Sejak kehamilan ini dimulai aku benar-benar hanya bisa berada diatas tempat tidur, dalam artian yang sesungguhnya ataupun kiasan. Kak Julian benar-benar protektif terhadap ku dan anak kami, dia sama sekali tidak mengizinkanku untuk naik turun tangga sehingga setiap pagi dia akan membimbingku menuruni tangga dan seharian aku akan berada di bawah entah itu di perpustakaan ataupun ruang tengah, dan malamnya dia akan kembali membimbingku menaiki tangga. Dirumah pun aku tidak di biarkan sendiri, selain ada Bi In terkadang mama atau pun bunda datang berkunjung. Bahkan tidak jarang trio gesrek dan Arini pun datang berkunjung. Kebanyakan mereka curhat tentang sepinya kantor tanpa kehadiranku dan mereka sangat menantikan kehadiran di bayi ini di dunia ini.
Beranjak ke bulan 4, aku merasa semakin lemas, banyak makanan dan multivitamin bahkan buah dan sayuran ku konsumsi demi menjaga bayi ku untuk tetap sehat tapi tetap tidak membuatku sekuat dulu. 4 bulan ini adalah bulan-bulan yang berat, tiap pagi aku akan selalu ke kamar mandi untuk memuntahkan apapun yang ada di perut, walaupun belakangan ini sudah lebih baik. Tiap hari aku selalu merindukan kehadiran Kak Julian dirumah walaupun tidak jarang aku membenci kehadirannya. Kelabilan moodku pun semakin parah, kadang-kadang aku senang dengan suatu makanan tapi kadang-kadang aku benci dengan makanan yang sama.
Memasuki bulan ke 5 akhirnya aku mengetahui sebabnya. Aku mengandung 2 anak sekaligus. Kembar. Berita ini benar-benar membuatku dan keluargaku terkejut, pasalnya di keluargaku tidak pernah ada kasus anak kembar. Walaupun begitu tidak menyurutkan kebahagiaan kami, justru semakin bertambah. Ahhh aku bahagia dengan pilihanku menikahi Kak Julian.
"Kakkkkk.." panggilku di suatu pagi di bulan ke tujuh
"Ya Rin??" sahut Kak Julian di dalam lemari
"Kakkk buruuann kesiniii.." teriakku menahan sakit. Perutku sangat sakit dan aku hampir kehilangan kesadaranku kalau tidak kutahan.
"Rin.. kamu kenapa??" tanya Kak Julian kaget melihatku sudah duduk bersandarkan kepala tempat tidur dengan peluh memenuhi wajahku.
"Cepat antar Rin ke rumah sakit.. bayi nyaa.. bayinyaa..." jawabku terbata-bata
"Bii.. cepat bawakan kunci mobil Iyan.." seru Kak Julian sambil menggendongku kebawah
"Rin kenapa Yan??" tanya sebuah suara yang tidak kusangka. Mas Kiki.
"Kapan lu nyampe sini Ki??" tanya Kak Julian sama bingungnya denganku
"Baru aja.. terus gue denger Arin teriak dilantai atas disusul sama lu.. Arin kenapa??"
"Gue gak tahu.. tapi kayaknya mau lahiran.." jawab Kak Julian mulai menemukan ketenangannya kembali.
"Kalau gitu naik mobil gue aja... bahaya gue ngebiarin lu bawa mobil dalam keadaan setengah panik kayak gini.." ucap Mas Kiki dan akhirnya aku diantar ke rumah sakit dengan mobil Mas Kiki dan Mba Nana.
"Rin.. kamu kuat.. kamu bisa.. tahan sebentar ya sayang.. sebentar lagi kita sampai rumah sakit kok... tahan yaa.." ucap Kak Julian sepanjang perjalanan. Hal itu sedikit mengurangi rasa sakit ini, walaupun hanya sedikit sih.
Selama perjalanan menuju rumah sakit aku terus berdoa untuk keselamatan bayi ini dan kesehatannya. Sesampainya di rumah sakit aku langsung memasuki ruang bersalin bersama dengan Kak Julian. Beberapa kali aku hampir kehilangan kesadaran akibat sakit yang kurasakan namun aku harus bertahan demi Kak Julian dan kedua bayiku.
"Sayang.. kamu baik-baik aja kan??" tanya Kak Julian setengah panik melihatku bercucuran keringat diatas meja persalinan.
"Sayang.. kamu pasti bisaa..." sekali lagi Kak Julian memberiku semangat.
Baru kali ini aku merasakan sakit yang luar biasa. Menjadi seorang ibu itu tidak mudah, baru ini aku mengerti arti sebenarnya dari kalimat itu. Berkali-kali aku ingin menyerah namun bayangan bayi kembar itu membuatku kembali semangat ditambah perjuangan Kak Julian untuk sampai tahap ini tidaklah mudah.
"Oekk oekkk oekk.." suara itu menghasilkan kelegaan yang luar biasa untukku dan sekitarku.
"Selamat pak bu.. anaknya lahir dengan selamat, keduanya lahir dengan sehat dan selamat..." ucap dokter Firda sambil memberiku kedua bayiku yang telah bersih.
"Mereka cantik dan ganteng seperti kedua orang tuanya.." tambah dokter Firda dan aku langsung memberi mereka susu pertamanya.
"Terima kasih Rin sudah memberi kakak kebahagiaan ini dan terima kasih telah berjuang untuk melahirkan mereka... kakak yakin mereka sangat senang bisa bertemu denganmu, ibu mereka.." bisik Kak Julian sambil mengelus rambutku penuh kasih sayang.
"Terima kasih juga kak..sudah memberi Rin kebahagiaan ini dan terus menjaga Rin.. untuk selanjutnyaa.. Rin serahkan pada kakak.." ucapku di sela-sela napas yang terengah-engah sebelum kegelapan menyergap.
おわり
FIN
Waaaaahhhh... akhirnyaa tamatt jugaaa perjalanan cinta Arin dan Juliaann... ^^
gimana nihh readers?? seruuu gakk????
kira2 kalau author kasih epilog gimana yaa???
dann maaf juga untuk semua kekurangan author dalam menulis, baik dari segi bahasa maupun penyampaian cerita yang masih banyak kekurangan..
tapi author selalu berusaha yang terbaik untuk menyempurnakan karya ini...
sampai jumpa di cerita selanjutnyaa...
jangan lupa baca juga judul lainnya yaaa...
Salam Manis
MRin ^^
Assalamualaikum wr.wb.
YOU ARE READING
Arin's Love Story (END)
Teen Fiction'Teman abang? gak salah denger tuh? gue bakalan nikah sama temen abang gue sendiri?' hal itulah yang sering terlintas didalam pikiranku ketika mengetahui perjodohan tak berujung yang selalu dilakukan oleh abang dan ibuku. hingga akhirnya mereka memu...