Sesampainya di gerbang masuk, kami dibuat shock dengan antrian mobil yang lumayan panjang untuk ukuran jam 8 pagi lewat sedikit itu. Setelah menunggu lumayan lama itu akhirnya giliran kami untuk membayar tiket tiba.
"Selamat pagi pak.. untuk berapa orang?" tanya mba-mba penjual tiket di samping Kak Julian.
"2 orang mba.." jawab Kak Julian sambil mengambil dompet yang ada ditas kecilnya.
"Totalnya 380.000 rupiah sudah termasuk mobil dan tiket terusan untuk dua orang.." ucap mba-mba itu dengan senyum jualannya.
Setelah membayar sejumlah yang disebutkan, mobil kami melaju perlahan dan memasuki zona alam liar atau disebut Safary Journey. Didalam sini bagaikan alam liar yang mana manusialah yang terperangkap didalam kandang atau tempat yaitu mobil sedangkan hewan-hewan bebas bergerak di luar. Aku sebenarnya tidak terlalu menyukai alam liar seperti ini, terlebih lagi dengan hewan yang bebas berkeliaran. Namun sepertinya Kak Julian sangat menikmatinya.
Setengah jam kami habiskan dengan bermain-main dengan hewan di jalanan, selanjutnya kami memasuki daerah yang berbahaya. Daerah hewan buas seperti singa dan harimau. Petunjuk sebelum memasuki kandang besar tersebut sangat jelas memberitahu tidak boleh membuka kaca mobil demi keselamatan pengunjung. Selama mengendarai di dalam daerah tersebut, aku banyak berkomentar tentang kehidupan hewan-hewan buas tersebut yang disahuti oleh Kak Julian. Hingga akhirnya kami keluar dari zona alam liar dan mencari tempat parkir.
Setelah parkir, aku keluar dari mobil dengan menyandang ransel kecilku dan Kak Julian mengalungkan kamera.
"Rin.. kakak nitip dompet ya.." ucapnya dan menyerahkan dompetnya padaku tepat sebelum aku keluar dari mobil.
"Okeyy.." sahutku dan memasukkan dompet tersebut kedalam ranselku.
Kami berjalan berdampingan menyusuri jalanan di taman safari ini. Saling bercanda dan menggoda satu sama lain, tidak terlalu memperhatikan sekeliling, seakan-akan dunia ini hanya milik kami berdua. Ditengah-tengah canda tawa itu, kami tiba di area baby zoo, dimana bayi-bayi binatang tinggal sementara sebelum di lepaskan di area safary journey. Banyak sekali bayi-bayi binatang yang sangat lucu dan menggemaskan. Kak Julian menantangku untuk berfoto bersama bayi harimau yang memang di izinkan untuk berfoto namun aku menolaknya karena sebenarnya aku takut pada spesies kucing besar itu.
"Ohh ayolahh.. biar kakak fotokan nantii.." bujuk Kak Julian kesekian kalinya
"No.. big noo.." tolakku untuk kesekian kalinya juga
"Okelahh.. kalau gitu, gimana kalau kita foto bersama?" ajaknya dan tanpa menuggu responku, menarikku mendekati booth foto tersebut.
Akhirnya aku mengambil foto bersama bayi harimau tersebut bersama dengan Kak Julian yang menunjukkan ekspresi lucu, menahan tawa karena melihat wajah tegangku. Selesai berfoto dengan bayi harimau tersebut, Kak Julian mengajakku untuk menaiki atraksi hewan yaitu gajah. Sekali lagi Kak Julian membujukku untuk menaiki gajah tersebut sekaligus setengah menarikku. Entah kenapa kalau bersama Kak Julian aku selalu saja menunjukkan sikap manja dan kekanak-kanakanku, padahal biasanya aku biasa-biasa saja dengan atraksi hewan-hewan seperti ini.
Setelah mengantri bersama dengan keluarga kecil lainnya, akhirnya giliran kami naik tiba. Berhati-hati sekaligus dibimbing oleh pawang dan Kak Julian, aku duduk disebelah Kak Julian dan gajah pun jalan. Selama kurang lebih 1 jam kami diajak berkeliling diatas punggung gajah dan aku dapat menikmati suasana yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ternyata benar melakukan sesuatu yang baru bersama orang yang disayangi itu terasa menyenangkan.
Selesai mengendarai gajah mengelilingi hutan, kami berjalan menuju arena pertunjukkan edukatif yang sebelumnya sudah kami jadwal diatas mobil tadi. Pertunjukkan pertama adalah elephant show. Pertunjukkan yang menampilkan kepintaran dan keperkasaan gajah diatas panggung sangat menyenangkan untuk di tonton. Selesai dengan elephant show, Kak Julian mengajakku untuk beristirahat dan makan siang serta sholat zhuhur terlebih dahulu sebelum melanjutkkan ke pertunjukkan berikutnya. Untunglah kami tidak susah menemukan rest area.
"Selesai ini kita kemana Rin?" tanya Kak Julian di tengah makan siang
"Hmm.. ke Cowboy Show kak.." jawabku dan menuntaskan makan siangku.
Kami berjalan bergandengan tangan menuju show berikutnya. Untunglah kami tidak terlalu terlambat. Begitu masuk kami langsung mencari tempat duduk yang masih tersisa dan menonton pertunjukkan yang spektakuler tersebut. Aku tidak pernah menonton teatrikal show semenarik ini. Selain actor manusia, pertunjukkan ini juga memanfaatkan hewan-hewan terlatih untuk tampil bersama. Pertunjukkan selesai dengan sangat meninggalkan kesan mendalam bagiku.
"Rin.. kita duduk dulu yuk.." ajak Kak Julian ketika kami berjalan menuju show selanjutnya.
"Duduk dimana kak?" tanyaku dan Kak Julian membimbingku menuju kursi terdekat.
Sesampainya, kami langsung duduk dan Kak Julian meminta minuman yang sebelumnya kami beli. Setelah beristirahat dan memperhatikan orang yang berlalu lalang, kami melanjutkan perjalanan menuju show selanjutnya. Birds of Prey Show. Pertunjukan yang mempertontonkan bagaimana kehidupan burung-burung di alam liar. Yang uniknya dari pertunjukkan ini adalah ketika sang pawang menyebutkan satu jenis burung dan kita di suruh melihat kearah pohon yang lebat, jenis burung tersebut akan menampilkan dirinya seakan-akan menari diatas sana menunjukkan keindahan sayapnya dan itu sangat menakjubkan. Setiap pawang tersebut memanggil jenis yang berbeda, burung-burung tersebut secara bergiliran menampilkan kecantikannya masing-masing, seakan-akan mereka mengetahui giliran mereka.
Keluar dari acara yang sangat menakjubkan tersebut, Kak Julian menarikku menuju pertunjukkan berikutnya yaitu Dolphin Show. Seperti pertunjukkan lumba-lumba kebanyakan, pertunjukkan disini pun tak kalah menarik. Kami sengaja mencari tempat duduk yang agak jauh dari panggung untuk mengantisipasi kecipratan air kolam. Selesai acara, kami kembali melipir ke mushola untuk menjalankan sholat ashar dan istirahat sejenak.
つずく
YOU ARE READING
Arin's Love Story (END)
Teen Fiction'Teman abang? gak salah denger tuh? gue bakalan nikah sama temen abang gue sendiri?' hal itulah yang sering terlintas didalam pikiranku ketika mengetahui perjodohan tak berujung yang selalu dilakukan oleh abang dan ibuku. hingga akhirnya mereka memu...