"Rin.. bangun yuk... kita sholat subuh dulu.." panggilan itu membangunkanku dan dengan malas aku duduk dari posisi tidurku.
"Jam berapa sekarang kak?" tanyaku setengah mengantuk
"Jam 5.. buru ambil wudhu gih sana.." ucapnya dan aku dengan sempoyongan berjalan menuju kamar mandi.
Setelah ambil wudhu aku merasa lebih segar dan kami melaksanakan sholat subuh berjamaah. Selesai sholat subuh Kak Julian kembali menaiki tempat tidur sedangkan aku berjalan menuju botol aqua ditempatkan di kamar. Memegang botol tersebut aku berjalan menuju sofa yang ada di kamar tersebut dan duduk disana. Kubuka tutup botol tersebut dan menenggak airnya sebanyak yang bisa kuminum. Ketika aku kembali menuju tempat tidur aku sudah melihat Kak Julian kembali terlelap disana. Seharusnya aku pun begitu, seorang Arin yang tidak pernah melewatkan jam tidurnya kini tidak bisa kembali tertidur.
Sepertinya aku tidak mengantuk. Kuambil hp yang sedari malam ku cas dan membawanya ke beranda. Begitu kubuka jendela kaca tersebut aku dapat merasakan hembusan angin pagi yang lumayan dingin.
"Eughh... dingin.." dumelku sebelum menutup kembali jendela tersebut dan mengambil selimut yang tidak digunakan oleh Kak Julian.
Setelah mendapatkan apa yang kubutuhkan, selimut, hp, dan headset, aku berjalan kembali menuju beranda. Berada di udara luar memang menyegarkan. Aku menyelimuti badanku dengan selimut tadi dan duduk diatas sofa luar yang ada di beranda tersebut. Setelah nyaman dengan posisi duduk, aku menyolokkan headset ke hp dan memutar lagu dari playlist boyband favoritku. Sambil menunggu matahari terbit aku memainkan beberapa game yang ada di hpku.
Tak lama kemudian aku dapat merasakan cahaya matahari terbit dan udara mulai menghangat. Kehangatan yang datang tersebut membuatku mengantuk. Aku mengubah posisiku dari duduk menjadi berbaring miring diatas sofa tersebut. Masih dengan headset yang tercantol ditelinga aku merasakan angin sepoi-sepoi berhembus.
"Kakak pikir kamu bakalan balik kekamar loh.. kenapa jadi tidur disini?" pertanyaan itu membangunkanku sepenuhnya. Kaget, aku langsung duduk tegak kembali
"Ehh.. Kak Julian.. kok udah bangun??" tanyaku bingung padanya yang masih muka bantal
"Karena kakak pikir kamu pergi gak tahu kemana.. kakak agak panic tadi.. tapi pas liat dompet kamu masih ada di dalam tas, kakak agak lega.." jawabnya dan duduk disebelahku
"Owh... emangnya Rin mau pergi kemana kak??" tanyaku iseng padanya yang kini sama-sama memandang langit
"Bandara.." jawabnya pelan dan aku langsung tahu apa yang dia maksud.
"Kakak ragu ya.. kakak pikir Rin bakalan nyusul Kei ke bandara?" tanyaku iseng dan dia hanya membalasnya dengan menatapku tepat dimata. Aduhhh... tatapannya membuatku salah tingkah. Segera aku alihkan pandanganku dan menarik napas perlahan
"Perlu kakak ketahui.. Rin itu udah milih kakak buat jadi pendamping hidup Rin.. mana mungkin Rin lari ke laki-laki lain dan meninggalkan kakak sendirian?" ucapku disusul kekehan pelan.
"Kemungkinan itu tetap ada Rin.." dumelnya yang membuatku kesal. Segitu tidak percayanya dia padaku kah? Sampe-sampe istri sendiri di curigai.
"Kalau kakak gak percaya yaudah.. gak usah.." ucapku tanpa bisa menahan rasa kesal.
"Jangan ngambekk dong sayang.. oke-oke.. kakak minta maaf yaa.. sekarang bagaimana kalau kita sarapan dulu?" bujuknya dengan rayuan pertamanya sejak kami resmi menjadi suami istri yang membuatku tidak bisa lama-lama kesal dengannya
"Tadi bilang apa?? Gelii dehh.." ucapku dengan nada bercanda dan langsung berdiri lalu berjalan masuk ke dalam kamar.
"Mau mandi dulu atau langsung ke bawah nih?? Atau mau makan di kamar aja??" tanya Kak Julian ketika aku bersiap di kamar mandi
"Emangnya rencana kita hari ini apa kak?" tanyaku dari dalam kamar mandi
"Kita check out jam 5 sore nanti sih.. jadi terserah kamu aja seharian ini mau ngapain.." jawabnya santai dan aku segera menyelesaikan ritual di kamar mandi, cuci muka, pakai krim pagi, sikat gigi, dan lain-lain.
"Yok.. Rin lapar.." ajakku ketika aku sudah mengenakan kerudung langsung.
Kami berjalan berdua dalam diam menuju ruang makan. Sesampainya di ruang makan, kami langsung mengantri untuk mengambil sarapan yang sangat beragam. Ketika melihat ada mie goreng aku langsung melewati deretan nasi dan mengambil mie goreng serta lauk pauk tambahan lainnya. Menu sarapan kami sangat bertolak belakang. Kalau aku lebih memilih mie maka Kak Julian lebih memilih nasi. Ketika aku lebih memilih pedas, Kak Julian lebih memilih tidak pedas tidak manis. Ketika aku memilih lauk pauk yang berbumbu berat, Kak Julian lebih memilih lauk pauk dengan bumbu ringan.
"Kakak perhatikan kamu lebih suka bumbu berat ya?" tanyanya ketika kami sudah mendapatkan tempat duduk dan dia melihat pilihan menu sarapanku. Mie goreng dengan lauk ayam kremes dan sambal matah.
"Yap.. semakin berat bumbunya semakin bisa Rin telan.. kalau terlalu ringan Rin takut gak ketelen kak.." jawabku santai sambil memasukkan suapan pertama kedalam mulutku.
"Tapi bukannya gak baik ya kalau makan makanan berbumbu terus-terusan..." ucapnya lagi
"Hmmm.. kan gak terus-terusan kak.. ada kalanya juga Rin makan yang ringan kok.." balasku dan kami melanjutkan makan kami dalam diam. Saling memperhatikan satu sama lain tanpa menimbulkan suara.
Selesai sarapan yang sedikit canggung itu, kami kembali menuju kamar dan aku bingung apa yang harus kulakukan. Kak Julian dengan santainya berjalan menuju sofa di depan tv dan menghidupkan tv. Selesai makan barulah aku merasa mengantuk, dengan perlahan aku berjalan menuju tempat tidur dan kembali bergelung dibawah selimut. Sejak tadi pagi aku menyadari kalau Kak Julian sangat tahan dingin. Suhu kamar ini berubah dari 20 derajat celcius menjadi 16 derajat celcius begitu aku masuk tadi. Mencari posisi nyaman di dalam selimut bukanlah hal yang mudah, beberapa kali aku memutar badan demi mendapatkan posisi yang hangat dan nyaman.
"Kamu mau tidur lagi?" tanya Kak Julian ketika aku sudah berada diawang-awang
"Hmmm.." balasku malas
"Geser gih.. kamu nguasain tempat tidur banget dehh.." ucapnya sambil menggeser badanku yang sudah nyaman ini
"Ihss.. kakak mahh.. jangan digeser-geser.. dingin tahu.." dumelku tapi tetap menggeser badanku dan kini aku harus kembali mencari posisi nyaman
"Sini.. sama kakak aja.. dijamin hangat.." ucapnya dan tiba-tiba saja aku sudah berada didalam pelukannya dan itu memang hangat.
Kehangatan yang diberikan oleh suhu tubuh Kak Julian membuaiku kedalam dunia mimpi dan aku pun terlelap begitu saja.
つずく
YOU ARE READING
Arin's Love Story (END)
Teen Fiction'Teman abang? gak salah denger tuh? gue bakalan nikah sama temen abang gue sendiri?' hal itulah yang sering terlintas didalam pikiranku ketika mengetahui perjodohan tak berujung yang selalu dilakukan oleh abang dan ibuku. hingga akhirnya mereka memu...