Sesampainya di rumah Kak Julian kembali menggendongku memasuki rumah dan meletakkan ku diatas bed-sofa yang ada di perpustakaan dan meminta Bi In untuk memasakkan makanan yang bisa kumakan.
"Nak Arinn.. tunggu sebentar yaa.. bibi masakin bubur dulu.." ucap Bi In ketika Kak Julian memintanya membuatkan makanan yang bisa kumakan setelah mendudukiku diatas beanbag yang ada di ruang tengah.
"Kamu gimana? Masih pusing?" tanya Kak Julian mengambil tempat disampingku.
"Udah hilang kok kak.. cuman yaa masih lemas.. cuman lemasnya kayak biasanya aja.." jawabku memperbaiki posisi rebahanku.
"Kayak biasanya?? Emang selama ini kamu lemas Rin??"
"Gak sering sih kak.. cuman kadang-kadang aja kalau di kantor Rin suka lemas gitu.. tapi istirahat bentar juga seger lagi.."
"Rin.. lebih baik kamu berhenti kerja.. selama ini kakak masih bisa mengizinkan kamu kerja karena belum ada nyawa lain di perutmu.. tapi sekarang setelah melihat fase kamu, kakak cemas.."
"Kak.. bisa kita bicarakan hal itu nanti? Rin lagi gak mood buat ngomongin itu.."
"Okee.. nanti kita bicarakan lagi.. tapi pertimbangkan ya Rin.."
"Nak.. ini buburnyaa.. sebenarnya kalau bibi boleh tahu Nak Arin sakit apa ya??" tanya Bi In tak lama kemudian
"Rin gak sakit bi.. cuman gejala awal kehamilan aja.." jawab Kak Julian sambil menyerahkan semangkuk bubur kepadaku.
"Nak Arin hamill?? Wahhh selamat nakk.. berita ini harus diberitahukan kepada ibukk.." ucap Bi In histeris dan langsung mengambil hp untuk menelpon 'ibuk' yang tidak lain adalah mama Kak Julian.
"Kak.. Rin mau ke kamar mandi.." ucapku menahan sesuatu yang ingin keluar akibat mencium bau bubur ini.
"Okeyy kaka kantar.." ucapnya sigap yang langsung menggendongku ke kamar mandi terdekat dan aku langsung memuntahkan apapun yang ada di perutku saat itu juga.
"Kamu harus makan lohh Rin.." ucap Kak Julian ketika kami kembali ke ruang tengah dan aku meminta Bi In untuk memindahkan bubur itu
"Bukannya Rin gak mau makan kak.. tapi Rin gak bisa makan bubur.." ucapku lemah.
"Nak Julian.. ibuk bentar lagi kerumah.. gak apa-apa kan??" tanya Bi In setelah menyingkirkan bubur itu dari hadapanku
"Oh iya?? Hari ini juga??" tanya Kak Julian tidak percaya
"Iya nak.." jawab Bi In
"Ngomong-ngomong kak... kakak gak kerja?? Udah jam 11 loh.." sambungku ketika sadar sekarang jam berapa
"Kakak ambil cuti hari ini.. besok baru masuk.. gak mungkin kakak ninggalin kamu kayak gini di rumah cuman ditemani Bi In.. "
"Tapi kakak harus bisa.. besok kan Rin sama Bi In juga di rumah.."
"Oh iya Bi In.. mulai besok bibi tinggal di rumah yaa.. kamarnya di lantai 2 didepan kamar Iyan.. biar kalau Arin butuh apa-apa pas Iyan gak dirumah bibi bisa bantuin.. boleh ya bi??" ucap Kak Julian yang langsung di iyakan Bi In
Tak lama kemudian kami mendengar deru mobil dari depan rumah, tidak hanya 1 melainkan 2 mobil yang kami dengar.
"Tunggu sebentar ya Rin.. biar kakak lihat siapa aja yang datang.." ucap Kak Julian yang langsung melangkah menuju pintu depan sedangkan Bi In berlari menuju dapur.
"Assalamualaikum.." ucap beberapa suara serentak
"Waalaikumsalam.." balasku dari posisiku
"Arinnnn..." seru beberapa suara dengan hebohnyaa
"Mba Nana?? Mba Ina?? Mba Ika? Kak Rei? Kak Rian?? Ngapain pada disini.." ucapku kaget ketika melihat beberapa wajah yang sangat kukenali memasuki jarak pandangku
"Kami denger dari Nana kalau kamu sakit.. dan itu bukan sakit biasa... makanya kami main kesini.. lagian udah lama juga kami gak main kann.." ucap Kak Rei dengan gayanya.
