Akhirnya hari jumat yang menyusahkan itu tiba juga. Pagi hari kuhabiskan seperti biasa. Bangun pagi, berangkat ke kantor bareng Arini, di kantor mengerjakan paper work untuk proyek yang kemarin baru dimenangkan, tertawa bersama dengan teman-teman saat makan siang, bahkan mereka meledekku karena insiden tertidur di kantor dua hari yang lalu tersebut, hingga mereka berjanji untuk datang diacara nikahan Mas Kiki sabtu besok. Hingga akhirnya waktu makan siang selesai dan aku mengambil waktu untuk pulang lebih cepat dan menemui Kak Julian yang sudah menungguku di lobi.
"Maaf ya kak.. kemarin Rin gak ada balas pesan-pesan kakak.." ucapku membuka percakapan setelah lima menit mobil bergerak tapi tidak ada yang berbicara
"Sebenarnya kakak marah sama kamu karena menghilang begitu saja, tapi setelah kakak tanya Arini kemana kamu seharian kemarin dan dia menjawab kamu lagi dalam fase menyendiri dimana fase itu kadang-kadang muncul tergantung mood kamu, kakak mencoba untuk memakluminya. Tapi tolong Rin.. ketika kamu butuh teman untuk bercerita, butuh teman untuk mengadu, butuh teman untuk jalan, butuh teman untuk apapun yang kamu lakukan, kamu bisa ngubungi kakak, kakak akan selalu ada untuk kamu.. bersandarlah ke kakak Rin.. kakak ini calon suamimu loh.. bukan hanya sekadar pacar..." ucapannya membuatku terharu dan sebenarnya aku ingin langsung berteriak, halalkan aku sekarang kakkk.., tapi aku menahannya karena aku tahu keputusan yang dibuat terburu-buru tidak akan membuahkan hasil yang baik.
"Jadiii.. kemarin kamu ngapain aja?? Kakak butuh tahu kalau-kalau kamu begitu lagi.." tanyanya saat aku tak juga bersuara setelah pengakuannya yang super sweet tersebut.
"Kemarin Rin Cuma tidur ampe siang abis itu makan siang, abis itu nonton anime ampe sore dan malamnya balik tidur.." jawabku menyederhanakan kegiatan unfaedahku kemarin.
"Kamu bolos kerja sehari cuman buat nonton??" tanyanya heran. Mungkin dia tidak pernah mengenal cewek dengan hoby super unfaedah sepertiku
"Gak nonton juga sih.. tapi lebih tepatnya untuk tidur, mengganti tidur Rin yang tiga hari lembur.." jawabku ringan, karena memang itu tujuan awalnya, yang nonton mah Cuma selingan ajaa..
"Hmm.. okee.. noted.." gumamnya dan aku bingung apa yang dicatatnya. Emangnya dia bakalan ingat semua yang kuucapkan?
Setelah melewati beberapa daerah yang lumayan macet, kami tiba juga di butik tempat fitting baju. Disana sudah menunggu Mba Nana dan Mba Ika yang siap dengan bajuku untuk acara sabtu besok. Begitu kami masuk aku langsung ditarik menuju ruang ganti dan dengan secepat kilat mereka mengganti bajuku dengan kebaya dan gaun untuk kugunakan besok. Aku hanya bisa diam tak berkutik ketika mereka melakukan sesuatu dengan baju yang kugunakan. Begitu selesai dengan baju mereka mulai mencari kerudung yang pas untuk kugunakan.
"Mba aku gak mau yang terlalu ribet yaa.. besok kan bintang utamanya Mba Nana jadi aku biasa-biasa aja yaa.." bujukku ketika mereka mempertimbangkan akan menggunakan kain phasmina atau kain segiempat.
"Kamu ini.. mau dibuat cantik apa gak??" tanya Mba Nana sedikit kesal
"Yang biasa aja cukup mbaa.. nanti mba kalah saing lohhh.." jawabku sedikit meledek..
"Wahh.. udah bisa bercanda diaa Kaa.. kasih dia yang paling cantik Ka.." Mba Nana malah meledekku balik dan akhirnya mereka memilih untukk memasangkan phasmina untukku.
Kegiatan fitting baju tersebut berlangsung kurang lebih 4 jam dan ketika selesai langit sudah berubah gelap. Untung saja aku tidak sholat mulai hari ini, sehingga membuatku tidak perlu takut dengan waktu sholat. Tapi efek sampingnya adalah moodku yang sering berubah.
"Oh iyaa Rin... ini tas bajumu untuk dua hari kedepan, udah mba masukin juga baju yang tadi kita fitting dan beberapa perlengkapan dasar untukmu, jadi kamu langsung menuju hotel aja, ini kunci kamarmu, kamu bertiga sama Ika dan Nana, cuman mereka ke hotelnya agak malaman.." ucap Mba Nana sambil menyerahkan satu koper berukuran besar dan satu kunci kamar di hotel yang akan mereka gunakan besok.
YOU ARE READING
Arin's Love Story (END)
Teen Fiction'Teman abang? gak salah denger tuh? gue bakalan nikah sama temen abang gue sendiri?' hal itulah yang sering terlintas didalam pikiranku ketika mengetahui perjodohan tak berujung yang selalu dilakukan oleh abang dan ibuku. hingga akhirnya mereka memu...