24

239 10 0
                                    

- Putri Revianold -

Aku menaruh mangkuk makanan Buddy setelah menuangkan isinya. Buddy langsung melahap seluruh makanan nya dengan cepat, mungkin ia sedang kelaparan. Malam ini aku tak memiliki kegiatan apapun dan tak ada tugas yang harus kukerjakan. Aku berencana untuk menonton film sampai saatnya aku tidur nanti. Aku tak boleh tidur terlalu larut karena besok adalah hari Senin.

"Habiskan makanan mu. Aku akan menuju ke kamarku. Kau mengerti?" Buddy menggonggong sekali dan aku mengangguk sambil berjalan menuju ke kamarku. Tepat saat sampai di kamar, ponselku berdering pertanda sebuah panggilan masuk. Nama Ryan tertera di layar ponselku. Untuk apa ia menelfonku?

"Halo?" Ucapku mengawali pembicaraan. Tumben sekali ia menelfonku. Apa ia merasa bersalah karena sudah meninggalkanku begitu saja saat di restoran tadi?

"Segeralah kerumahku. Bantu aku belajar untuk ulangan harian besok." Sambungan terputus pun terdengar. Ia tak pernah belajar soal sopan santun. Seenaknya ia menyuruhku untuk kerumahnya dan langsung mematikan telfonnya begitu saja disaat aku belum menjawab apapun.

Aku mendengus kesal. Mau tak mau aku harus membantunya untuk belajar karena sejak awal aku sudah menawarinya. Kupikir ia tak akan menggunakan tawaranku itu. Aku mengganti pakaian ku dengan cepat dari pada aku harus terkena omelan Ryan saat tiba dirumahnya nanti. Kini aku merasa bahwa aku adalah bawahan nya sedangkan dia adalah atasanku. Tanpa membuang waktu lagi, aku langsung turun dan berjalan menuju ke jalan raya untuk mencegat taksi. Aku sedang malas untuk membawa kendaraanku sendiri.

Beberapa menit kemudian, aku sampai tepat didepan rumah Ryan. Aku langsung membayar biaya taksinya dan keluar dari taksi. Berjalan mendekat kearah pintu rumahnya, tanganku menekan bel rumahnya sekali. Tak membutuhkan waktu lama, ia muncul dibalik pintu menggunakan kaos polos berwarna abu - abu dan juga celana selutut berwarna hitam. Ia memperhatikanku sejenak.

"Masuklah." Aku mengikutinya berjalan menuju ke ruang tamu. Aku duduk di salah satu sofa dan Ryan meninggalkanku menuju ke suatu ruangan yang mungkin adalah kamarnya. Setelahnya ia ikut bergabung bersamaku dengan membawa beberapa buku.

"Aku memiliki ulangan harian matematika besok. Kau harus mengajariku." Ia bersender di sofa. Sepertinya ia terpaksa melakukan ini karena memang esok ia memiliki jadwal ulangan harian. Kelasku sendiri sudah melaksanakannya beberapa hari yang lalu.

"Kau tahu materinya?" Tanyaku sambil mulai membuka buku catatan Ryan yang tidak rapi dan juga terdapat beberapa halaman yang kosong. Bagaimana ia bisa belajar jika catatan nya saja tak lengkap?

"Tidak, dan aku pun tidak mau tahu." Aku tahu itu, Ryan Sanjaya. Semoga saja kesabaranku bisa bertahan sampai aku selesai mengajarinya malam ini.

"Bagaimana bisa kau belajar jika kau tak memiliki catatan? Lihat, beberapa halaman buku mu bahkan kosong." Aku menunjukkan padanya bukunya yang kosong. Sekalipun ada catatan, tidak lah lengkap dan tulisan nya tidak beraturan. Apakah semua pelajar lelaki seperti ini?

"Maka dari itu aku meminta bantuanmu." Baiklah. Kurasa sudah cukup untuk perdebatannya. Ia selalu menguras kesabaranku.

"Aku akan mengajarimu dan kumohon, hargai aku." Ia memutar kedua bola matanya mendengar perintahku barusan. Ia mulai mengambil bolpoin dan aku mulai menerangkan materi yang akan dijadikan bahan ulangan besok.

Aku mulai menjelaskan padanya dimulai dari awal dengan tujuan supaya ia mengerti sepenuhnya. Ia mendengarkan seluruh penjelasanku dan sesekali menguap karena merasa bosan, namun ia berusaha untuk tetap diam tak berkomentar apapun. Terkadang ia menulis rumus di buku tulisnya dan mencoba untuk mengerjakan beberapa soal yang belum ia mengerti. Saat ini ia bukan lah Ryan yang seperti biasanya, ia mudah diatur, mungkin hanya untuk malam ini.

RUDE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang