- Putri Revianold -
"Kau jadi ingin membeli es krim nya atau tidak?" Aku menoleh ke samping saat Dana mengingatkanku soal es krim yang mana menjadi kesepakatan kami tadi saat bermain basket.
"Tentu saja." Jawabku dan ia hanya memutar kedua bola matanya.
Kami baru saja selesai memainkan seluruh permainan yang ada disini. Tidak seluruhnya karena ada beberapa yang begitu ramai sehingga kami tak berminat untuk menunggu sampai permainan tersebut sepi oleh pengunjung. Kami berjalan menuju ke tempat es krim yang kumaksud. Letaknya bersebelahan dengan foodcourt yang ada disini. Saat aku memperhatikan ke arah foodcourt, mataku menangkap sosok Ryan yang sedang bersama gadis lain, duduk berdua berhadapan didalam sana. Aku mematung melihat mereka berdua, tak tahu harus bereaksi seperti apa. Aku tak mengenal siapa gadis itu karena aku tak pernah melihatnya sama sekali.
"Putri, kau mau rasa apa?" Aku mendengar suara Dana yang bertanya padaku, namun aku mengabaikannya. Pandanganku masih tertuju lurus kedepan sana, dimana Ryan masih berbicara dengan gadis dihadapannya.
"Putri?" Tanyanya lagi. Kurasa Dana mengikuti arah pandangku dan ia menangkap pemandangan yang sama dengan apa yang kulihat. "Sialan. Kau tunggu disini dan biarkan aku yang mengurusnya." Aku menahan lengannya dengan cepat ketika ia hendak pergi meninggalkanku menuju kearah Ryan. Sepertinya ia marah sekarang melihat Ryan bersama gadis lain, dan bukan aku.
"Tak perlu. Bisakah kita pulang sekarang?" Aku menundukkan kepalaku, sebisa mungkin menahan diriku agar tak menangis sekarang di tempat umum.
"Tidak sampai aku memberikan pelajaran untuknya." Ia menarik pergelangan tanganku dengan paksa dan membawaku menuju kearah dimana Ryan dan gadis tersebut duduk. Mereka berdua belum menyadari keberadaanku disini.
"Hey, Bung." Dana menepuk pundak kanan Ryan dan tepat disaat Ryan menoleh ke belakang, satu pukulan keras melayang di pipi kiri Ryan hingga ia tersungkur ke lantai. Gadis yang sedang bersamanya saat ini berteriak terkejut dan semua pengunjung mulai memusatkan perhatiannya pada kami semua.
"Apa - apaan kau?!" Ryan bangkit dan membalas pukulan Dana tepat di pipinya. Tak mau kalah, Dana kembali meninju dengan keras wajah Ryan. Dengan cepat aku menarik tubuh Dana ke belakang sebelum ia menghabisi Ryan lebih parah lagi. Sialan, ini semua membuatku kalut!
"Hentikan!" Ucapku sedikit membentak mereka berdua. Nafas mereka berdua sama - sama tersengal menahan emosi di dalam diri mereka masing - masing. Air mataku menetes sejak tadi dan aku menghapusnya dengan kasar.
"Apa yang kau lakukan bersama gadis itu disini?! Kau berselingkuh dari Putri? Hah?!" Tanya Dana dengan penuh emosi yang tak bisa ia tahan lagi sejak tadi.
"Kau ini bicara apa? Mana mungkin aku berselingkuh darinya!" Jawab Ryan yang ikut emosi. Mereka berdua sama - sama emosi saat ini dan aku tak tahu bagaimana cara meredakan emosi mereka berdua sekarang.
"Kau membiarkan gadismu kebosanan dirumah hingga aku yang mengajaknya keluar dan sekarang yang ia dapatkan adalah kau bersama gadis lain disini! Keparat kau!" Sekali lagi Dana meninju pipi kanan Ryan hingga memar.
"Dana, hentikan!" Aku mendorong tubuhnya menjauh dari Ryan yang sedang menyeka darah di sudut bibirnya.
"Kita pulang sekarang." Dana menggenggam tanganku, berniat untuk mengajakku pergi dari sini. Namun kini tangan kiriku ditahan oleh Ryan.
"Tidak semudah itu kau membawa gadisku pergi." Tatapan yang diberikan oleh Ryan sangat lah tajam dan menusuk. Ia benar - benar mengerikan.
"Lepaskan dan biarkan aku membawanya pulang daripada harus melihatmu bersama gadis itu disini." Kini suara Dana berubah menjadi serak dan sangat berat. Sebisa mungkin ia menahan dirinya untuk tidak menghabisi Ryan disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE.
RomanceKarena pada akhirnya seseorang akan berubah jika ada yang bisa membantunya.