27

236 9 0
                                    

- Putri Revianold -

Kali ini kelasku sedang dalam jam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia. Seluruh murid ditugaskan untuk membuat makalah tentang permasalahan yang sedang terjadi di lingkungan sekitar secara berkelompok, dan masing - masing kelompok terdiri dari 2 orang. Tentu saja aku memilih untuk berkelompok dengan Risa seperti biasanya. Suasana kelas berubah menjadi sedikit ramai ketika masing - masing murid mulai berdiskusi, sedangkan guruku sedang membaca sesuatu di buku nya.

"Putri, kemari sebentar." Aku langsung bangkit dari kursiku saat Pak Wiyoso menyuruhku untuk menemuinya.

"Ada apa, Pak?" Tanyaku. Pak Wiyoso memang cukup mengenalku karena aku selalu menjadi murid andalan nya dalam beberapa hal.

"Pihak dinas pendidikan mengadakan lomba debat antar sekolah untuk SMA, dan saya ingin kau untuk ikut menjadi peserta dalam lomba ini, mewakili sekolahan." Aku terkejut. Lomba debat? Mengapa mendadak seperti ini?

"Kapan perlombaan nya akan dimulai? Saya tak yakin jika saya bisa menang nantinya, Pak." Aku menggaruk tengkuk leherku yang sebenarnya tidak gatal. Aku memang beberapa kali pernah mengikuti lomba semacam ini, namun itu sudah lama sekali dan terakhir saat aku duduk di bangku kelas 11.

"Saya tahu kau memiliki kemampuan berbicara yang baik dan juga tegas, maka dari itu saya mengusulkan namamu untuk ikut serta perlombaan ini. Perlombaan nya akan dimulai 2 minggu lagi, kau masih memiliki waktu untuk berlatih." Dua minggu adalah waktu yang singkat jika untuk berlatih menguasai materi, terlebih jika materi nya banyak dan luas. Tapi Pak Wiyoso sendiri yang mempercayaiku untuk ikut dalam lomba ini.

"Bagaimana? Saya tidak menemukan murid yang memiliki kemampuan sama sepertimu. Saya sudah persiapkan materinya, semua ada di dalam buku ini. Jika kau mengalami kesulitan, kau bisa hubungi saya." Pak Wiyoso memberikan sebuah buku yang berisikan materi perlombaan nanti. Aku pun menerimanya dan mungkin tak ada salahnya untuk mencoba?

"Baik, Pak. Saya usahakan." Pak Wiyoso tersenyum bangga padaku. Aku pun kembali menuju ke kursiku dan terdiam sejenak.

"Ada apa?" Tanya Risa yang kebingungan dan juga penasaran dengan apa yang kubicarakan dengan Pak Wiyoso tadi.

"Pak Wiyoso memintaku untuk mengikuti lomba debat dua minggu lagi." Jawabku sambil menyimpan buku yang diberikan oleh Pak Wiyoso ke dalam tasku. Aku akan mulai mempelajarinya nanti malam supaya persiapanku lebih matang.

"Kalau begitu saat perlombaan nanti aku akan datang untuk mendukungmu." Aku tersenyum kearahnya. Ia memberikanku semangat kali ini.

***

- Ryan Sanjaya -

Bel pertanda jam sekolah telah berakhir pun berbunyi. Aku menggendong tas ku di pundak kanan lalu berjalan menuju ke luar untuk segera pulang karena aku merasa lelah. Naufal harus menemui anggota tim futsalnya karena ia berkata akan membahas beberapa hal yang tak kupedulikan sama sekali. Berjalan keluar dari kelas, aku melewati lapangan untuk sampai ke area depan sekolah. Mataku menangkap sosok Putri dan juga Risa yang sedang berjalan menuju ke depan. Namun kini perhatianku teralihkan kearah dua orang lelaki yang mungkin adik kelasku, sedang mengambil foto Putri secara diam - diam dari belakang. Tanpa pikir panjang, aku langsung mendekati mereka berdua dan menarik ponsel dari salah satu anak tersebut.

"Mengambil foto Putri secara diam - diam?" Aku menatap mereka berdua dengan tajam. Aku memeriksa foto apa sajakah yang telah mereka ambil dan rupanya foto Putri cukup banyak. Aku merasa mereka mulai ketakutan denganku karena pandangan mereka mulai terlihat kalut. Dengan segera seluruh foto Putri kuhapus dan tak ada yang tersisa satupun.

"Masih beruntung aku hanya menghapus foto Putri dan bukan membanting ponselmu." Aku melemparkan ponselnya dan langsung ditangkap oleh anak tersebut. "Sekali lagi aku mendapatimu mengambil foto Putri seperti ini, kau berurusan denganku." Lanjutku dengan cepat.

RUDE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang