahnya disaat ia sendiri sangat marah pada Ryan.

"Kau baik - baik saja?"

"Tentu. Seperti yang kau lihat sekarang." Ia pun tersenyum kearahku, tampak seperti lega.

"Memangnya kemarin ada kejadian apa?" Kini giliran Risa yang bertanya. Ia memang tak tahu apapun soal kejadian kemarin dan aku pun belum bercerita padanya soal ini. Pantas jika ia merasa kebingungan sekaligus penasaran sekarang.

"Nanti akan kuceritakan padamu." Jawabku pada Risa.

"Kau ini hanya penasaran." Lanjut Dana yang mulai meledek Risa. Risa pun hanya mendengus kesal mendengar perkataan Dana barusan. "Ah, ya, hampir saja aku lupa. Aku ingin kau menontonku nanti malam." Lanjut Dana sambil menatap kearahku.

"Menontonmu? Ada acara apa?"

"Aku akan mengikuti pertandingan futsal nanti malam dan aku ingin kau berada disana." Ia terlihat sangat bersemangat karena terlihat dari caranya berbicara sekarang.

"Baiklah. Dimana tempatnya dan pukul berapa?" Kini aku bisa melihat kedua matanya berbinar ketika ia tahu bahwa aku akan mendukungnya secara langsung malam ini.

"Lapangan futsal dekat sekolah, pukul 7 malam." Aku menganggukkan kepalaku sambil tersenyum kearahnya.

"Apakah aku boleh ikut?" Aku melirik kearah Risa dan Dana secara bergantian.

"Baiklah." Jawab Dana berpura - pura untuk keberatan jika Risa datang. Namun aku tahu, ia hanya bercanda. "Kalau begitu sampai jumpa nanti malam." Ia pun berlari meninggalkan kami berdua dengan perasaan senang.

"Apakah menurutmu ia masih menyimpan perasaan padamu?" Aku menolehkan kepalaku kearah Risa dengan cepat, terkejut akan pertanyaan nya barusan.

"Siapa yang kau maksud? Dana?" Ia mengangguk sebagai jawaban lalu aku tertawa sambil lanjut berjalan. "Tentu saja tidak. Kami hanya sebatas sahabat saja dan ia tahu itu." Lanjutku sambil meminum jus mangga ku. Bagaimana bisa Risa bertanya demikian?

RUDE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang