"Gimana Rin? Kamu gak apa-apa kan kalau kita menginap disini malam ini?" tanya Kak Julian ketika aku sudah merubuhkan badanku diatas tempat tidur yang ada dikamar.
"Sangat suka kakk.. tahu gak, sebenarnya Rin pengin banget nginep di tempat kayak gini dari dulu.. cuman belum pernah kesampaian.. dan sekarang kakak ngajak Rin kesini.." jawabku yang reflek duduk
"Kalau begitu pilihan kakak gak salah dong.." godanya dan mengambil tempat disebelahku
"Nope.." jawabku bahagia.
Kak Julian langsung merebahkan tubuhnya disampingku yang masih menatap takjub interior didalam caravan ini. Tiba-tiba saja dia menggenggam tanganku dan memainkannya. Hal tersebut membuatku salah tingkah. Ketika aku berusaha untuk melepaskan tanganku, Kak Julian justru mengeratkan genggamannya. Sesaat kemudian Kak Julian menarikku dan kini aku tertidur disamping Kak Julian berbantalkan salah satu tangannya. Aku sangat yakin kini wajahku lebih merah dari kepiting rebus.
"Kak.." panggilku panic
"Ya Rin.." sahut Kak Julian tanpa melepaskan genggaman tangannya dan semakin menatapku intens. Aku hanya bisa melarikan tatapanku kearah dagunya. Tidak berani sama sekali menatap langsung mata itu. Mata yang akhir-akhir ini sangat mengganggu ketentraman hatiku.
"Rin mandi dulu kali yaa.. keburu dingin banget.." ucapku masih tidak berani melihat matanya
"Mau mandi sendiri atau ditemani??" tanyanya yang sangat kuyakini sedang menggodaku
"Sendirii.." jawabku kembali panic
"Gak usah panic gitu ahh.. udah sana mandi.. nanti keburu magrib.." ucapnya disela-sela tawa dan perlahan melepaskan genggaman tangannya. Begitu terlepas aku langsung kabur kedalam kamar mandi yang jaraknya tidak jauh dari tempat tidur tersebut.
Begitu aku menutup pintu di belakang punggungku aku terduduk lemas berusaha untuk meredakan panas di wajahku. Berusaha sebisa mungkin menghapus bayangan-bayangan menyebalkan dari otakku. Setelah agak tenang barulah aku sadar, aku masuk kedalam kamar mandi tanpa membawa baju ganti bersamaku. Dengan kikuk aku kembali membuka pintu tersebut dan menemukan Kak Julian yang tengah tersenyum lebar kearahku.
"Lupa bawa baju ganti ya??" godanya yang membuatku mau tak mau kembali merasa panas
"Udah ahh kak.. jangan ngeledek muluu.." sahutku berusaha untuk kesal, walaupun sebenarnya tidak bisa karena aku tahu kali ini aku yang membuat kesalahan.
"Pakai baju di depan kakak juga boleh kok.." lanjutnya kembali menggodaku
Tanpa membalas godaannya tersebut aku langsung menyambar tas travel dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Aku menghapus make upku sekaligus berusaha menenangkan debaran jantung yang kembali tidak karuan ini. Selesai menghapus make up, aku lanjut mandi menggunakan shower yang ada di kamar mandi ini. Untung saja air hangatnya berfungsi sehingga aku tidak perlu takut kedinginan saat mandi. Selesai mandi aku langsung memakai baju ganti yang sebelumnya kusiapkan dan berjalan keluar dari kamar mandi.
Sekeluarnya aku dari kamar mandi aku tidak melihat Kak Julian diatas tempat tidur namun aku dapat mendengar suara tv di ruang depan. Segera aku meletakkan tas tersebut di tempat sebelumnya dan berjalan menuju tempat Kak Julian berada. Aku melihat Kak Julian duduk di depan tv dengan mata tertutup. Sepertinya Kak Julian kelelahan dengan jadwal hari ini. Segera saja aku mengambil selimut dari tempat tidur dan menyampirkannya ke tubuh Kak Julian.
Melihatnya yang tertidur seperti ini mau tak mau mengundang tawa kecil dari bibirku. Kalau biasanya dia terlihat sangat mengintimidasi dan menawan, kini dia terlihat sangat rentan dan ingin sekali rasanya ku isengi. Namun kuurungkan niat tersebut mengingat balasan apa yang bisa di lakukannya ketika dia terbangun nanti. Sebagai gantinya aku memesan teh manis hangat dari room service dan duduk disamping Kak Julian sambil memainkan game di hpku.
YOU ARE READING
Arin's Love Story (END)
أدب المراهقين'Teman abang? gak salah denger tuh? gue bakalan nikah sama temen abang gue sendiri?' hal itulah yang sering terlintas didalam pikiranku ketika mengetahui perjodohan tak berujung yang selalu dilakukan oleh abang dan ibuku. hingga akhirnya mereka memu...