"Oh iyaa.. cepet banget beritanya nyebar yaa.. padahal baru pagi ini Rin tahu lohh.."
"Bunda kamu yang ngasih tahu Nana, terus berhubung pagi ini Nana lagi main ke kantor jadinya aku sebar dehh ke temen-temen yang lainnya.." ucap Mba Ina dengan polosnya
"Makasih lohh mba.. udah ngurangin beban buat nyebar berita ini.." ucapku penuh sarkasme pada Mba Ina yang seperti biasanya tidak ditanggapinya.
"Heii.. kalian jangan buat Arin capek.. dia gak boleh capek-capek lagi kata dokter.." ucap Kak Julian ketika melihatku mulai bete.
"Oh iya Rin.. mama sama bunda juga datang.." sambung Kak Julian setelah mendekat padaku.
Jadilah hari ini adalah hari paling heboh yang pernah kudapati. Banyak nasihat yang kudapat dari bunda dan mama seputar kesehatan selama masa kehamilan dan banyak juga larangan yang kudapat dari mereka. Ketika sore tiba, aku kedatang tamu lainnya yaitu Arini dan trio gesrek. Dari mereka aku mendapat berita kalau perusahaan sedang memasuki masa istirahat dimana itu sangat jarang terjadi. Ditengah-tengah itulah mereka membujukku untuk melepas pekerjaanku demi keselamatan janin yang sedang ada di perutku.
"Rin.. saran gue nih ya.. mending lu berhenti kerja dehh.. gak kuat gue kalau harus liat lu menderita kayak gini..." ucap Riko ketika kami sedang menunggu makan malam
"Iya juga sihh.. gue juga ragu bakalan kuat inspeksi lapangan..." ucapku sambil memakan buah yang sebelumnya sudah dikupaskan Bi In untukku.
"Tuh kann.. apalagi beberapa hari terakhir ini lu lemes gitu... gimana kedepannya juga kita gak tahu kann... lebih baik mencegah bukan daripada menyesal di akhir.." ucap Qori
"Mommy ada benernya juga sihh.. gue takut kenapa-napa aja.. bukan gue nya sihh tapi bayi ini, kalau bisa gue pengen dia gak pernah merasakan sakit.." ucapku menyutujui ucapan Qori
"Berapa kali gue bilang jangan panggil gue mommy.. gue bukan emak lu.." sergahnya yang membuatku tertawa.
Ketika makan malam siap, aku duduk paling jauh dari nasi karena sejak makan siang tadi siang aku merasa aku tidak menyukai bau nasi yang baru saja masak. Teman-temanku dan teman-teman Kak Julian memaklumi hal tersebut dan menjauhkan nasi tersebut dari pandanganku. Untuk pengganti nasi, Arini dan trio gesrek melakukan eksperimen padaku sejak mereka datang dan mengetahui aku tidak bisa memakan nasi. Mereka menggantinya dengan kentang, jagung dan ubi. Mereka menjejaliku dengan ketiganya yang entah itu di rebus, di panggang atau di bakar sampai aku bisa memakannya tanpa harus menahan mual.
Makan malam heboh dan penuh dengan canda tawa tersebut harus berakhir ketika malam semakin larut. Satu persatu tamu tidak diundang tersebut pamit pulang hingga akhirnya hanya meninggalkanku bertiga dengan Kak Julian dan Bi In yang memutuskan untuk menginap malam ini sebelum besok pulang mengambil barang-barang untuk tinggal di rumah ini.
"Capek Rin??" tanya Kak Julian ketika aku menguap
"Lumayan kak.. udah lama juga gak main sama mereka.." jawabku disertai kekehan pelan.
"Yaudah kita tidur aja lagi yaa.. bi, tolong kunci semua pintunya ya... nanti kalau udah terkunci semua bibi bisa langsung istirahat di kamar.." ucap Kak Julian sambil membantuku menaiki tangga menuju kamar di lantai dua.
Sesampainya di kamar Kak Julian merebahkanku diatas kasur dan menyelimutiku. Dia tahu kalau aku sensitive terhadap dingin sedangkan dia tidak bisa tidur kalau suhu kamar tidak dingin.
つずく
YOU ARE READING
Arin's Love Story (END)
Roman pour Adolescents'Teman abang? gak salah denger tuh? gue bakalan nikah sama temen abang gue sendiri?' hal itulah yang sering terlintas didalam pikiranku ketika mengetahui perjodohan tak berujung yang selalu dilakukan oleh abang dan ibuku. hingga akhirnya mereka memu...