Kenangan (itu)

16.2K 813 5
                                    

Di cafe

"mas Zain kenapa kita kesini Aku harus pulang..... "

" sebentar saja Mey ini baru jam tujuh, aku ingin mengenang tempat ini sejenak tempat favorit kita..... " Zain menatap Meyra sekilas

Meyra hanya diam mendengar ucapan Zain seakan pikirannya melayang ke masa lalu mengingat kembali kenangan indah bersama Zain, tempat dimana Meyra dan Zain pertama kali bertemu adalah dicafe ini dan boleh dikatakan keduanya langsung tertarik satu sama lain

Kenangan yang masih terukir indah di hati Meyra, meskipun Meyra telah ikhlas melepas Zain bukan berarti dia telah benar-benar melupakan segalanya tentang Zain, karena pada kenyataannya tidak mudah melupakan apa yang telah dilaluinya bersama Zain, kebersamaannya bersama Zain bukanlah waktu yang sebentar, butuh banyak waktu untuk bisa melupakan segalanya

'tidak, tidak boleh ini salah mey dia adalah suami orang, rela tidak rela dia bukanlah hak kamu' suara hati Meyra terus saja bergema dalam pikirannya dan tentu saja tidak seiring dengan hatinya.

"sayang.... kamu masih ingat waktu pertama kali kita bertemu, waktu itu aku langsung jatuh hati padamu, entah mengapa saat pertama kali melihatmu aku merasa yakin bahwa kamu adalah tulang rusukku"
ucap zain seraya melangkah menuju jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan indah lampu - lampu kota dan kebetulan suasana cafe sedang tidak begitu ramai.

Lagi! Hati Meyra kembali berdesir mendengar Zain memanggilnya dengan sebutan 'sayang', tapi otaknya masih bisa berfikir waras untuk terlena dengan perlakuan Zain

"mas aku mohon..... panggilan itu tidak pantas kamu ucapkan selain kepada istrimu. Ingatlah dia sedang menunggumu dirumah tapi apa yang telah kamu lakukan kamu melukainya mas....!! aku perempuan dia juga perempuan tidakkah kau pahami perasaannya, dia pasti terluka jika mengetahui kamu menemuiku"

Sekuat tenaga Meyra menahan sesak di dalam dadanya ketika mengetahui bahwa Zain masih mencintainya, dia memilih untuk tidak mendekati Zain yang sedang berdiri membelakanginya dan menarik kursi yang ada di sampingnya, berusaha untuk mengontrol gejolak hatinya

Zain hanya diam mendengar ucapan Meyra dia sadar betul bahwa semua ucapan Meyra adalah sebuah kebenaran, benar bahwa ia telah melukai perasaan Diana istrinya, namun didalam sisi hatinya yang lain juga membenarkan bahwa apa yang dia lakukan bukanlah suatu kesalahan karena dia sudah jujur pada Diana tentang perasaannya kepada Meyra, masih menyimpan rasa cinta itu untuk Meyra

Melihat Zain yang terus diam perlahan Meyra mendekati Zain yang masih berdiri ditempatnya, sorot matanya masih menatap lurus kedepan tapi entah dengan pikirannya, tatapannya kosong seperti sedang memikirkan sesuatu, melihat Zain yang seperti itu membuat Meyra sedikit iba, Meyra menyentuh pundak Zain lembut dengan perasaan ragu-ragu"mas......!!!"

Zain menoleh ketika merasakan sentuhan dipundaknya, tidak ada ekspresi apapun hanya tatapan datar "Aku anterin kamu pulang.....!! "
kata Zain kemudian sambil menggenggam tangan Meyra lembut dan mengajaknya pulang, sedangkan Meyra hanya diam berkecamuk dengan pikirannya sendiri dan membiarkan perlakuan Zain ketika lelaki itu menggenggam tangannya.

Dalam perjalanan pulang hanya ada keheningan diantara keduanya mereka larut dalam pikiran masing-masing mengingat kembali kenangan masa lalu, di dalam hati masing-masing merasakan luka yang sama, jauh di dalam lubuk hati keduanya berharap waktu dapat di putar, dan mampu mengubah takdir

Kehadiran Zain yang tidak pernah ia sangka sebelumnya merobohkan benteng yang coba ia bangun, perasaan yang sudah mulai ia kubur dalam-dalam tiba-tiba terbuka kembali dan membuat hatinya kembali goyah, apalagi setelah Zain mengakui perasaannya tidak berubah terhadapnya

"sudah sampai..... Mas!! " kata Meyra ketika mobil Zain telah memasuki halaman rumahnya dan memecah keheningan diantara keduanya selama perjalanan pulang.

" maaf mas Meyra ga bisa nawarin mas Zain untuk masuk dulu ga enak sama orang rumah " ucap meyra lagi sambil melepas seat beltnya.

" Mey..... aku pengen seperti dulu lagi " ucap Zain ketika Meyra membuka pintu mobil hendak melangkah turun dari mobilnya, Meyra menatap sekilas pada manik mata Zain dan memilh untuk tidak menanggapi ucapan Zain,meski hatinya lagi-lagi berdesir, Meyra melangkah meninggalkan Zain setelah mengucapkan terima kasih karena telah mengantarkannya pulang.

Zain masih terpaku di dalam mobilnya memandangi punggung meyra hingga menghilang di balik pintu
' rumah ini..... aku sangat rindu untuk masuk kedalam dan bercengkrama dengan para penghuninya. Om tante maafin Zain untuk kesekian kalinya, kalian begitu baik dan Zain sangat mencintai anak om dan tante, Meyra!!" gumam Zain seraya mengacak rambutnya frustrasi

Zain menatap nanar rumah yang ada di hadapannya, rumah yang dulu sering ia kunjungi, bahkan ketika Meyra sedang bekerja dan tidak ada di rumah, Zain sering datang untuk sekedar say hello dengan para penghuninya,  terutama mamanya Meyra

Sesampainya didalam kamar, Meyra memegangi dadanya yang terasa sesak karena rasa yang belum hilang dari hatinya, bersandar pada pintu dan perlahan - lahan tubuhnya melorot kebawah berusaha menguatkan hatinya kembali dan meyakinkan diri sendiri bahwa Zain bukan takdir yang di berikan Allah padanya, tangisnya pecah tak tertahankan, sejauh ini dia sudah mati-matian untuk mengikhlaskan Zain, tetapi berbeda cerita ketika Zain kembali hadir dengan perasaan yang masih sama

Rasa yang belum sepenuhnya sirna, namun semua harus diakhiri, karena semua telah berbeda, Zain sekarang telah punya tanggung jawab yang tidak boleh diabaikan

Terkadang ada orang - orang baik yang sengaja dihadirkan dalam hidup kita hanya untuk menguji perasaan kita bukan untuk menjadi pasangan hidup, karena sejatinya Allah menguji umatnya dengan berbagai jalan, bahkan hal baik sekali pun  merupakan sebuah ujian






Tbc

ALMAYRA (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang